Masa remaja, masa yang penuh akan rasa penasaran, rasa ingin mencoba dan juga rasa yang sulit dimengerti bernama Cinta.
Ini adalah kisah Cinta enam orang remaja SMA, dengan segala problematika mereka yang beragam rasanya.
Pahit, asam dan manis seperti rasa Jeruk, Blueberry dan juga Cherry.
Yuk ikuti keseruan cerita mereka di sini. 🐢
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Writle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Coba Cium
...🍒🍒🍒...
Irsyam menatap Iris keunguan itu, mencari gentar dari tatapan mata Ara, namun tidak ada. Gadis itu tampak begitu yakin dengan ucapannya, padahal Irsyam niatnya jahil dan bercanda.
“Ayo buktikan! Kenapa? Takut ya?” Sindir gadis itu lagi, sedikit mengguncang harga diri Irsyam sebagai laki-laki. Ia tidak suka dikira penakut sampai tidak berani.
Maka Irsyam tangkup pipi kanan gadis itu, wajahnya mulai ia dekatkan sampai hidung mereka bersentuhan, mata mereka masih saling terbuka, tatapan Irsyam turun pada bibir plumpy semerah Cherry, buat Ara juga menurunkan pandangannya pada bibir tipis milik si lelaki.
Mereka semakin mendekatkan diri
*Cup!
Kedua bibir itu akhirnya saling bertemu, awalnya hanya saling menempel, mereka masih bertatapan seolah saling tenggelam dalam euphoria, sampai si laki-laki mengambil inisiatif menggerakkan bibirnya, membuat Ara memejamkan mata.
Irsyam’s Point of View
Ara memejamkan matanya, aku menganggap ini sebagai persetujuan dari Ara untuk memperdalam ciuman kita berdua.
Manis, bibir ini masih semanis dulu, baik di perpustakaan maupun di taman tiga tahun yang lalu. Bibir ini selalu membuatku candu.
Aku menyesap dan melu-mat bibir itu, menikmati sensasi manis itu sepuasku, tanpa sadar aku kelewatan, terlampau gemas kugigit bibirnya pelan.
“Awh.” Desis gadis itu, bibir bawahnya tampak sedikit berdarah.
Aku panik dan langsung melepas ciuman kami segera, “Lo nggak apa-apa?” tanyaku padanya. Pertanyaan bodoh, karena sudah jelas bibirnya terluka.
Diluar dugaan gadis itu malah tersenyum bangga, seolah dia habis memenangkan lomba. “Rasanya sama, mint dan dark chocolate.” Katanya.
Aku tertawa, menertawai kepolosannya, bisa-bisanya ia masih memikirkan soal rasa ciuman tadi, ya walaupun aku juga sering terngiang-ngiang rasa Cherry.
“Udahlah, ngaku aja! Kamu kan yang curi ciumanku.” Katanya menodongkan jari telunjuknya di depan wajahku.
Aku yang sudah tidak bisa mengelak lagi pun pasrah saja, “Terus kalau gue yang nyuri ciuman lo, lo mau apa?”
“Investasi.”
“Hah?”
“Aku mau kamu berinvestasi di bisnis Ayahku atas nama Andhanu.” Katanya.
Jujur aku kaget, tapi di satu sisi aku juga sudah biasa, orang-orang memang biasanya berteman denganku hanya agar bisa memanfaatkanku demi meraih tujuan mereka.
Tapi mendengar hal ini dari mulut Ara membuatku sedikit kecewa, aku kira dia berbeda, ternyata sama saja.
Kekecewaanku ini membuatku ingin balik memanfaatkan gadis itu. “Itu gampang, tapi gue punya satu syarat.” Kataku
“Apa syaratnya.” Jawab Ara cepat
“Lo harus cium gue tiap hari.”
Aku memberikan syarat itu karena memang aku suka ciumannya, mungkin kalian berpikir aku akan memberi syarat Ara harus menjadi pacarku, tapi tidak semudah itu.
Ara belum tentu menyukaiku, aku juga masih punya commitment issue, aku belum siap jika harus memiliki hubungan dengan seseorang.
Gadis itu tampak berpikir sejenak, “Oke deal.” Katanya mengulurkan tangan
“Di bibir.” Aku menekankan
“Iya deal.” Balas Ara masih menyodorkan tangannya.
Author’s Point of View
Irsyam menyambut uluran tangan itu, ia menggenggam dan mengayunkan tangan mereka, membuat kesepakatan gila, yang entah akan berdampak seperti apa ke keseharian mereka selanjutnya.
...🫐🫐🫐...
Yuri mondar-mandir di kantin, ia telah mencari Ara di UKS, kelas, mesjid dan juga kamar mandi wanita, namun Ara tidak ada di sana.
“Kata Arya senpai, Yuki chan nyari Irsyam.” Gumam Yuri sendiri masih mondar-mandir di sekitar kantin.
“Irsyam kan suka bareng sama Fahri.” Gumamnya lagi
“Apa panggil-panggil?” Namun kali ini gumamannya dibalas
Yuri menoleh dan mendapati Ari yang tengah menenteng seplastik jajanan.
“Eh by the way, tumben lo panggil nama gue biasanya Anata-anata mulu, atau nggak si kpopers.” Tambah Ari
“Ck, di mana Irsyam?” Tanya Yuri tak menggubris pertanyaan Ari
“Nggak tahu tadi dia ditarik Ara nggak tahu pergi ke mana deh itu anak dua.” Kata Ari
“Kenapa nggak diikutin si?”
“Privasi kali.” Jawab Ari.
Ari menatap gadis yang tengah kesal itu, di mata Ari wajah kesalnya justru tampak lucu. Pipinya memerah, bibir mengerucut dan juga alis mata saling bertaut.
“Ara udah nggak baikan kok, lo nggak perlu khawatir.” Kata Ari lagi.
Bukan begitu, disamping khawatir sebenarnya Yuri juga kesal dengan Ara karena saat jam istirahat pertama Yuri hendak mengajak makan bersama namun Ara tengah tertidur. Yuri yang tidak berani ke kantin sendiri akhirnya tidak membeli apa-apa dan memutuskan untuk makan di jam istirahat kedua.
Namun kini saat jam istirahat kedua tersisa lima belas menit lagi, Yuri malah tidak menemukan Ara, jadinya ia kesal dan lapar.
“Ck! Kemana sih mereka.” Gerutu Yuri
Ari hendak angkat bicara menenangkan gadis di hadapannya, sebelum
*Kruyuk 🐢Bukan Ayam, ini suara perut.
Perut Yuri berbunyi cukup nyaring membuat Ari tertawa lepas.
Yuri menundukkan wajahnya malu, kenapa sih dia selalu melakukan hal memalukan di depan Ari.
“Makanya jangan marah-marah mulu, abis kan energi lu, sini makan dulu.” Ari mengajak Yuri duduk di salah satu meja, mengeluarkan jajanan dari kantong plastik yang dari tadi dibawanya.
“Nggak usah, itu kan makanan anata.” Yuri menolak nasi uduk dan air mineral yang disodorkan Ari
“Kalau antre lagi nggak sempet, nanti keburu bel masuk.” Bantah Ari, dan Yuri setuju karena antrean di Kantin itu masih tampak ramai.
“Yaudah.” Katanya sambil makan nasi uduk, ini kali pertama yuri memakan makanan ini, dan ia suka, terlihat dari Ia yang menggerak-gerakan kepalanya.
Ari tanpa sadar tersenyum memperhatikan gerak gerik Yuri yang tengah makan di hadapannya. Yuri yang merasa dirinya diperhatikan bertanya “Kenapa? Nanti watashi bayar kok.” Katanya.
“Nggak usah, lo makan aja.” Balas Ari
“Tapi ini kan punya anata.” Kekeuh Yuri tidak enak hati.
“Yaudah suapin gue juga sini.” Kata Ari bercanda
Namun ternyata Yuri menganggap serius ucapannya, Yuri menyodorkan sesendok nasi uduk dengan potongan telur balado itu ke hadapan Ari.
“Aaaa.” Kata Yuri entah sadar atau tidak dengan apa yang tengah dilakukannya.
Akhirnya mau tidak mau Ari menerima suapan itu.
“Ecieeeee.”
“Pacaran kok di kantin sekolah dek, dek.”
“Kalian aja yang pindah ke mars gue udah betah di bumi.”
Sindiran dari beberapa orang yang berada di kantin itu membuat Yuri tersadar akan apa yang baru saja dilakukannya, sedangkan wajah Ari sudah memerah sampai ke telinga.
Nasi uduk yang tinggal setengah itu didiamkan begitu saja, tapi
*Kruyuk 🐢Ingat, bukan Ayam.
Perut Yuri berbunyi kembali tanda gadis itu masih lapar, Ari tersenyum lebar mendengar itu.
“Kan gue bilang juga apa makan aja, nggak usah peduliin orang lain, lanjut makan aja gue temenin.” Kata Ari
Gadis itu tampak masih sungkan dan tak mau menyentuh nasi uduk di depannya.
“Gini deh, gue makan tempenya aja ya.” Lanjut Ari sambil mencomot sebuah gorengan tempe dan memakannya. Yuri tampak tersenyum lalu kembali menyendokkan nasi uduk ke mulutnya.
‘Lucu banget si.’ Batin Ari. “Manis.” Katanya berujar tanpa sadar.
“Apanya yang manis?” tanya Yuri setelah selesai mengunyah makanannya.
Ari panik, “Go-gorengannya, iya gorengannya manis.” Katanya gelagapan,
Membuat Yuri bingung karena di lidahnya tadi gorengan itu terasa asin gurih.
“Anata kena Covid ya?” Tuduh Yuri tiba-tiba
“Hah?”
“Abisnya masa gurih dibilang manis, ini lidahnya pasti nggak bisa ngerasa.”
“Hah? Nggak gue sehat”
Yuri mendekat pada Ari, masih tidak percaya pada lelaki itu, ia menyodorkan pergelangan tangannya ke depan hidung lelaki itu. Ari yang tak mengerti menatap kebingungan pada tangan Yuri.
“Ck! Coba cium! Baunya kayak ap-.”
*Cup!
Belum sempat Yuri melanjutkan ucapannya tapi Ari sudah menempelkan bibirnya di pergelangan tangan Yuri, mencium tangan itu. Padahal cium yang dimaksud Yuri itu adalah cium baunya.
“Ma-maksudnya cium baunya.” Kata Yuri tergagap
Ari yang sadar dengan kebodohannya itu segera berpura-pura mengendusi pergelangan tangan Yuri. “Blueberry.” Katanya. Wanginya seger manis gitu kayak buah beri
“O-oh iya, betul. Berarti anata nggak kena covid.” Balas Yuri, lantas kembali ke tempat duduk semula melanjutkan makannya yang tertunda.
... 🍒🍒🍒...
Mereka berempat bertemu di kelas saat bel tanda masuk berbunyi.
“Yuki chan, kemana aja?” Tanya Yuri.
“Aku ada urusan sama Irsyam tadi.” Jawab Ara.
“Bibir Yuki chan kenapa, bengkak, luka gitu?”
“Ah ini, aku sariawan, bibirku pecah-pecah jadi aku kopekin tadi.”
“Ya ampun, pasti sakit sekali.”
Sedangkan di bangku belakang mereka.
“Lo sakit? Muka lo merah banget.” Kata Irsyam pada Ari.
“Apaan, gue nggak sakit. Lo tuh yang sakit, telinga lo juga merah banget.” Kilah Ari
“Selamat siang anak-anak, kita lanjutkan pelajaran ke bab 2 ya.” Suara guru yang masuk kelas itu menghentikan obrolan.
“Eh, Shahara? Kamu yakin sudah baikan nak?” Tanya bu Hani, guru biologi itu.
“Iya bu, saya sudah baik-baik saja.”
“Baiklah syukur kalau begitu." Kata bu Hani
"Anak-anak, karena hari ini sudah mulai bab 2, kita ulangan bab satu dulu ya.” Lanjut bu Hani.
“Yaaaah.” Para siswa-siswi mengeluh pasrah.
Hari itu diakhiri dengan pelajaran biologi yang sedikit menguras energi.
🐢Biologi, ilmu yang menyenangkan.
...♡🍊🫐🍒☆...