NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:163.4k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Sean duduk bersandar pada penyangga sudut pendopo, pandangannya terarah ke tengah, tempat anak-anak melanjutkan mengaji yang sempat tertunda. Ia melirik arlojinya—sudah lewat pukul delapan malam.

"Om itu siapa, Kak?"

Sean mengalihkan perhatian ke arah suara bocah yang tadi menyergapnya. Anak itu bertanya pada Nanda sebelum mulai mengaji Iqro.

"Dia pacar Kak Nanda, ya?"

"Bukan," jawab Nanda lirih, suaranya lembut. Namun, jawaban itu justru membuat Sean mendengus kecil, entah kenapa hatinya terasa tercubit.

"Jadi siapa?" Bocah laki-laki itu terus bertanya.

"Sudah, ayo mulai." Nanda menunjuk buku Iqro yang sudah terbuka dengan dagunya.

Bocah itu menoleh ke arah Sean yang duduk di belakang.

"Ayo, apa ini?"

Anak itu mulai membaca Iqro-nya. Sesekali ia salah melafalkan, dan Nanda dengan sabar membetulkan.

"Om..."

Sean tidak menyahuti bocah yang sedari tadi terus bertanya.

"Om pacarnya Kak Nanda, ya?"

"Kenapa nanya?"

"Om kenapa ke sini?"

"Lihat-lihat aja."

"Apa yang Om lihat?" Bocah itu terus mengejar, membuat Sean semakin jengkel.

Bocah itu menoleh ke arah Nanda yang masih mengajari santri lain, lalu kembali menatap Sean.

"Om lihat Kak Nanda."

"Enggak!"

"Kak Nanda!" seru bocah itu, duduk miring di depan Sean. Yang dipanggil langsung menoleh.

"Dilihatin Om ini!" sambungnya, membuat Sean langsung meradang.

"Dasar bocah! Main fitnah saja!" geram Sean, lalu merangkul leher bocah itu seolah mencekiknya dengan lengannya.

"Aaakkk! Tolong!"

Karena aksi itu, anak-anak lain malah menyerang Sean, entah bagaimana, suasana menjadi riuh, dan Sean pun akhirnya membaur bersama anak-anak panti.

"Anak-anak, sudah malam! Ayo tidur!"

Salah satu pengasuh membunyikan kentongan di sisi pendopo, memukulnya beberapa kali dengan tongkat.

"Ayo! Sudah mainnya, masuk kamar semua!"

Nanda, yang baru saja selesai membereskan perlengkapan mengaji, berdiri di samping pengasuh. Satu per satu, anak-anak yang tadi bermain dengan Sean mulai berbaris, menyalami dan mencium tangan para pengasuh sebelum berjalan ke kamar masing-masing.

"Ingat ya, langsung tidur! Besok harus bangun sebelum subuh."

"Siap, Bu Diah!"

"Rizki!"

Nanda memanggil bocah yang tadi paling banyak bertanya pada Sean. Bocah itu masih saja bermain dengan Sean.

"Rizki!" panggil Nanda lagi.

Bocah itu berlari cepat, menyalami para pengasuh, lalu menoleh ke Sean.

"Om, besok ajari lagi, ya?"

Sean hanya mengangkat jempolnya.

"Kenapa Kemari?"

"Aku lapar, belum makan."

Nanda tertegun. Sean bukan bocah yang harus disediakan makanan setiap saat. Ia bisa saja pergi ke warung atau memesan makanan secara online.

"Ehem. Kenapa nggak pulang? Di kantor juga nggak ada. Kamu nggak kerja?"

"Aku pulang. Aku juga kerja."

"Apa? Tapi aku tidak melihatmu tiga hari ini!"

Sean terdiam. Tatapan Nanda seolah tengah mencari sesuatu, membuatnya salah tingkah.

"Ee... maksudku, aku tidak melihatmu di gudang atau di lorong. Biasanya kau masih terlihat di area kerjamu."

Sean menggaruk belakang kepalanya. Hampir saja ketahuan bahwa ia sengaja melewati gudang dan area kerja Nanda hanya untuk memastikan gadis itu ada.

"Oh, itu... Aku dipindahkan sementara ke area lain."

Hening.

"Pulanglah."

Nanda menatap Sean.

"Bahan makanan di kulkas hampir membusuk."

"Di kulkas tak mungkin membusuk, ini juga baru tiga hari."

"Dapurnya juga berdebu."

Nanda terkekeh, menggeleng pelan.

"Apa yang lucu?"

"Rumah dan dapur tak mungkin berdebu. Bukankah kamu sudah menyewa orang?"

Sean menghela napas kesal.

"Pokoknya, dapur berdebu karena tak ada yang memasak di sana. Sayur di kulkas juga mulai layu."

Nanda hanya tersenyum. Sean membuang wajah ke samping, ada yang berdesir di dadanya melihat senyum gadis itu.

"Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba ke panti dan tinggal di sini?"

"Salah satu pengasuh di sini meninggal, jadi aku menggantikan sementara sampai ada yang baru."

"Jadi, kamu akan tinggal di sini sampai mereka dapat pengganti?"

Nanda mengangguk.

Sean menyipitkan mata. "Itu berarti kamu akan pulang setelah ada penggantinya?"

Nanda mengangguk lagi.

"Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu."

Sean memasang kacamata hitamnya.

"Apa kepala panti ada? Aku ingin bicara dengannya sebentar."

Ring! Ring! Ring!

Gawai Nanda berbunyi nyaring. Ia menghentikan aktivitas mengepelnya.

"Assalamualaikum," sapanya lembut.

"Wa'alaikumussalam, Nanda. Ini Bu Zara."

"Iya, Bu. Nanda sedang bekerja sekarang."

"Iya, Nak, Ibu cuma mau bilang, pengasuh baru sudah datang. Jadi, kamu nggak perlu datang ke panti lagi."

"Benarkah? Alhamdulillah kalau begitu. Nanda nanti pulang kerja ke panti untuk mengambil baju."

"Baiklah. Terima kasih sudah membantu Ibu selama ini."

"Sama-sama, Bu. Jangan sungkan begitu."

Setelah mengakhiri panggilan, Nanda merasa aneh. Kenapa tiba-tiba ada pengasuh baru? Tapi ia tak ambil pusing dan melanjutkan pekerjaannya.

Sementara itu, di ruangan Sean...

"Pastikan dia bekerja dengan baik dan tidak menyusahkan," perintah Sean lewat telepon. "Masalah bonus, aku yang akan membayarnya nanti. Terima kasih."

Sean meletakkan ponselnya dan kembali fokus pada tumpukan berkasnya.

Sore itu, ia pulang dengan hati ringan. Saat memasuki rumah, langkahnya otomatis menuju dapur.

Di sana, ia melihat Nanda tengah memasak. Gadis itu, dengan jilbab bergo coklat dan setelan kaus serta celana training, terlonjak kaget saat berbalik dan mendapati Sean sudah berdiri di ambang pintu.

"Kau membuatku kaget saja, Kak," omelnya.

Sean nyengir. "Kenapa kaget? Apa kamu pikir aku ini hantu?"

"Iya! Syaiton nirrojim!"

Sean mendelik. Nanda tersenyum kaku.

"Mandilah. Sebentar lagi matang."

Sean merasa gemas. Ia ingin menjitak Nanda, tapi menahan diri. Tanpa Nanda, rumah ini terasa sepi.

Setelah mandi, Sean duduk di meja makan. Rambutnya masih basah, dan...

"Astaghfirullah!"

Nanda terlonjak kaget.

Sean hanya mengenakan handuk.

"Kak Sean! Pakai baju dulu!"

"Kenapa?"

"Makan ya pakai baju! Telanjang begitu bikin nggak nyaman!"

Sean terkekeh. "Kenapa? Kau tergoda?"

Nanda malah bergidig, dan itu sukses membuat Sean tersinggung.

"Appa maksudnya itu?" Dengan mata yang sedikit mendelik.

"Tidak ada. Sudah makan saja," Sahut Nanda dengan cepat mengisi piring dengan nasi, oseng buncis jamur kancing dan ikan. Membaginya pada Sean. Lalu ia mengambil untuk dirinya sendiri.

Sean tersenyum, nafsu makannya meningkat hanya dengan menu sederhana itu. Rasa makanan olahan Nanda memang tak ada tandingannya. Sangat cocok dengan lidah dan perasaanya.

"Mau kemana?" tanyanya setengah memprotes melihat Nanda membawa piring serta gelasnya.

"Mau makan di kamar!" ucap Nanda lirih sambil bergidig melirik Sean.

Hal yang semakin membuat lelaki bertubuh kekar itu dongkol.

"Pulang-pulang malah bikin dongkol saja! Sebaiknya kau tak usah pulang!"

1
Yessi Kalila
loh...katanya masih malu minta uang
Nur Adam
lnjut
partini
apa ga mau cari tau sih ini si casanova behhhh gumusss deh bego ko di pira Mulu 🤦🤦🤦
Desi Permatasari
ngak sabar nunggu update nya
Uthie
Duhhh.. masih pada Ego nii 😁
Uthie
Nanda juga sihhh 😤😤
partini
dulu pas Malika di culik pamer gercep selangkah di depan ko ini tidak ,masa iya ga tau yg terjadi ma Malika
Casanova OGEB
Nurul Khomariyah
dasar Lo Sean CEO botol alias bodo tolol
Yessi Kalila
telpon siapa.....wanita siapa ya...????
Bunda Silvia
aq ikut sedih dengan keretakan Sean dan nanda mengapa Saling melukai hati masing2
Nurul Khomariyah
luar biasa lanjut thor
Raffi Djaya
masih panas ternyata sedang memendam ego sendiri-sendiri
yang satu ingin selesaikan yang satu menghindar
kapan selesainya
ketakutan yang belum tentu benar ayolah bus akok
partini
dah sering baca novel Casanova baru kali ini kata kata nya luar biasa mencabik cabik hati busehhhh
sakit banget denger nya
coba kalau keluarga Sean tau pastinya ga setuju anaknya berbuat seperti itu,,, kata ma"af dari Malika terlalu mahal buat kamu Sean dasar iblis
Raffi Djaya
ya lagian ga cerita dari awal
orang udah nikah juga kan harus terbuka bukan hanya terbuka saat berhubungan juga
padahal udah banyak perubahan tapi rasa ketakutan yang berlebihan membuatmu bersikap bodoh Nanda
dan Sean harusnya selesaikan masalah hari itu juga bukanya menghindari jadi berlarut larut hal seperti ini yang membuat para pasangan akhirnya berpisah kurang komunikasi selain perselingkuhan
tapi ya ada beberapa yang masih bertahan hingga akhir meski begitu berantem baikan jauahan kangen Deket beda pendapat tapi bukankan dalam pernikahan hal yang demikian adalah tantangan yang seru beda pendapat beda pandangan dan solusinya ya komunikasi

dari awal hubungan kamu selalu meminta imbalan setiap tersentuh bahkan disaat sudah semakin lebih baik sikap Sean kamu masih dengan diammu dan diam-diam mengulang KB jadi kalo kamu berfikir demikian Sean pun juga berhak berfikir demikian
selesaikan masalah kalian hari ini juga ya meski yang namanya masalah dalam rumah tangga selalu ada
lekas baikan
Bunda Silvia
sama2 salah tapi tak mau bicara 1 sama lain
Desi Permatasari
bagus
azalea_lea
bingung mau coment apa 😭😭
partini
aihhhss pergi aja dari pada nyesek di situ
Nurul Khomariyah
lanjut thor
Uthie
Serrruuuu... lanjutt 💪😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!