Sabila. seorang menantu yang acap kali menerima kekerasan dan penghinaan dari keluarga suaminya.
Selalu dihina miskin dan kampungan. mereka tidak tau, selama ini Sabila menutupi jati dirinya.
Hingga Sabila menjadi korban pelecehan karena adik iparnya, bahkan suaminya pun menyalahkannya karena tidak bisa menjaga diri. Hingga keluar kara talak dari mulut Hendra suami sabila.
yuk,, simak lanjutan ceritanya.
dukungan kalian adalah pemacu semangat author dalam berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deanpanca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Sudah...Sudah..! Kita pulang ya sayang." Kata Bu Wati segera menengahi, dia takut kalau sampai Hendra membawa Risma ke rumah sakit maka kebohongan mereka akan terbongkar.
Yang tidak diketahui oleh Bu Wati adalah Risma memang mengalami hal yang disampaikan oleh Bidan Yola, dia tidak tahu kalau Bidan Yola dan Risma sudah bekerja sama.
...****************...
Rumah Bu Wati
Sesampainya di rumah, Hendra segera bertanya kepada Risma, kenapa dia bisa berada disana.
"Risma! Kenapa kamu bisa berada di rumah itu? Siapa yang bawa kamu kesana?" Tanya Hendra penuh dengan emosi.
Risma tidak mungkin jujur, dia sudah terlanjur bohong. Sekalian saja dia melanjutkan kebohongannya, walau sebenarnya ada perasaan bersalah menyelimuti.
"Risma gak tau mas. Risma awalnya cuma main sama teman kampus saja." Bohong Risma.
Riska melihat peluang saat mendengar Risma berbicara. "Risma! Siapa yang ngizinin kamu pergi ngumpul sama teman-teman mu." Tanya Riska.
Deg
Tak bisa mengelak, Risma mengumpulkan keberanian untuk menyalahkan orang yang sangat baik dan peduli padanya.
"Karena Ibu gak di rumah terus hp gak bisa dihubungi, aku izin sama Mbak Sabila." Kata Risma.
"Sabila!" Gumam Hendra.
"Awalnya aku izin buat ngerjain tugas kampus. Ternyata ada acara ultah temen di club', Mbak Bila ngebolehin aku ikut. Jadi aku pergi sama temen-temen ku." Kata Risma.
"Waktu kejadian aku juga sempat minta tolong ke Mbak Bila, buat jemput aku. Tapi Mbak Bila gak datang-datang." Isak Risma.
Mendengar bahwa adiknya meminta tolong, tapi tidak di respon oleh istrinya. Hendra naik pitam. "Mas pasti akan membuat perhitungan sama Sabila. Dia udah menghancurkan masa depan kamu, dek." Kata Hendra penuh amarah.
"Udah mas, aku sudah ikhlas. Aku yang bodoh karena tidak berfikir dua kali, dalam bertindak. Hiks.. Ibu! Apa ibu masih mau menganggap Risma sebagai anak?" Kata Risma.
"Kamu bicara apa sayang, tentu saja. Ibu selamanya akan jadi orang tua kamu." Kata Bu Wati.
Hendra beranjak dari tempat duduknya, dia segera keluar meninggalkan ibu dan kedua saudarinya.
Riska mengintip, memastikan Hendra sudah meninggalkan rumahnya.
"Aman Bu! Hendra sudah pulang, sebentar lagi pasti ada perang dunia ke 3. Hahaaa!" Kata Riska.
"Iya! Besok kita harus buat mereka cerai, ibu sudah capek punya menantu macam Sabila." Kata Bu Wati.
Risma hanya terdiam mendengar interaksi Ibu dan Kakaknya. Dalam hati dia merasa bersalah kepada Sabila, tapi dia juga tidak bisa melawan perintah keluarganya.
"Maafkan aku Mbak Bila!" Gumam Risma dalam hati.
...****************...
Kontrakan Sabila
Hendra mengendarai sepeda motornya, dia ingin segera sampai di kontrakannya.
"Braakk!" Pintu dibuka Paksa, hingga salah satu engselnya terlepas.
Sabila yang tengah di dapur membuat pesanan Kue kering, terlonjak kaget.
"Astaghfirullah!" Kata Sabila, kue yang ada di loyang tumpah. Untung jatuhnya tepat diatas baskom, sehingga tidak mubazir.
"Sabila!" Teriak Hendra.
"Iya Mas!" Sabila tergopoh-gopoh menghampiri suaminya. "Ada ap..." Ucapan Sabila terpotong.
"Plak.. Plak..!" Tamparan mendarat di pipi mulus Sabila.
"Tega kamu, Bila! Tega kamu menjerumuskan adikku ke tempat maksiat." Maki Hendra.
Sabila yang dituduh merasa bingung. "Maksud kamu apa, Mas?" Tanyanya.
"Pulang-pulang langsung main tangan." Kata Sabila, sembari memegang pipinya yang masih terasa kebas.
"Masih pura-pura bodoh kamu!" Bentak Hendra.
"Kamu mengizinkan Risma pergi ke club malam, sampai dia harus kehilangan kehormatannya. Kakak macam apa kamu Bila, Aku benar-benar kecewa." Kata Hendra.
"Risma minta tolong sama kamu, buat jemput dia. Tapi apa kamu acuh, bahkan tidak mengangkat telpon mu."
"Menyesal aku menikahi mu, Sabila. Harusnya saat Ibu minta aku buat cerai sama kamu waktu itu, aku langsung iyakan saja. Adikku gak akan jadi korban pelecehan." Kata Hendra, tanpa sadar kata-katanya sangat sensitif dalam hubungan rumah tangga.
"Jadi Mas menyesal menikahi ku! Apa sekarang Mas Hendra akan menceraikan ku?" Kata Sabila.
"Iya! Aku akan menceraikan mu." Kata Hendra.
Deg
Bagai disambar petir, kata cerai benar-benar terucap dari mulut Hendra. Tapi tidak ada airmata yang menetes, kali ini Sabila jauh lebih tegar.
"Aku menalak 3 dirimu, Sabila!" Ucapnya lagi.
Sabila mengangguk-anggukan kepalanya, bohong jika Sabila tidak merasa sakit hati. Tapi sebisa mungkin tidak dia tunjukkan kepada lelaki brengsek, seperti Hendra.
Sabila menggulir hp nya, dan menunjukkan isi chatnya dengan Risma. "Lihat saja sendiri kebenarannya." Kata Sabila, kemudian kembali ke dapur menata kue kering yang dia buat.
Terlihat Hendra menggeleng kepalanya, merasa tak percaya saat membaca chat itu. Hendra kemudian menyusul Sabila ke dapur.
"Kenapa yang dikatakan Risma tidak sesuai, dengan kenyataan. Jadi kau yang berinisiatif menjemputnya." Kata Hendra.
Sabila mengambil handphone nya dari tangan Hendra.
"Bahkan Risma berbohong saat mengatakan akan mengerjakan tugas kampus. Aku tau Risma di club' dari Imel, teman kampusnya." Kata Sabila datar.
"Saat di kampus, Risma sudah janjian dengan beberapa temannya, dan Imel mendengar semuanya." Kata Sabila penuh penekanan.
"Selebihnya bisa kamu liat sendiri di chat itu, bahkan dia memberiku nomor kamar yang berbeda. Untung ada orang baik yang mau membantu ku."
"Aku penyebab dia dilecehkan orang! Bukan, dia dilecehkan karena perbuatannya sendiri. Justru Risma yang membuatku dilec.. Risma yang membuatku hampir dilecehkan orang." Kata Sabila, dia sedikit gugup hampir salah bicara.
"Tapi kenapa Risma berbohong?" Kata Hendra.
Sabila merasa jengah dengan kebodohan Hendra, kenapa juga baru sekarang dia tahu kalau laki-laki dihadapannya bodoh dan tolol. "Risma! Bukan hanya Risma, tapi semua keluarga mu pembohong. Bahkan dirimu juga berbohong padaku, Mas." Kata Sabila.
"Kamu selalu tidak percaya dengan perkataan ku tentang keluarga mu, tapi inilah kenyataannya. Dan kamu Mas, katanya kamu dinas luar kota, nyatanya kamu pergi bersama Maya." Kata Sabila, sembari mengemas kue kering yang sudah jadi.
"Darimana kamu tau? Aku cuma nganterin Maya saja, karena dia sakit." Kilah Hendra.
"Sakit! Sakit karena semalaman dia habis ng*ng*ang buat muasin kamu, Mas. Bahkan Ibu dan Mbak Riska, tertawa bahagia saat kalian melakukannya." Kata Sabila.
Deg
"Aku khilaf, Sabila. Maafkan aku, Mas janji gak akan mengulanginya lagi." Kata Hendra meraih tangan Sabila.
Sabila menghempas tangan Hendra, kemudian mengangkat kardus berisi kue kering yang sudah di kemas.
"Khilaf, tapi kamu keenakan. Karena terlalu enak sampai kamu mengulanginya lagi dan lagi. Baguslah Mas kamu menceraikan ku, artinya kamu bisa menikahi Maya dan berhenti berbuat maksiat." Kata Sabila, dan melenggang keluar rumah.
Sabila pergi ke rumah Bu Ratih, yang berhadapan dengan kontrakannya.
Sabila minta tolong kepada Bu Ratih untuk mengizinkan dia menginap di rumahnya, dan menceritakan semua yang terjadi pada dirinya dan Hendra.
Akhirnya Sabila menginap di rumah Bu Ratih, sedangkan Hendra kembali ke rumah Ibunya. Dia ingin meminta penjelasan dari Risma.
semangat
dari awal baca sampai di bab ini aku perhatikan tulisannya tuh selalu rapih dan nikmat di baca.
nggak bikin bosan.
pertahankan thor
Hendra juga
kamunya aja yang nggak punya pendirian. cuma manut manuut aja.