NovelToon NovelToon
Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Cinta Dan Tawa Di Kota : Kisah Perempuan Tangguh

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: xy orynthius

Tara Azhara Putri Mahendra—biasa dipanggil Tara—adalah seorang wanita muda yang menjalani hidupnya di jantung kota metropolitan. Sebagai seorang event planner, Tara adalah sosok yang tidak pernah lepas dari kesibukan dan tantangan, tetapi dia selalu berhasil melewati hari-harinya dengan tawa dan keceriaan. Dikenal sebagai "Cewek Tangguh," Tara memiliki semangat pantang menyerah, kepribadian yang kuat, dan selera humor yang mampu menghidupkan suasana di mana pun dia berada.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon xy orynthius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Setelah percakapan intens dengan Sebastian Vendetta, Tara dan Adrian dibawa kembali ke sel kecil mereka. Ruangan itu kini terasa lebih sempit, seakan-akan dindingnya bergerak mendekat, mencengkeram mereka dengan kekuatan tak terlihat. Meski mereka mencoba menenangkan diri, bayangan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya terus menghantui.

“Gue nggak bisa berhenti mikirin soal mereka, Tar,” gumam Adrian sambil duduk bersandar di dinding. “Kalau kita salah langkah, kita benar-benar bisa mati di sini.”

Tara hanya diam, otaknya berpacu mencari jalan keluar. Setiap kemungkinan yang terlintas di pikirannya selalu berakhir buntu. “Gue juga takut, Ad. Tapi kita nggak bisa berhenti di sini. Kita harus mikir, harus cari jalan keluar.”

Adrian meremas-remas tangannya, berusaha menenangkan diri. “Gue ngerti. Tapi semakin gue pikirin, semakin gue sadar kalau kita benar-benar kejebak. Lo liat kan mereka punya akses ke teknologi dan sumber daya yang jauh di atas kita.”

Tara menatap Adrian dengan sorot mata tegas. “Itu justru alasan kenapa kita harus lebih cerdik dari mereka. Kalau kita main sesuai aturan mereka, kita pasti kalah. Kita harus mikir di luar kotak, nyari cara yang nggak terduga.”

Adrian tersenyum kecil, meski jelas terlihat masih ada ketakutan dalam dirinya. “Lo selalu punya rencana, Tar. Makanya gue bisa ngikutin lo sampai sejauh ini.”

Saat itu, pintu sel terbuka, dan Cassandra Delacorte muncul lagi. Namun kali ini, dia tidak sendirian. Di sampingnya berdiri seorang pria berpostur tinggi dan berwajah dingin, mengenakan kacamata hitam meski di dalam ruangan yang remang. Wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun, seolah-olah dia adalah robot yang diprogram untuk hanya menjalankan perintah.

“Kalian berdua, ikut saya,” perintah Cassandra dengan nada tegas. Dia tidak lagi bermain-main seperti sebelumnya. Sikapnya berubah menjadi jauh lebih serius.

Tara dan Adrian berdiri, mengikuti Cassandra keluar dari sel. Mereka diapit oleh pria bertubuh besar itu, yang jelas-jelas siap untuk mencegah mereka melakukan hal yang tidak diinginkan. Lorong yang mereka lalui terasa semakin panjang, dengan tiap langkah yang mereka ambil terasa semakin berat.

Mereka dibawa ke sebuah ruangan yang berbeda dari sebelumnya. Ruangan ini lebih luas, dengan meja besar di tengahnya dan beberapa layar monitor yang menampilkan berbagai data. Sebastian sudah menunggu di sana, duduk dengan tenang sambil memperhatikan mereka masuk.

“Selamat datang kembali,” katanya dengan suara tenang yang sama seperti sebelumnya. “Saya harap kalian sudah mengambil keputusan yang bijaksana.”

Tara dan Adrian saling bertukar pandang, berusaha mencari sinyal satu sama lain. Mereka tahu bahwa ini adalah momen penting, dan mereka harus memainkan peran mereka dengan sempurna.

“Kami akan kerjasama,” kata Tara akhirnya. Suaranya terdengar tegas, meski ada sedikit keraguan yang tidak bisa sepenuhnya disembunyikan.

Sebastian tersenyum tipis. “Pilihan yang bijaksana. Tapi, kalian harus membuktikan diri dulu. Kami butuh jaminan bahwa kalian benar-benar berkomitmen.”

“Jaminan apa yang lo mau?” tanya Adrian, berusaha terdengar setenang mungkin.

Sebastian mengangguk ke arah Cassandra, yang kemudian mengeluarkan sebuah tablet dan menyerahkannya kepada Tara. Di layar tablet tersebut, terdapat serangkaian kode enkripsi yang rumit, yang tampaknya sangat penting.

“Kalian harus memecahkan ini,” kata Sebastian. “Kode ini adalah pintu masuk ke jaringan informasi yang sangat penting bagi kami. Jika kalian berhasil, maka kami akan percaya bahwa kalian benar-benar bisa diandalkan.”

Tara mengambil tablet itu, menatap layar yang penuh dengan angka dan huruf yang tampak acak. Meski dia bukan ahli dalam bidang ini, dia tahu bahwa ini bukanlah sesuatu yang bisa dipecahkan dengan mudah. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak punya pilihan lain selain mencobanya.

“Kita butuh waktu,” kata Tara, mencoba menunda keputusan yang harus mereka ambil.

“Waktu adalah sesuatu yang tidak kalian miliki banyak,” balas Sebastian dengan nada dingin. “Kalian punya 24 jam. Setelah itu, jika kalian belum berhasil, saya akan anggap kalian tidak serius dalam kerjasama ini.”

Tara dan Adrian diantar kembali ke sel mereka dengan tablet itu. Begitu pintu tertutup di belakang mereka, Tara langsung duduk di lantai dan mulai mencoba memecahkan kode tersebut. Adrian berdiri di sampingnya, memperhatikan dengan cemas.

“Gue nggak yakin kita bisa pecahin ini,” gumam Adrian. “Ini jelas bukan kode biasa.”

“Gue tau, Ad,” jawab Tara tanpa mengalihkan pandangannya dari layar. “Tapi kita harus coba. Kalau kita bisa pecahin ini, mungkin kita bisa dapat akses ke sesuatu yang bisa bantu kita kabur.”

Adrian menatap Tara dengan bingung. “Lo serius? Lo pikir ada cara buat kita manfaatin ini buat kabur?”

Tara mengangguk pelan. “Kalau kita bisa akses data yang ada di balik kode ini, mungkin kita bisa nemuin kelemahan mereka. Atau minimal, kita bisa nemuin sesuatu yang bisa jadi alat tawar buat negosiasi.”

Waktu terus berlalu, dan mereka berdua terus bekerja tanpa henti, mencoba segala kemungkinan yang bisa mereka pikirkan untuk memecahkan kode tersebut. Namun, semakin lama mereka mencoba, semakin mereka menyadari bahwa ini bukanlah tugas yang mudah.

Saat waktu hampir habis, tiba-tiba sesuatu terjadi. Layar pada tablet mulai berkedip, menampilkan pesan yang tidak mereka duga. Pesan itu berbunyi:

“Jika kalian membaca ini, maka kalian sudah terlalu jauh. Tapi jika kalian pintar, kalian bisa menemukan jalan keluar. Coba temukan petunjuk di dalam file yang kalian akses terakhir.”

Tara dan Adrian saling bertukar pandang, merasa bingung sekaligus penasaran. Mereka segera mencoba mengakses file yang disebutkan dalam pesan itu. Dan benar saja, di dalam file tersebut terdapat serangkaian petunjuk yang tampaknya bisa membawa mereka lebih dekat ke jawaban yang mereka cari.

“Gue nggak ngerti, Tar. Siapa yang ngirim pesan ini? Apa ini jebakan?” tanya Adrian dengan suara bergetar.

Tara menggigit bibirnya, mencoba mencerna situasi. “Gue nggak tau, Ad. Tapi kita nggak punya pilihan lain selain ikuti petunjuk ini. Mungkin ini satu-satunya cara kita buat keluar dari sini.”

Dengan hati-hati, mereka mulai mengikuti petunjuk tersebut, berharap bahwa jalan yang mereka tempuh tidak akan membawa mereka ke dalam jebakan yang lebih dalam. Mereka tahu bahwa waktu mereka semakin sedikit, dan setiap langkah yang mereka ambil bisa menentukan nasib mereka.

Namun, meski mereka merasa cemas dan takut, ada satu hal yang mereka pegang teguh: mereka tidak akan menyerah tanpa perlawanan. Dan dengan semangat itu, mereka terus melangkah, mencoba mengatasi setiap rintangan yang menghadang di depan mereka.

Waktu akan segera habis, tapi perjuangan mereka baru saja dimulai.

1
·Laius Wytte🔮·
Pengalaman yang luar biasa! 🌟
Kei Kurono
Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.
<|^BeLly^|>
Nggak sia-sia baca ini. 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!