XAVIERA TRANSMIGRATION

...Halloo setelah tadi coba cari-cari visual dari tokoh utamanya, aku udah nemuin nih guys! Tapi maaf ya kalo ngga sesuai ekspektasi kalian, karena sulit cocokin sifat sama visual nya. Dan aku menemukan visual yang cocok buat Viera dan Xavier....

...Xaviera Brina Sebastiano ...

...(Kebetulan ada yang lagi make payung hehe)...

...Dia ini aktris asal Thailand ig nya : @loverrukk , kenapa aku pilih dia? Karena setelah liat semua postingan nya aku tambah yakin kalo personalitinya tu hampir sama dengan tokoh Brina dan Viera. Jadi gadis jutek bisa, jadi gadis random bisa banget!! Aku cari aktris hollywood itu jarang ada yg cocok wajah sama sifat dari tokoh aku, jadi dia deh pemenang nya!...

...Hwe Xavier Darker...

...Nah kalau ini aktor asal Inggris yaa, untuk ignya : @louispartridge_...

...Sebelumnya mungkin aku belum kasih tau jarak umur dari tokoh-tokoh aku, untuk Viera kan dia udah SMA tingkat akhir yaa, jadi aku tempatin umurnya 19 tahun. Sedangkan Xavier itu lebih tua 5tahun, jadi umurnya 24 tahun yaa....

...Segitu dulu, buat tokoh yang lain sengaja ngga aku kasih visual karena takut jadi bahan perbandingan. Karena di bandingkan itu ngga enak huhuu....

...⏳️...

...~XAVIERA TRANSMIGRATION~...

"Lukanya tidak parah, tapi Nona harus rutin pakai salep ini ya" Viera mengangguk patuh. "Dan ini ada obat agar membantu lukanya cepat kering, diminum 2 kali setelah makan ya!" Dokter itu tersenyum ramah.

Viera membalas tersenyum "Terimakasih Dok."

"Dengan senang hati Nona" Dokter kepercayaan Xavier itu merapikan peralatannya lalu hendak bergegas pergi.

"Duluan Vier, jangan aneh-aneh sama anak Tuan Sebastiano" Dokter itu terkekeh.

Xavier hanya mengibaskan tangan kanannya, membuat Dokter muda itu berdecak. "Menyebalkan" ia bergegas pergi setelah berpamitan.

Di kamar itu mendadak canggung, Xavier berdehem sejenak. "Mari ikut saya!"

Viera mendongak, "Kemana lagi?."

"Makan malam" Xavier berjalan keluar kamar terlebih dahulu, membuat Viera menghembuskan napasnya kesal.

"Kadang baik, kadang balik ke setelan awal. Dasar om-om ga jelasss!" pekiknya kesal, tapi tak urung ia mengikuti langkah lebar Xavier dari belakang.

Sesampai mereka di meja makan, terlihat meja itu sudah lengkap dengan berbagai jenis makanan. Xavier mendudukan dirinya di kursi diikuti oleh Viera di sebelahnya.

Disaat Xavier mulai menikmati makanannya, Viera hanya diam. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu.

Xavier meliriknya "Kenapa?"

"Kenapa apanya?" Viera tampak bingung.

Xavier menghela napasnya, dekat-dekat dengan gadis seperti Viera rupanya membuatnya harus terus bersabar. "Makan!" titahnya kemudian.

Viera langsung mengangguk semangat lalu menyantap makanannya juga.

Pria itu lagi-lagi di buat bingung dengan tingkah gadis di sampingnya. "Apakah semua gadis seperti dia?" batinnya bertanya-tanya.

...⏳...

Reymond masuk ke dalam mansionnya, disana terlihat nampak sepi. Ia juga baru sadar jika putrinya tidak menelpon atau mengirim pesan. Seharian ini ia sangat sibuk karena jadwal meeting nya yang padat.

"Anite" seorang wanita yang merasa terpanggil itu lalu berjalan ke arah majikannya.

"Iya Tuan, ada yang bisa saya bantu?"

"Viera dimana?"

Anite juga terlihat bingung, "Saya tidak melihatnya lagi setelah terakhir kali sarapan bersama tadi pagi" balasnya.

Reymond mendudukan dirinya di sofa tunggal, tanganya terulur untuk memijit pelipisnya pusing. "Baiklah lanjutkan pekerjaanmu!"

Anite mengangguk hormat, "Baik Tuan, saya permisi."

Pria itu menelpon tangan kanannya untuk mencari keberadaan putrinya. "Jordan! Lacak ponsel putriku, cari dia sampai dapat! Dalam 15 menit jika kau tidak menemukan keberadaannya, lihat saja nanti!"

Di sebrang sana Jordan sedikit panik. "Baik Tuan saya laks-"

Belum menyelesaikan kalimatnya, Reymond sudah memutuskan panggilannya. "Arkhhh, kemana kamu Viera?" Ia memutuskan ke kamar mandi pribadinya untuk membersihkan diri, agar ia bisa berpikir lebih jernih.

...⏳...

Setelah selesai makan malam, Xavier meninggalkan Viera membuat gadis itu tambah kesal. "Sebenernya tujuan dia bawa gue kesini ngapain? Nyebelin banget!" gerutunya kesal.

Dengan langkah kesal ia memutuskan untuk melihat-lihat tempat ini. "Ini rumah atau apa ya? Apa jangan-jangan markas? Kalo iya markas terus dilihat dari cara orang-orang hormatin dia, udah fiks sih! Dia pasti leadernya, leader atau ketua mafia ya? Oh atau owner? CEO mafia?" Viera bergumam menerka-nerka siapa Xavier sebenarnya.

Kakinya terus melangkah, didepan sana terlihat banyak penjaga yang berjaga, membuatnya penasaran. Ia berdehem sejenak "Pak, itu ruang apa ya kok ramai?" pengawal itu memicingkan matanya lalu setelah sadar ia sedikit menunduk hormat.

"Maaf Nona, sebaiknya anda kembali saja ke kamar Tuan."

"Memangnya kenapa? Saya hanya penasaran pak" gadis itu menaruh tangannya di dagu. "Apa ada masalah pak?"

Pengawal itu menggeleng "Tidak Nona, sebaiknya anda kembali" balasnya lagi.

"Yaelah pelit banget, gue udah kepo nih" gumamnya lagi. Ia mempunyai ide yang brilliant menurutnya, dengan gesit ia melewati pengawal itu dan mencoba untuk berlari ke arah pintu tadi.

Pengawal itu reflek mengejar Viera yang sudah masuk kedalam pintu. Viera terus berlari sambil terkikik geli, "Mudah banget di kibulin" batinya.

Kakinya terus berlari, disaat ia melirik ke belakang tanpa sadar ia menubruk seseorang.

"Aww" pekiknya terkejut, ia mengusap dahinya yang terasa panas. Viera juga merasakan bau anyir disekitarnya yang membuatnya reflek menutup hidungnya dengan kedua tangan.

Seseorang itu membalikan badannya, pria itu mencoba mengendalikan emosinya melihat jika yang menubruknya adalah Viera.

"Kenapa kesini?" pria itu menatap Viera tajam, membuat gadis itu panik.

Iris mata Viera melihat sekeliling tanpa memperhatikan lawan bicaranya "Aku cuma penasaran, ya Tuhan!" pekiknya terkejut. Ia melihat seseorang sudah tergeletak mengenaskan dengan bersimbah darah segar, jangan lupakan bahwa ternyata di ruangan itu sangat ramai dengan pengawal bersenjata.

Viera memejamkan matanya, "Duh tau gitu ngga usah lihat sekalian!" gumamnya. Ia merasakan tangannya di tarik, dan ia hanya diam mengikuti Xavier. Pria itu membawanya naik ke atas kamar milik pria itu.

Xavier menghentakan tanganya terbawa emosi. "Kenapa kau tidak bisa duduk diam saja disini!" ia sudah tidak bisa menggunakan bahasa formal kepada gadis itu. Yang di tanya pun hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan terkekeh.

"Hehe, maaf ya. Aku penasaran banget ada ramai-ramai apa, eh ternyata lagi sidang eksekusi ya?" jawabnya polos.

Xavier mengusap wajahnya kasar, ia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci mukanya, emosi dia harus di stabilkan terlebih dahulu. Setelah itu ia kembali dan melihat Viera tengah duduk di pinggir ranjang dengan mengayunkan kedua kakinya.

"Kau tidak takut?" kakinya berhenti di hadapan gadis itu. Viera mendongak lalu menggeleng, "Ngga takut sih, cuma ngga suka liat darah banyak."

...⏳️...

Maafin kalau ada typo yaaa hehee

Terimaksih atas dukungannya!♡