Gita Gayatri Kusuma diajak oleh calon suaminya ke sebuah restoran yang berada di dalam hotel berbintang lima. Tanpa sepengetahuannya Gita, calon suaminya sudah membuat perjanjian dengan seorang Presdir muda yang bernama Zevan Abraham
Zevan Abraham membutuhkan wanita yang masih suci untuk ia tiduri semalam karena sudah lima tahun Zevan ditinggal koma oleh istrinya dan dia membutuhkan seorang wanita yang masih suci untuk memuaskan hasratnya semalam saja karena Zevan ingin memiliki keturunan dan calon suaminya Gita yang bernama Yoga yang ingin memenangkan tender, menawarkan Gita ke Zevan. Zevan berjanji meloloskan tendernya Yoga karena Zevan menyukai foto Gita Gayatri yang diperlihatkan oleh Yoga.
Bagaimana nasib Gita selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demam
Teman kuliahnya Gita yang bernama Jazziel, langsung menarik tas punggung Gita.
Gita menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang sambil bertanya, "Kenapa kau tarik tasku, Jazz?"
Jazziel langsung berlari memutari badan Gita dan berdiri tegak di depan Gita untuk bertanya, "Ayah kamu habis dapat bonus, ya?"
"Kenapa emangnya?" Gita justru balik bertanya.
"Tas punggung kamu itu Ori. Astaga! Darimana kau dapat uang untuk beli tas punggung itu?" Tanya Jazziel yang memiliki bapak seorang pengusaha. Jadi, Jazziel yang hobi mengoleksi tas branded sangat hapal bentuk dan harga semua tas branded baik yang sudah mejeng di dalam lemari koleksinya ataupun yang masih jadi incarannya.
"Emangnya kenapa dengan tas punggungku?" Gita melepas tas punggungnya dan mengangkat tas punggung itu cukup tinggi untuk ia amati.
"Tas ini" Jazziel menepuk tas punggung yang tengah diangkat oleh Gita, "Harganya seratus dua puluh lima juta rupiah. Aku sudah lama mengincarnya, tapi uangku belum cukup untuk membelinya dan Mamaku tentu saja akan mendelik kalau aku meminta uang sebanyak itu. Darimana kamu dapat uang untuk beli tas semahal ini" Jazziel kembali menepuk tas punggung itu.
Gita mencangklong tas punggung pemberiannya Zevan Abraham dan hanya tersenyum sambil berjalan melintasi Jazziel
Jazziel langsung memutar badan dan mengekor langkah Gita sambil bertanya, "Gita beritahu aku! Gimana cara dapat uang segitu banyaknya. Aku juga pengen beli tas punggung ini" Jazziel kembali menepuk pelan tas punggung yang kini dicangklong oleh Gita.
Gita terus melangkah sambil menoleh ke Jazziel dan hanya mengulas senyum.
Jazziel mendengus kesal lalu berkata, "Oke, aku nggak akan nanya lagi! Dasar pelit!" Jazziel kemudian melangkah menjauhi Gita dan duduk di bangku favoritnya. Bangku paling belakang. Sedangkan Gita lebih menyukai duduk di bangku paling depan sambil membatin, maafkan aku Jazz, aku tidak bisa menjawab pertanyaan kamu. Lagian kenapa si brengsek Zevan itu membelikan aku tas semahal ini?
Sementara itu, Zevan Abraham melangkah masuk ke kantornya dengan wajah semringah, Dia bahkan tidak marah dan memecat seorang OB yang tanpa sengaja menumpahkan air pel di sepatunya. Zevan Abraham juga tidak mengomel di ruang rapat saat ia menemukan salah satu karyawannya tidak becus memberikan laporan dan Zevan Abraham tidak memotong gaji karyawan yang tidak becus itu.
Raymond ternganga kaget berulangkali melihat tuan mudanya berubah drastis. Asisten tampan itu kemudian membatin, Tuan muda berubah ramah, pemaaf, bisa mentolerir semua kesalahan yang terjadi di hari ini, dan lebih cerah di hari ini, apa karena Non Gita?
Raymond menumpuk berkas terakhir yang ia periksa di sudut meja samping kiri dan ia mengangkat wajah untuk melihat tuan mudanya yang duduk di depannya.
Raymond menautkan kedua alisnya saat ia melihat tuan mudanya tersenyum lalu terkekeh geli kemudian menggelengkan kepala sambil tersenyum lebar.
Zevan seperti itu karena ia tengah membayangkan ciuman pertamanya dengan Gita dan membayangkan saat ia menatap Gita di pagi hari dan mengajak Gita bercinta secara dadakan tadi pagi.
"Tuan muda, Anda kalau tersenyum seperti ini terlihat jauh lebih tampan dari biasanya" Ucap Raymond secara spontan.
Zevan langung mengangkat kepalanya lalu bertanya dengan wajah datar tanpa ekspresi, "Kerjaan kamu sudah selesai?"
"Sudah, Tuan muda. Baru saja selesai" Sahut Raymond dengan senyum lebar.
"Kalau begitu, pembukuan ini kamu salin sebanyak sepuluh kali" Zevan menyodorkan berkas di depannya ke lengan Raymond yang ada di atas meja.
"Hah?! Disalin sekali saja udah bikin pegel apalagi harus disalin sepuluh kali, Tuan?" Raymond sontak mewek di depan Zevan.
Zevan mengambil berkas yang baru sambil berkata, "Karena kamu kurang kerjaan"
"Siapa bilang saya kurang kerjaan, Tuan?" Tanya Raymond masih dengan wajah mewek.
"Buktinya kamu ngurusin senyumanku bukannya kerja, cih!" Sahut Zevan tanpa menatap Raymond.
Raymond hanya bisa menghela napas panjang dan membatin, wah, lain kali nggak usah kasih komentar saja daripada kena hukuman, hiks,hiks.
Tanpa terasa sore sudah menyapa. Zevan memutuskan untuk pulang. Dia merindukan istrinya. Dia ingin mengelap tubuh Diva dan mengobrol dengan Diva seperti biasanya. Saat ia merindukan Diva, bayangan Gita seketika lenyap dari benaknya.
Di jam mata kuliah yang terakhir, Gita keluar dari ruang kelasnya dan merasakan pening di kepalanya. Namun, Gita abaikan rasa pening itu dan ia memilih untuk meneruskan langkahnya menuju ke parkiran mobil. Sesampainya di depan mobil, Gita jatuh pingsan di dalam pelukannya Lena. Lena sontak berteriak panik, "Nona! Jangan pingsan! Aduh, saya bisa kena hukuman, nih! Nona!" Setelah menepuk pipi Gita dengan pelan sebanyak tiga kali dan Gita masih pingsan, Lena membuka pintu jok belakang dan dengan sudah payah merebahkan Gita di jok belakang.
Lena kemudian menelepon Raymond.
"Halo, ada apa?" Tanya Raymond.
"Non Gita pingsan dan badannya panas sekali. Ini saya bawa pulang atau saya bawa ke rumah sakit?" Tanya Lena dengan wajah dan suara panik.
"Bawa ke rumah saja! Aku akan panggil dokter Mey"
"Baik, Tuan Ray" Sahut Lena.
Raymond bergegas naik ke lantai dua menuju ke kamar tuan mudanya dengan berlari kencang. Lalu, Raymond mengetuk pintu.
Zevan yang tengah mengelap wajah cantiknya Diva dengan kain yang dibasahi air hangat langsung menghentikan aktivitasnya. Dia memasukkan kain ke dalam baskom lalu bangkit berdiri untuk melangkah ke pintu.
Zevan membuka pintu dengan pelan dan terkejut melihat Raymond wajahnya penuh keringat dan terengah-engah, "Ada apa? Kenapa kau panik?"
"Maafkan saya kalau saya mengganggu waktu Tuan dan Nyonya muda. Tapi, laporan saya ini saya rasa sangat penting, emm, Non Gita jatuh pingsan dan demam. Lena membawa Non Gita pulang dan dokter Mey sudah meluncur ke sana. Saya cuma mau memberikan laporan, tuan. Silakan Anda masuk kembali dan menghabiskan waktu Anda dengan Nyonya muda" Ucap Raymond.
Alih-alih masuk kembali ke dalam kamarnya, Zevan menutup pintu dan menoleh ke pelayan yang berdiri di samping pintu, "Lanjutkan mengelap istriku! lakukan dengan lembut dan jangan berisik!"
Raymond ternganga kaget dan langsung berlari mengekor tuan mudanya saat ia melihat tuan mudanya berlari meninggalkan dirinya.
Tuan muda belum pernah meninggalkan Nyonya muda seperti ini? Apapun yang terjadi, laporan sepenting apapun yang aku laporkan, Tuan muda pasti melanjutkan dulu aktivitasnya berduaan dengan Nyonya muda. Tapi, kenapa sekarang Tuan muda meninggalkan Nyonya muda dan berlari kencang dengan panik seperti ini saat tuan muda mendengar Non Gita sakit demam? Batin Raymond sambil berlari mengekor tuan mudanya.
Beberapa jam kemudian, Raymond dan Zevan sampai di mansion-nya Zevan dan Zevan langsung berlari kencang menuju ke kamarnya.
Zevan membuka pintu kamar dan menemukan dokter Mey masih memasang infus di punggung tangan Gita.
"Bagaimana kondisinya?" Tanya Zevan dengan wajah panik.
Dokter Mey sontak mengerutkan kening Karena ia belum pernah melihat Zevan Abraham mengkhawatirkan seseroang selain keluarga intinya Zevan Abraham.
"Aku tanya bagaimana kondisinya? Kenapa malah bengong?" Zevan mulai menggeram kesal.
"Ah, maafkan saya, tuan. Gadis ini cuma kelelahan. Kondisinya tidak serius tapi sepanjang malam ini dia harus terus dikompres air hangat karena demamnya sangat tinggi. Saya sudah pasang infus agar gadis ini tidak mengalami dehidrasi dan obatnya saya letakkan di atas nakas. Tiap tiga jam sekali harus diminum dan harus minum air putih yang banyak"
"Hmm. Sekarang pergilah!" Sahut Zevan.
Dokter Mey langsung pergi meninggalkan kamarnya Zevan sambil membatin, gadis ini, kan, gadis yang aku periksa kesuciannya di hotel kemarin? Kenapa berakhir demam di mansion ini? Ah, sudahlah! Itu bukan urusanku.
Zevan kemudian bergegas berganti baju lalu mengambil baskom untuk ia isi air hangat lalu ia celupkan handuk kecil berbahan lembut ke dalam baskom. Lalu, pria tampan itu duduk di tepi ranjang dan mulai mengompres kening Gita dengan penuh kelembutan.
"Jangan pergi! Jangan tinggalkan aku, Mama!" Gita mengigau sambil menggenggam tangan Zevan.
Zevan mengusap lembut pipi Gita dan berkata, "Aku akan tidur di sini malam ini menemani kamu. Aku tidak akan pergi. Tenang ya, ada aku di sini. Aku tidak akan pergi"
lbh parah mlh...
knp bisa di kadalin diva?
#dan lg mana mungkin g ada cctv di mansion??
apapun bentuknya masak pemerkosa di jadikan mc...
#
mlh kesannya kyk jalang...