Hanna harus menerima kenyataan pahit bahwa sang suami telah memiliki hubungan dengan saudara kandungnya.
Ia merasa di bodohi dengan sikap suaminya yang baik dan penyayang, begitu juga dengan sikap adik kandungnya yang terlihat baik dan polos. Namun ternyata mereka menjalin hubungan terlarang di belakangnya.
Apakah Hanna akan memaafkan suami dan adiknya? atau ia akan pergi dari kehidupan rumah tangganya?
Yuk ikuti ceritanya! jangan lupa like, komentar, dan suscribe ya. Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ratih Ratnasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11
Revan mencari Hanna di sepanjang jalan, namun sudah satu jam ia masih belum menemukannya.
"Hanna, kamu di mana?" lirihnya, kenapa ia baru menyadari bahwa yang ia lakukan salah. Revan merasa menyesal telah membiarkan Hanna pergi dari rumah.
Revan berniat akan mengunjungi tempat tinggal orang tuanya, ia berpikir Hanna pasti ada di sana.
"Ya, aku harus ke sana. Mungkin Hanna berada di sana," pikirnya.
Revan menambah kecepatan mobilnya untuk menuju ke rumah peninggalan orang tua Hanna.
Setelah menempuh waktu setengah jam, akhirnya Revan telah sampai di rumah peninggalan orang tua Hanna. Rumah itu sangat sepi, bahkan tidak ada orang yang tinggal di sana. Tapi Revan berharap akan ada Hanna di rumah itu.
Tok... Tok... Tok... "Hanna buka pintunya!" tidak ada jawaban dari siapapun, Rendi terus saja mengetuk pintu rumah itu hingga ada satu warga yang menghampirinya.
"Ada apa malam-malam berisik?" tanya seorang bapak-bapak yang menghampirinya.
"Saya sedang mencari Hanna, pak."
"Hanna? Bukankah Hanna sudah menikah dan tinggal di rumah suaminya?"
"Ya, saya suaminya, pak. Apa bapak melihat Hanna?"
"Apa kamu ini gila? Ini sudah malam, mana mungkin ia pulang ke sini malam-malam," ucapnya dengan heran menatap wajah Revan. "Pergilah dari sini, kamu sudah mengganggu tidur saya," ujar bapak itu, ia kesal dengan suara ketukan pintu. Karena rumah mereka saling berdempetan dengan rumah peninggalan orang tua Hanna.
Revan terpaksa untuk pulang kembali, malam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun Revan belum menemukan keberadaan Hanna. Ia terpaksa harus kembali ke rumahnya dan berhenti mencari Hanna.
"Minumlah, ini air hangat untukmu. Biar tubuhmu tidak kedinginan," ucap seorang pria dengan menyodorkan segelas air hangat pada Hanna.
"Terima kasih," balasnya.
"Kenapa kau pergi malam hari, di luar sangat dingin. Bahkan untuk wanita tidak baik keluar malam."
"Aku terpaksa harus pergi dari rumah karena sedang ada masalah,"
"Kau bertengkar dengan suamimu?" tanya Bram, pria yang sudah menolong Hanna. Hanna hampir pingsan di pinggir jalan, tapi untung saja ada Bram yang melihatnya. Jadi ia menolong Hanna dan membawanya ke rumah.
Hanna tersenyum mengangguk pada Bram, ia tak mungkin menceritakan permasalahan rumah tangganya. Tiba-tiba Hanna kembali menangis, membuat Bram tidak tega melihatnya. Ia pun memeluk Hanna untuk menenangkannya, sebelumnya ia tak berani menyentuh Hanna. Akan tetapi tangisan Hanna membuatnya sakit, jadi ia menenangkan Hanna dengan memeluknya.
"Sudah jangan menangis lagi, tidurlah. Ini sudah hampir pagi, kau pasti lelah." Hanna mengangguk, lalu ia berbaring di atas tempat tidur.
Pukul 4 pagi, Revan baru saja sampai di rumahnya. Semalam ia tak tidur sama sekali karena mencari Hanna, begitu juga dengan Sarah yang tidak bisa memejamkan matanya karena ia menunggu kepulangan Revan.
"Kak Revan! Kenapa baru pulang?"
"Aku lelah ingin tidur, jangan bertanya!" Revan langsung menaiki tangga, tanpa mempedulikan Sarah yang ingin bertanya padanya.
"Ini semua gara-gara kak Hanna!" kesalnya, padahal dirinya sendiri yang membuat suasana menjadi kacau.
Sarah menaiki tangga untuk ke kamar Revan, ia ingin Revan seperti kemarin yang selalu memanjakannya.
Sarah masuk tanpa mengetuk pintu, lalu ia tidur di samping Revan dengan memeluk tubuhnya.
"Kenapa kak Revan harus mencari kak Hanna lagi, bukankah kak Revan memilihku?" ucapnya dengan menatap wajah tampan Revan.
Cup... "Aku mencintai kak Revan, aku rela kesucianku di ambil olehmu, kak. Aku mohon jangan tinggalkan aku, mari kita menikah dan jalani kehidupan baru."
Hingga pagi hari, Revan tidur nyenyak memeluk Sarah dengan erat. Ia merasakan ada seseorang disampingnya. Ia mengira bahwa yang dipeluknya adalah Hanna.
Cup... "Hanna, terima kasih sudah kembali padaku lagi. Aku mencintaimu, maafkan aku, Hanna." Sarah yang mendengar Revan memanggil nama Hanna, ia langsung bangun dan menatap Revan.
"Apa maksudmu, kak. Aku Sarah bukan Hanna," Revan terkejut melihat Sarah yang berada disampingnya. Ia langsung marah pada Sarah.
"Kenapa kau berada di sini? Siapa yang menyuruhmu tidur di sini!" Bentaknya, membuat Sarah sakit hati dengan bentakan Revan.
"Apa maksudmu, kak. Kenapa kau memarahiku. Bukankah, ini yang kita inginkan."
"Diam! Aku tak ingin mendengar apa katamu, pergilah dari sini!" Sarah terpaksa bangun dan pergi meninggalkan Revan yang masih marah padanya.
Setelah sampai lantai bawah, Sarah terkejut dengan kedatangan Bu Rohanah yang tiba-tiba sudah berada di ruang tamu.
"Ibu?"
"Dimana Revan?"
"Kak Revan ada di kamarnya, Bu."
"Lalu kenapa kau turun dari atas, apa yang kau lakukan pada anak saya, hah! Wanita tak tahu diri, beraninya kau tidur dengan anak saya!" bentak Bu Rohanah tak kalah marah pada Sarah. Ia mendengar Hanna pergi dari rumah dari salah satu tetangganya yang mendengar pertengkaran mereka.
Sarah menangis memohon pada Bu Rohanah, ia meminta maaf atas kesalahannya.
"Maafkan aku, Bu. Aku dan kak Revan saling mencintai, tolong jangan marah pada kami."
"Ck, perempuan murahan gak punya harga diri! Beraninya kau merebut suami kakakmu sendiri. Dari awal saya memang sudah tak menyukaimu, dan ternyata benar kau wanita penghancur rumah tangga anak saya!"
Plakkk... Bu Rohanah menampar Sarah dengan geram, ia tak menyangka dengan perilaku Sarah yang seperti itu. Padahal usia Sarah masih muda, namun ia malah menyukai pria yang sudah beristri.
Bu Rohanah segera naik ke atas dengan perasaan marah dan kecewanya, ia langsung masuk ke kamar Revan dengan menampar wajahnya.
Plakkk...
"Ibu, apa yang ibu lakukan?"
"Kau bilang apa? Kau tak sadar dengan ulahmy sendiri, hah! Apa yang sudah kamu lakukan dengan wanita murahan itu, beraninya kamu mengkhianati Hanna wanita yang baik."
"Maaf Bu, Revan minta maaf, Revan salah sudah melakukan itu semua. Revan pamit mau mencari Hanna dan membawanya kembali."
Plakkk... Bu Rohanah kembali menampar anaknya.
"Ibu kecewa padamu, Revan. Kau sudah ibu didik dengan baik, tapi kenapa kau melakukan hubungan terlarang dengan wanita murahan itu! Ibu sangat kecewa padamu."
"Maaf Bu, maafkan aku."
"Cepat! Carilah Hanna, dan bawa dia ke sini. Ibu tidak akan memaafkanmu jika Hanna tak kembali," geramnya.
Revan segera pergi meninggalkan ibunya, ia akan mencari Hanna kembali dan membawanya.
"Kak Revan mau ke mana?"
"Awas!" ucapnya dengan mendorong tubuh Sarah, ia tak punya waktu untuk berbicara dengan Sarah.
Tiba-tiba Sarah merasakan pusing, ia merasa perutnya sangat mual. Kemudian ia berjalan masuk ke kamarnya dengan memegang kepala yang terasa pusing. Sarah masuk kedalam toilet dengan mengeluarkan isi perutnya, ia tak tahu kenapa tiba-tiba dirinya sangat mual di pagi hari.
...----------------...