HANA HUMAIRAH ALDRICK gadis cantik berhijab yang sangat ahli dalam bela diri dan juga sangat pintar terpaksa menjadi bodyguard seorang CEO karna permintaan dari orang yang telah membesarkannya.
ARGA MAHESYA PUTRA ADMADJA
seorang CEO diperusahaan milik ayahnya. Semenjak menjadi CEO ia selalu mendapatkan teror bahkan ada yang melakukan percobaan pembunuhan terhadapnya. Karna hal itu orangtuanya mencarikannya seorang bodyguard yang akan selalu bersamanya.
"Hahaha ... mama pasti bergurau bukan? aku dijaga oleh seorang perempuan? yang benar saja"
"Sombong sekali anda tuan, dengan sekali gerakan aku bisa mematahkan kaki anda itu" batin Hana
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fatma Yulita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Laila Juanda
Hari ini adalah hari yang menenangkan bagi Arga, hari dimana ia tidak berhadapan dengan berkas-berkas penting perusahaan. Hari ini adalah hari minggu, hari dimana Arga tidak pergi kekantor. Biasanya, di pagi hari Arga akan pergi jogging ketaman kota tapi tidak untuk kali ini, ia lebih memilih untuk tidur karna sudah beberapa hari ini ia tidak cukup tidur.
Arga menghubungi Hana setelah selesai shalat subuh, memberitahukan bahwa dirinya hari ini akan beristirahat saja di kamarnya dan jangan mengganggunya. Hana tak membuang kesempatan itu, ia segera menjalankan aksinya untuk menyelidiki kejadian-kejadian yang terjadi beberapa hari belakangan.
Setelah Arga menghubungi Hana, Hana pun langsung menghubungi rekannya untuk mencari tau tentang Laila Juanda.
"Assalamualaikum Rey"
Rey adalah rekan Hana diperkuliahan. Hana dan Rey menjadi dekat karena sewaktu kuliah Hana sering membantu Rey saat dia mendapatkan perlakuan buruk dari senior ataupun teman sebaya. Rey sangatlah pendiam namun dia sangat cerdas dan seorang stalker sekaligus hacker yang hebat.
"Waalaikumsalam Hana"
"Rey apakah kau sudah menyelidiki tentang data orang-orang yang telah ku kirimkan sebelumnya?" Tanya Hana. Disaat Arga sedang sibuk bekerja, Hana memutuskan untuk menelpon Rey dan meminta tolong padanya untuk menyelidiki tentang orang-orang yang hadir pada saat rapat kemarin terutama Laila. Untuk seorang hacker yang luar biasa, mencari tau tentang seseorang jika identitasnya diketahui itu sangatlah mudah bagi seorang Rey.Tak butuh waktu yang lama bagi Roy untuk mendapatkan informasi tentang Laila.
"Ya ... aku sudah mendapatkannya, untuk wanita bernama Laila dia tinggal dijalan X disebuah apartemen. Orang tuanya sekarang tinggal di kota K dan dia mempunyai seorang adik yang masih SMA." Jelas Roy.
"Baiklah Rey terima kasih sudah membantuku, tapi apakah sekarang dia ada diapartnya?" tanya Hana.
"Aku rasa ada karna dihari minggu ia selalu libur bekerja kecuali dalam keadaan terdesak"
"Kalau begitu terima kasih Rey dan maaf sudah merepotkan mu"
"Tidak usah sungkan begitu Hana, hubungi saja aku saat kau membutuhkan bantuanku, aku akan selalu membantumu"
"Terima kasih Rey, aku tutup sekarang ya Assalamualaikum"
Setelah Hana menutup telponnya, Hana segera bersiap untuk pergi menemui Laila. Namun sebelum itu ia akan pergi ke kantor Arga terlebih dahulu untuk memeriksa cctv keamanan.
Setelah selesai bersiap, Hana langsung pergi kekantor Arga. Sesampainya di kantor Arga, Hana bertemu dengan Refan diparkiran.
"Hai Hana, selamat pagi" sapa Refan.
"Selamat pagi juga tuan Refan" Hana menunduk memberi hormat.
"Hana sudah berapa kali aku bilang padamu, untuk tidak memanggilku tuan, panggil saja ku Refan" Tegas Refan dengan suara rendah.
Hana hanya tersenyum kearah Refan.
"Maaf tuan Refan, saya hanya merasa kurang nyaman jika hanya memanggil nama anda, rasanya sangat tidak sopan" jelas Hana.
"Kau terlalu berlebihan Hana tapi jika kau berkata seperti itu, panggil saja aku senyamanmu saja" ucap Refan.
"Maafkan saya tuan Refan membuat anda merasa tidak nyaman"
"Tidak juga, oh ya ada apa kau kesini? bukannya hari ini Arga tidak pergi kekantor?" Refan mengernyit Heran menatap Hana.
"Tuan Arga sedang beristirahat di apartemennya tuan dan tak mau diganggu, jadi lebih baik saya kesini sekalian melihat cctv yang ada diruang meeting kemarin, apa boleh tuan Refan?" jawab Hana
"Ah tentu saja boleh Hana mari aku antar" tawar Refan
"Tidak perlu repot-repot tuan saya bisa pergi sendiri" ucap Hana sambil menundukkan kepalanya.
"Sudah tidak apa, ayo!" Refan langsung pergi diikuti oleh Hana dari belakang.
Sekarang Hana sudah selesai dengan urusannya di kantor Arga.Tak lupa ia mengucapkan terima kasih kepada Refan karna telah mempermudah dirinya mencari rekaman cctv kemarin.
Hana melajukan kembali mobilnya menuju apartemen Laila.Tak butuh waktu yang lama, Hana sudah berada di depan sebuah apartemen yang ia ketahui dari Rey adalah milik Laila.
Hana sedikit mendapat kendala saat memasuki apartemen tersebut. Namun Hana memiliki begitu banyak cara untuk mempermudah urusannya. Sekarang Hana sudah berada didepan pintu apartemen Laila.
Ting tong
Tidak berselang lama setelah Hana menekan bel apart, pintu apart tersebut terbuka.
Laila sangat terkejut melihat Hana barada didepan pintu apartnya. Ia hendak menutup pintu kembali namun ditahan oleh kaki Hana.
"Ka ... kau siapa?" tanya Laila dengan gugup.
Hana hanya menunjuk wajah datar tanpa ekspresi kepada Laila.
"Anda tidak pernah melihat saya nona?" Hana tak menghiraukan pertanyaan Laila dan malah balik bertanya yang membuat Laila bertambah gugup karna ketakutan. Hana awalnya tak mengira kalau Laila akan bersikap seperti itu, tapi setelah melihat gelagapan Laila yang seperti itu, membuat Hana menjadi semakin curiga padanya.
"Ti ... tidak, aku ... tidak pe ...pernah melihatmu" tubuh Laila begitu gemetar, rasanya ia tak bisa lagi untuk berbicara karna begitu gugup.
"Anda yakin nona? tapi saya pernah bertemu dengan anda" Hana melangkah masuk kedalam kamar Laila dan duduk di sofa dalam kamar tersebut.
"Apa anda tidak ingat kejadian kemarin nona Laila juanda" lanjut Hana.
Seketika tubuh Laila menegang, menjadi kaku, lidahnya terasa sangat kelu hanya untuk sekedar mengucapkan satu kata.
"Saya sudah tau semuanya nona, jika anda jujur kepada saya, mungkin saya tidak akan melaporkan anda ke polisi tapi jika anda tidak mau bekerja sama maka saya bisa memasukkan anda kedalam penjara karena telah bersekongkol untuk melakukan pembunuhan terhadap tuan muda Admadja" Jelas Hana masih setia duduk di sofa. Laila menutup pintu dan membalikkan tubuhnya menghadap kearah Hana.
"A ... apa maksudmu, aku sama sekali tidak mengerti?" Laila mencoba menahan gemetar tubuhnya.
"Disaat anda melakukan presentasi kemarin, anda melihat pria itu akan menembak tuan Arga, tapi anda tetap melajutkan presntasi seoalah anda tak melihatnya nona"
"Aku ... aku memang tak melihatnya" sangakal Laila.
"Saya punya cukup bukti untuk menyeret anda kekantor polisi nona, jadi mana yang anda pilih nona?berkata jujur atau masuk penjara?" Hana berdiri dan berjalan menghampiri Laila sambil menunjukkan rekaman cctv melalui ponselnya. Seketika tubuh Laila terkulai lemas,ia terduduk dilantai dan mulai mengeluarkan air matanya.
"Jadi apa pilihan anda nona?" ucap Hana menyeringai menatap sinis Laila setelah mensejajarkan tubuhnya dengan Laila.
"Aku terpaksa melakukannya, aku terpaksa" ucap Laila yang mulai terisak.
"Apa maksud anda nona?" Hana menautkan alisnya tak mengerti dengan ucapan Laila.
"Pria itu, pria itu mengancam akan membunuh orang tua dan juga adikku"
"Mengancam?"
Flashback on.
Setelah sampai di gedung Admadja group, Laila pergi ke toilet untuk memperbaiki dandanannya.
"Ah ... aku sangat gugup, apa lagi nanti aku akan berhadapan langsung dengan CEO perusahan ini. Aku harus semangat aku tidak boleh mengecewakan pak Tang" gumam Laila. Pada saat itu yang berada didalam toilet hanya Laila saja.
"Apa aku sudah kelihatan cantik?" ucap Laila melihat pantulan wajahnya di cermin.
"Tentu saja, anda sangat cantik" Suara seorang pria yang tiba-tiba saja membuat Laila terperanjat kaget. Laila langsung menghadap ke sumber suara tersebut.
"Kau ... mau apa kau disini, apa kau tidak lihat kalau ini adalah toilet wanita?" teriak Laila.
Pria itu tak menghiraukan teriakan Laila, ia melangkah mendekati Laila sontak laila mundur hingga tubuhnya tersandar ditembok. Sekarang pria itu sudah berada dekat didepan Laila.Tangannya terangkat, tiba-tiba saja...
"Le...lepaskan aku to...tolong..." pria itu mencekik leher Laila membuat Laila susah untuk bernafas. Laila tak bisa memberontak karna pria itu mengunci kedua tangannya dalam satu genggaman. Kakinya tak dapat bergerak karna diinjak oleh pria itu.
"Lakukan satu hal untukku maka aku akan melepaskan mu?" ucap pria itu setelah melepaskan tangannya dari leher Laila tapi masih memerangkap tubuhnya.
"Apa yang kau inginkan?" teriak Laila.
"Aku ingin saat presentasi nanti, jangan pernah kau bersuara sedikitpun saat aku akan menembak mati ... Arga" ucap pria itu ditelinga Laila.
"Tidak ... aku tidak akan melakukan itu, lebih baik aku mati dari pada membantu penjahat sepertimu" teriak Laila.
Pria itu menyeringai"Benarkah, tapi aku tidak hanya akan membunuhmu tapi juga keluargamu" Ucap pria itu, seketika mata Laila terbelalak mendengarnya, tubuhnya membeku dan tak ada pemberontakan lagi.
"Bagaimana?" Laila tetap diam membuat pria itu kesal.
"Baiklah kalau begitu, kau menolaknya, aku akan membunuh semua keluargamu dan aku akan memberikan kehormatan untukmu untuk memilih siapa yang lebih dulu mati, ayahmu, ibumu, atau adikmu"
"Jangan! jangan bunuh siapapun, aku ... aku akan melakukannya" ucap Laila dengan cepat.
"Keputusan yang bagus"
Bersambung ...