"Sampai kapan kamu akan berlindung di ketiak mama? Kalau sikap kamu manja seperti ini mana ada laki-laki yang mau menikahi kamu. Abang tahu kamu sering dimanfaatkan oleh pacar-pacar kamu itu 'kan?"
"Abang, jangan meremehkan aku. Aku ini bukan gadis manja seperti yang kau tuduhkan. Aku akan buktikan kalau aku bisa mandiri tanpa bantuan dari kalian."
Tak terima dianggap sebagai gadis manja, Kristal keluar dari rumahnya.
Bagaimana dia melalui kehidupannya tanpa fasilitas mewahnya selama ini?
Yang baca wajib komen!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nirwana Asri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Omes
"Tunggu!" Berlian memanggil pelayan yang baru menyajikan makanannya.
Jantung kristal berdebar kencang. Dia takut sang Ibu mengenalinya. Kristal menoleh dengan ragu.
Berlian berjalan mendekati gadis itu. "Sepertinya kamu sedang men**struasi hingga kamu tidak menyadari kalau darahmu tembus."
"Maaf." Kristal buru-buru lari ke belakang.
"Nara, pan**tatmu." Tunjuk Meilani.
"Aku tidak bawa baju ganti, bagaimana ini?" Kristal panik.
"Apa kamu tidak pakai pembalut?" tanya Meilani.
"Sudah, tapi hari ini sedang banyak-banyaknya," jawab Kristal. Jam pulang kerja sudah semakin dekat Kristal tidak bisa bergerak karena dia malu.
"Nara, ayo pulang sekarang!" ajak Ruli.
"Tapi, Pak." Dia ragu untuk menjelaskan.
"Nara pakai sweater aku buat nutupin." Meilani memberikan sweaternya pada Kristal.
"Tapi Lan ini kan sweater kesayangan kamu," ucap Kristal yang merasa tidak enak.
"Kamu kenapa? Sakit?" tanya Ruli dengan nada dinginnya. Susah ditebak antara peduli atau menuduh.
"Tidak, Pak."
"Lantas kenapa tidak juga pulang. Saya ingin cepat sampai di rumah, mau ganti perban tangan saya." Bentak Ruli.
"Lani, aku pinjam sweatermu nanti akan kuganti," kata Kristal yang terpaksa menerima bantuan dari sahabatnya itu.
Ruli mengikuti Nara dari belakang. Ada yang aneh pada gadis itu, dia menutup bagian pantatnya. Ruli yang penasaran lalu menyambar sweater yang dikenakan oleh Nara.
Srett
Menyadari bahwa seseorang menarik sweater yang dia pakai, Kristal menangkap tangannya lalu melintir ke belakang.
"Nara lepaskan tangan saya!" Teriak Ruli kesakitan.
"Bapak ngapain? Mau pegang bagian belakang saya?" Tuduh Kristal lalu melepas genggaman tangannya.
"Punya otak jangan mesum, saya hanya ingin tahu kenapa kamu pakai itu di bagian pan*tat bukankah fungsinya untuk menghangatkan badan?"
"Masalah wanita. Bapak nggak perlu tahu."
"Jangan-jangan dia sedang...." Ruli berpikir kalau Nara sedang datang bulan. Tapi memang begitu kenyataannya.
Ruli memakai masker karena dia merasa jijik dan takut bau amis itu menyebar. "Nara setelah ini kamu cuci mobil sampai bersih. Saya tidak mau ada noda darah yang tertinggal di mobil saya," ucapnya dengan nada dingin.
"Kenapa dia bisa tahu?" Batin Kristal.
"Ya, Pak. Baiklah."
Sesampainya di rumah Ruli, Kristal melakukan apa yang diperintahkan atasannya itu. "Seumur-umur baru kali ini aku nyuci mobil. Tapi menyenangkan juga, pantas anak kecil suka main air."
"Nyuci mobil saja sampai mandi segala," ledek Ruli.
Kristal tersenyum licik. "Bapak mau bantuin saya?" Dia menyiramkan air keran itu ke arah Ruli.
"Siaalan nih cewek. Nara hentikan!" Ruli berteriak marah. Tapi Kristal tak mendengarkan ocehannya. Ruli merampas selang air tersebut lalu menyemprotkan ke arah Nara. Betapa terkejutnya Ruli ketika melihat baju yang dipakai Nara jadi tembus pandang.
"Apa itu yang garis-garis. Bukankah kaosnya putih polos?" Otak Ruli traveling ke mana-mana. Ruli berhenti menyemprot Nara lalu dia masuk ke dalam rumah dengan jantung yang bergemuruh.
"Astaga Ruli, punya otak jangan omes." Dia merutuki dirinya sendiri.
Kristal juga sudah merasa badannya menggigil kedinginan. Dia pun ikut masuk. "Bagus ya. Kamu ini enak-enakan main air. Kaya anak kecil saja," cibir salah seorang asisten rumah tangga di rumah Ruli yang bernama Mona
"Saya mau ganti baju dulu, mbak."
Mona menatap tak suka pada gadis itu. Seumur-umur majikannya tak memperlakukan dia dengan istimewa padahal wajahnya lumayan cantik.
Mona pun merencanakan sesuatu yang bisa membuat Nara dipecat. "Aku tidak akan membiarkan kamu tinggal lebih lama di rumah ini," gumamnya dengan seringai licik.
Nara keluar setelah berganti baju. Lalu Mona meminta Nara untuk mengantarkan buah semangka ke kamar Ruli. Mona sengaja menjebak Nara agar mendapatkan hukuman dari Ruli karena majikannya itu tidak suka buah semangka. Menurutnya sejenis buah yang tumbuh di atas tanah tidak layak untuk dimakan karena baginya yang tersentuh tanah itu kotor termasuk umbi-umbian dan kacang tanah.
Kristal berjalan menuju ke kamar Ruli tapi saat itu dia bertemu dengan Lira. "Mau ke mana Nara?" Tanya Lira dengan lembut.
"Mengantarkan ini ke kamar Pak Ruli, Bu," jawabnya.
Lira paham Nara belum lama mengenal Ruli jadi dia tidak tahu kalau dia tidak menyukai semangka. Agar tidak menyakiti hati gadis itu, Lira mengajak Nara duduk di depan televisi. "Ayo Nara dimakan aja semangkanya, Ruli tidak suka makan buah-buahan seperti ini."
Kristal ragu karena ketika dia sedang dalam keadaan menstruasi tekanan darahnya rendah. Bahkan jika memakan sesuatu yang bisa menyebabkan anemia dia bisa sampai drop.
Tak enak menolak kenaikan dari Lira, Kristal mencoba memakannya meski dia tak ingin.
Kristal menarik nafas dalam-dalam sebelum mulai menggigit buah semangka itu. "Semoga besok tidak tejadi apa-apa," ucapnya dalam hati.
Lira mengajak Nara ngobrol sebentar. Ketika wanita itu mendapatkan panggilan telepon dari suaminya, dia meninggalkan Nara seorang diri di ruang televisi.
Ruli yang baru turun dari atas tangga melihat Nara memakan buah semangka sendirian. "Kamu suka buah semangka?" Suara Ruli membuat Kristal terkejut. Dia baru sadar kalau dia sudah makan buah itu lebih dari dua potong.
"Waduh gimana nih?"
Kristal melihat lengan Ruli tidak memakai penyangga lagi. "Pak tangan anda sudah baikan?"
"Iya, sudah."
"Apa saya harus pindah dari sini setelah tangan anda sembuh? Bukankah anda bisa menyetir sendiri?" Sebenarnya Kristal hanya ingin tahu bagaimana kejelasan nasibnya.
"Siapa bilang aku akan mengusirmu? Kamu masih kubutuhkan di sini jadi jangan harap kamu bisa keluar dari rumah ini tanpa izin dari saya," ucap Ruli dengan angkuh.
Tapi Kristal tak peduli, yang penting dia ada tempat tinggal saat ini. Tapi kalau dipikir-pikir sikap Ruli seperti abangnya, Alex. "Ah aku rindu kamu, Bang. Apa kabar dengan kak Sandra dan keponakanku Zavier?" Ungkapnya dalam hati.
Setelah itu Ruli mendapatkan telepon dari seseorang. Dia pergi menjauh karena apa yang dibicarakan menyangkut Nara.
"Hallo, bagaimana?"
"Saya sudah dapat informasi lengkap mengenai gadis yang di foto, Pak," jawab orang suruhan Ruli.
"Bagus, kirim file yang aku minta melalui email sekarang," perintahnya pada orang suruhannya itu.
Tak lama kemudian Ruli mendapatkan sebuah email yang masuk ke handphonenya. Ruli membaca dengan seksama profil gadis yang bernama Nara itu.
"Kristal Quenara Jaden, putri pemilik hotel J&B dan kantor ojek online. Anak sultan ternyata," ucapnya sambil mengulas senyum."
Di tempat lain, Kristal mulai merasakan kepalanya yang pusing. Dia pun merebahkan diri agar tak sampai pingsan.
Keesokan harinya Ruli kembali membangunkan Nara di kamarnya. "Anak ini kebiasaan tidak pernah mengunci kamar. Bagaimana kalau ada yang mengambil barang-barangnya," gerutu Ruli.
Lalu dia masuk dengan perlahan dan melihat wajah Kristal tampak pucat. Ruli berjongkok dan menyentuh kening Nara. "Astaga dia demam."
Ruli mengambil alat untuk mengecek suhu tubuh gadis itu di kamarnya. Laki-laki itu terkejut ketika suhu Nara mencapai 39,5°C. Tak berpikir panjang Ruli mengangkat tubuh Nara.
"Ruli, Nara kenapa?" Tanya Lira.
"Sakit, Ma. Aku akan membawanya ke rumah sakit."
Dugh kasian juga ya Kristal. Bang Ruli tolong jaga dedek Kristal 😭
...♥️♥️♥️...
sambil nunggu aku up kita mampir ke novel teman aku dulu ya kasih dukungan dengan like dan favorit.