NovelToon NovelToon
Eternal Love

Eternal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / CEO / Hamil di luar nikah / Percintaan Konglomerat / Angst
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Jemiiima__

Cinta itu manis, sampai kenyataan datang mengetuk.
‎Bagi Yuan, Reinan adalah rumah. Bagi Reinan, Yuan adalah alasan untuk tetap kuat. Tapi dunia tak pernah memberi mereka jalan lurus. Dari senyuman manis hingga air mata yang tertahan, keduanya terjebak dalam kisah yang tak pernah mereka rencanakan.

‎Apakah cinta cukup kuat untuk melawan semua takdir yang berusaha memisahkan mereka? Atau justru mereka harus belajar melepaskan?

‎Jika bertahan, apakah sepadan dengan luka yang harus mereka tanggung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jemiiima__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13

...Eternal Love...

...•...

...•...

...•...

...•...

...•...

...🌻Happy Reading🌻...

‎"Saya suka kamu," ucap Yuan akhirnya, jujur, tanpa hiasan kata-kata.

‎"Saya ingin lebih dari sekedar atasanmu. Saya ingin ada di sisimu... sebagai seseorang yang kamu izinkan masuk ke dalam hidupmu."

‎Hening sejenak. Hanya suara debur ombak di luar yang mengisi udara.

Reinan menunduk, bingung harus menjawab apa.

"Yuan , apa ini gak tiba-tiba? "

"Mungkin bagi kamu ini tiba-tiba..." Yuan tersenyum tipis, ada getir di ujungnya.

‎"Tapi bagi saya ini nggak tiba-tiba, jujur sejak awal pertemuan kita di club , kamu cukup menarik perhatian saya. Terlepas kesalahan yang pernah saya perbuat . Saya selalu berharap diberi kesempatan untuk memulainya kembali.

‎‎Reinan menggigit bibirnya, hatinya kacau antara kaget, ragu, dan perasaan hangat yang sulit ia tolak.

‎Ia hanya bisa mengangguk kecil, tanpa berani menatap langsung.

Yuan pun tak memaksa, ia hanya menambahkan dengan suara lembut:

‎"Ambil waktu yang kamu butuhkan. Saya bisa menunggu."

Langit malam bertabur bintang, suara ombak berkejaran pelan. Angin laut sedikit dingin, membuat Reinan merapatkan kemejanya. Di sisi lain, Yuan berjalan tenang, langkahnya sejajar dengan Reinan.

‎‎Mereka baru saja keluar dari restoran, memilih berjalan menyusuri tepi pantai sebelum kembali ke hotel.

‎‎Beberapa menit pertama hanya diisi suara laut. Reinan tak berani membuka percakapan, pikirannya masih berputar pada kata-kata Yuan di meja makan tadi.

‎‎Yuan meliriknya sekilas, lalu tersenyum tipis.

Yuan melepas mantel panjangnya dan menyampirkannya ke pundak Reinan.

"Saya tahu kamu kedinginan, jangan sampai masuk angin," ucapnya ringan.

Reinan menunduk, jantungnya berdebar keras. Ia menggenggam ujung mantel itu, lalu memberanikan diri bicara.

‎"Tadi di restoran... aku masih belum tahu harus jawab apa."

Yuan berhenti sejenak, menatap wajah Reinan yang diterangi cahaya lampu jalan.

‎"Saya gak minta jawaban cepat," katanya lembut. "Saya cuma pengen kamu tahu apa yang saya rasakan, bagi saya itu cukup."

Reinan mengangguk pelan, matanya menatap laut lepas. "Entah kenapa... aku senang dengar itu. Tapi sekaligus takut."

‎"Takut?" Yuan mengulang, nada suaranya penuh perhatian.

‎‎Reinan menarik napas dalam-dalam. "Aku takut... kalau semua ini akhirnya cuma menyulitkanmu. Aku orang biasa, bukan siapa-siapa. Sedangkan kamu..." ia berhenti, bingung mencari kata, "...kamu berbeda."

‎‎Yuan tersenyum hangat, langkahnya kembali bergerak. "Kamu juga berbeda bagiku, Reinan. Itu saja yang penting

"‎Hening lagi, tapi kali ini terasa lebih hangat. Reinan tersenyum kecil, seolah hatinya sedikit lebih ringan.

Beberapa langkah kemudian, Yuan memberanikan diri menggenggam tangan Reinan. Gerakannya pelan, seakan memberi waktu kalau Reinan ingin menolak. Namun, Reinan tidak melepaskannya. Ia hanya menunduk, wajahnya memanas, tapi genggaman itu terasa hangat di tengah dinginnya angin laut.

Yuan menatapnya lembut. "Kamu gak perlu buru-buru menjawab apa pun. Bagiku, cukup melihatmu di sini... itu sudah lebih dari cukup."

‎‎Reinan menahan napas, lalu tersenyum samar. "Aku... belum tahu apa yang harus kukatakan. Tapi aku tahu satu hal, bersamamu... aku merasa nyaman."

‎‎Yuan berhenti berjalan, berbalik menatapnya penuh arti. Di bawah cahaya bulan, ia mengecup bibir Reinan singkat. Namun penuh ketulusan.

"Kalau gitu, izinkan saya untuk selalu membuat kamu merasa begitu."

Reinan terpaku, wajahnya memerah. Tapi jantungnya berdetak begitu cepat, hingga ia hanya bisa mengangguk pelan.

Mereka kembali berjalan, tangan masih saling menggenggam. Tidak ada kata-kata lagi, hanya suara laut dan hati yang berdetak seirama.

****

‎Suasana lobi hotel dipenuhi para karyawan yang sudah siap pulang. Beberapa tampak sibuk menyeret koper, sebagian lagi asik bercanda sambil menunggu bus penjemputan.

‎Reinan ikut berdiri di antara mereka, berpura-pura sibuk dengan ponselnya. Sementara itu, Yuan sedang berbicara dengan Tae-sung, memberikan arahan terakhir sebelum kepulangan tim.

"Pak Yuan tidak ikut pulang?" tanya salah satu manajer heran.

‎‎Yuan tersenyum tipis, nada bicaranya tenang. "Saya sudah ajukan cuti, beberapa hari saja. Saya butuh istirahat setelah rangkaian acara padat kemarin."

‎‎Karyawan-karyawan mengangguk mengerti, meski dalam hati ada yang sedikit terkejut. Jarang sekali seorang pimpinan mengambil cuti mendadak.

Di sisi lain, Reinan mendapat beberapa pertanyaan dari rekan-rekan magangnya.

‎"Kamu pulang bareng kita kan?"

‎Reinan menggeleng cepat, menyelipkan alasan, "Aku mau mampir dulu... ada kerabat di sini, jadi aku mengunjungi mereka sebentar."

‎‎Jawaban itu membuat para rekan hanya mengangguk. Bus berangkat, meninggalkan Reinan yang berdiri di lobi. Ia menoleh sekilas ke arah Yuan yang masih berbincang dengan staf. Begitu mata mereka bertemu, Yuan memberi isyarat kecil sebuah anggukan singkat yang membuat Reinan mengerti.

‎Mereka sama-sama berbohong, untuk alasan berbeda.

‎Tapi intinya sama. Mereka ingin tetap bersama di Jeju, setidaknya sehari lagi.

‎Hotel terasa lebih sepi. Reinan turun ke lobi, Yuan sudah menunggunya di depan, tanpa sopir, hanya dengan mobil sewaan sederhana agar tidak mencolok.

‎"Saya fikir kamu sudah diculik kerabatmu," Yuan menggoda sambil membukakan pintu mobil.

‎Reinan cengengesan, "Kerabat fiktifku itu sangat sibuk."

‎Mereka berdua melaju keluar kota, mengikuti jalan kecil yang berujung pada pantai sepi. Matahari sore hampir tenggelam, meninggalkan semburat oranye yang indah di cakrawala.

‎Reinan melepas sepatunya, berlari ke tepi ombak, membiarkan air laut membasahi kakinya. Yuan berjalan menyusul, tangannya dimasukkan ke saku, wajahnya lebih tenang.

‎"Cepat banget jalannya, kamu mau balapan sama ombak?" teriak Yuan.

‎"Kalau kamu bisa menangkapku, ayo coba!" jawab Reinan sambil berlari kecil menyusuri pasir.

‎Spontan, Yuan ikut mengejarnya. Tawa mereka pecah di tengah deburan ombak. Reinan terus menghindar, tapi akhirnya Yuan berhasil menangkap lengannya, membuat Reinan kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Refleks, Yuan menariknya kedalam pelukannya.

‎Reinan terengah-engah, wajahnya merah entah karena berlari atau karena tatapan Yuan yang begitu dekat.

‎"Curang... kamu terlalu tinggi buat kejar-kejaran," gumam Reinan pelan.

‎"Bukan salahku kalau langkahku panjang," balas Yuan sambil tersenyum, lalu akhirnya melepaskannya perlahan.

‎Mereka duduk di pasir, menonton langit berubah gelap. Sesekali Reinan melempar pasir kecil ke arah Yuan, pura-pura iseng, tapi malah berakhir dengan Yuan menggenggam tangannya agar berhenti.

******

‎Hujan turun ketika Yuan dan Reinan menuju mobil. Begitu tiba di hotel, keduanya basah kuyup. Reinan buru-buru masuk kamar, dan mengibas-ngibaskan rambut. Yuan menyusul, menaruh ponselnya di meja sambil menghela nafas.

‎Di dalam kamar, suara hujan masih terdengar jelas dari balik jendela. Reinan duduk diam di kursi dengan handuk melilit di bahunya. Rambut panjangnya masih meneteskan air. Yuan mengambil pengering rambut dari meja, berdiri di belakangnya, lalu mulai perlahan mengeringkan helaian basah itu.

‎"Jangan gerak," ucap Yuan lembut, suaranya lebih tenang dari biasanya.

‎Reinan hanya mengangguk pelan, menunduk sedikit. Hangat dari hembusan angin pengering rambut terasa nyaman, tapi jantungnya justru berdebar tidak karuan.

‎Yuan menunduk sedikit, jemarinya sesekali menyibakkan rambut Reinan agar cepat kering. Saat itu, mata mereka tanpa sengaja bertemu lewat pantulan cermin kecil di meja. Reinan buru-buru mengalihkan pandangan, tapi Yuan tetap menatapnya dalam.

‎Pelan-pelan, Yuan menutup pengering rambut lalu menaruhnya di meja. Ia bergeser, kini berdiri tepat di depan Reinan. Wajahnya mendekat, matanya menelusuri setiap detail wajah Reinan hingga akhirnya berhenti pada bibirnya yang masih tampak lembap..

‎Tangan Yuan terangkat, menyingkirkan sisa helai rambut basah yang menempel di pipi Reinan. Lalu, tanpa ragu lagi, ia menunduk sedikit dan mendaratkan ciuman lembut di bibir Reinan.

‎Reinan terkejut, matanya membesar sekejap namun kemudian perlahan tertutup rapat. Ia membiarkan dirinya larut dalam sentuhan yang hangat dan penuh perasaan itu.

‎Ciuman itu menjadi lebih intens, Bibir Yuan bergerak pelan pada bibir Reinan dan menghisap bibir bawahnya melumat sangat pelan. Tangan Yuan bergerak lebih lihai di pinggang Reinan menariknya ke atas meja rias, sementara tangan satunya memastikan ia tidak melepaskan ciuman yang semakin panas. Yuan memundurkan wajahnya pelan. Nafas keduanya terengah-engah.

‎"Reinan, bolehkah aku.... "

‎Belum sempat Yuan menyelesaikan ucapannya , Reinan menarik tengkuk Yuan dan kembali menciumnya seolah mengisyaratkan bahwa reinan menyetujui jika Yuan bertindak lebih.

‎Terdengar lenguhan reinan di antara sela-sela ciuman mereka.

‎Ciuman Yuan turun ke leher reinan, meninggalkan beberapa tanda kemerahan.

‎Yuan membuka kancing kemeja reinan satu persatu dan membuangnya ke sembarang tempat. Ia kembali mencium bibir reinan. Melumatnya bergantian reinan hampir kewalahan menyamai gerakan yuan.

‎Tanpa melepaskan pagutan keduanya, tangan reinan juga melepaskan kemeja basah yang digunakan yuan.

‎Kini keduanya topless.

‎Tangan kiri yuan sedari tadi berada di dada reinan lalu memainkannya tak sabar.

‎"Aaahhh..." Racau reinan.

‎Tangan kanan yuan menyusup ke dalam celana dalam reinan, mulai memainkan bagian sensitif reinan.

‎Yuan memasukan jari tengahnya dan menggerakannya maju mundur

‎Terdengar desahan dari mulut reinan.

‎Ia tak bisa menjelaskan apa yang dirasakan saat ini. Reinan merasakan rasa sakit tapi nikmat secara bersamaan

‎Mungkin kurang lebih seperti ini rasanya saat di club malam itu fikirnya.

‎Reinan menarik tangan yuan yang berada di bagian bawahnya, kemudian melumatnya bak lolipop.

‎"akhh... Reinan kamu begitu lagi... " ucap yuan dengan suara serak.‎

‎Entah kenapa setiap reinan melumat jari-jarinya yuan merasakan suatu nikmat yang luar biasa.

‎Yuan tidak bisa menahannya, ia menggendong reinan ke ranjang lalu menindihnya.

‎Yuan kembali mencium reinan semakin dalam kemudian turun ke dadanya dan menyesapnya seperti bayi.

‎Tangan reinan meremas rambut yuan , ada rasa sakit juga geli ketika tangan yuan yang aktif dua-duanya berada di dada reinan.

‎"Yuann ahhh... Gelii..."

‎Tangan kanan yuan bergerak turun kembali menyentuh bagian bawah reinan, ia mulai memasukan jarinya kembali dan bermain di area situ.

‎Hanya ada desahan yang keluar dari mulut reinan.

‎Tangan reinan mulai menyentuh 'adik' yuan yang sudah berdiri tegak sempurna. Menyentuhnya dan memainkannya.

‎"Astaga...reinan... Ahhh"

‎Kali ini Yuan yang meracau.

‎"Nan, lick it ... " pinta Yuan sambil mengarahkan kepala reinan ke 'adiknya' Yuan.

‎Reinan menurutinya, ia menghisap dan mengulum 'adik' yuan seperti lolipop besar. Yuan mengerang keenakan.

‎Yuan kembali menindih reinan.

‎"Maafkan, ini akan sedikit sakit" yuan mengingatkan.

‎'Adik' yuan bersiap memasuki bagian bawah reinan, yuan mencium reinan lagi untuk mengalihkan perhatian.

‎Jleb

‎"Aahh.... " mereka berdua berteriak bersamaan.

‎"Reinan... Astaga.. di dalam situ masih aja sempit ahh..." yuan mulai memaju mundurkan adiknya.

‎"ahhh yuan lebih dalam please..." reinan merasakan bahwa bagian bawahnya meminta yuan untuk lebih dalam memasukannya.

‎"As ur wish sayang..." sesuai permintaan reinan. Yuan memasukannya lebih dalam dengan tempo lebih cepat .

‎"ahhh.. Yuan aku ingin pipis..."

‎"Keluarin aja rein, saya juga sebentar lagi ahh..."

‎"Ahhh..." . Desahan terakhir dari keduanya. Meng akhiri adegan ranjang kali ini.

‎Yuan menyelimuti tubuh polos reinan.

‎"Kali ini, kamu harus mengingat momen ini ya" ucap yuan sambil mengecup singkat bibir reinan.

‎Reinan mengangguk tersenyum malu.

‎Padahal selama 'melakukan' tadi ia sedikit demi sedikit mengingat kembali saat Kali pertama melakukannya.

‎Dan benar saja yang reinan ingat, ia lah yang memancing Yuan duluan. Reinan merasa malu dengan hal itu.

‎"Lagi mikirin apa hmm?" tanya yuan sambil memeluk reinan dari belakang.

‎Reinan menggeleng. "Bukan apa-apa"

‎"Reinan"

‎"Ya"

‎"Menurut kamu, setelah kita melakukan 'ini' kita apa?

‎"Kamu tuh aneh ya yuan. Bukannya harusnya aku yang bilang gitu?"

‎Yuan nyengir. "Jadi, apa kita sekarang berpacaran?

‎"Astaga masih nanya lagi..."

‎"Ya lagian siapa yang melakukan hal 'itu' tanpa pacaran sih?

‎"Kita dulu begitu" celetuk Yuan.

‎"Udah deh malu, jangan bahas yang lalu"

‎"Iya iya kita pacaran sekarang, udah? Seneng?" lanjut reinan.

‎"Terimakasih" ujar Yuan

‎Pelukan itu semakin erat. Reinan merasa seluruh rasa cemas dan lelahnya larut begitu saja di dada Yuan.

‎Tanpa sadar, mata Reinan mulai terasa berat. Ia menyesuaikan posisi, menyelipkan tubuhnya lebih dalam di pelukan Yuan, wajahnya berhenti di lekukan bahu pria itu.

‎"Nyaman?" tanya Yuan dengan suara rendah, nyaris bergetar.

‎Reinan hanya menggumam singkat, "Hm..." lalu diam. Napasnya mulai teratur, tanda ia sudah setengah tertidur.

‎Yuan menatap wajah Reinan yang tertidur di pelukannya, bibirnya melengkung pada senyum lembut. Ia menarik selimut, menutupi tubuh polos mereka berdua, lalu mengusap perlahan punggung Reinan dengan gerakan ritmis.

‎Detik berganti menit, hingga akhirnya Yuan sendiri ikut terbuai. Kepalanya bersandar ke sandaran tempat tidur, lengannya masih melingkari Reinan, seolah takut melepasnya bahkan dalam tidur.

‎Hujan di luar masih terdengar samar, menjadi musik pengantar. Di kamar hotel yang temaram, dua orang yang saling mencintai ini kini tertidur dalam pelukan, tenggelam dalam kehangatan yang sederhana dan indah.

1
Asya
Orng yg sdh terobsesi mmnk nggk bisa di sepelekan yah
Jemiiima__: ngeri memanggg
total 1 replies
Asya
Nggk usah khawatir lah rei sama yuan, dia biss ngelakuin apa aja, jdi biarin sih biang kerok itu berulah
Asya
Lah??
Xlyzy
rahasia perusahaan mknya di tutupin🤭
bluemoon
sumpah itu si Rui pengen aku sentil biji mata nya
Jemiiima__: sentil aja beb biar kapok ;(
total 1 replies
sjulerjn29
berharga gak tuh... meleleh deh hati reinan. tapi syukurlah rui di tangkep
Jemiiima__: akhirnya drama Rui selese ;(
total 2 replies
Aquarius97 🕊️
dia bukan suka tapi terobsesi
Jemiiima__: betuuul
total 1 replies
Aquarius97 🕊️
Jangan mau Reiiii
Aquarius97 🕊️
Lah kenapa dia sering muncul sihhhh...
Asya
Yahh ktmu lagi d tmpat yang sama
Asya
Nyapa doang😆
Asya
kedengeran aneh yahh di telinga mu reinan? 😆
Asya
banyak🤣
Asya
gugup nggk tuh🤭🤣
Afriyeni Official
untung Yuan cepat datang
Afriyeni Official
ngancem nih ngancemm
Afriyeni Official
ish,, si Rui ini ganjen amat kagak ada kapok kapoknya
Dasyah🤍
huaaa,sini bag adek didik jadi baik orang ganteng ngak boleh gitu
Jemiiima__: kasih paham Rui beb 😌
total 1 replies
Dasyah🤍
plis deh Thor, kenapa orang seganteng banget ini jadi orang jahat yang benar aja
Jemiiima__: ga tega sebetulnya tp gmn yaa wkwk next deh jd pu ruinya /Facepalm/
total 1 replies
Dasyah🤍
ni orang ganggu aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!