Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
Di luar langit mulai gelap padahal matahari belum sepenuhnya naik ke atas dari arah sungai yang mengalir di belakang rumah.
Suara gemericik arus yang tak biasa seperti menunggu seseorang----seperti seorang memanggil dengan suara lirih.
Dari jendela tanpa sadar Ratih sedang di awasi tapi siapa yang mengawasinya, apa itu Arya? tapi kenapa masih mengawasi Ratih bukankah Arya akan melangsungkan pertunangan.
Ratih berusaha melihat lebih jauh siapa yang mengawasinya, tapi hal yang membuatnya membuyarkan lamunannya saat sang ibu menepuk bahunya.
"Jangan dipikirkan, nduk. Lupakan Arya gusti Allah punya rencana yang terbaik buat kamu."
Ratih terdiam, namun malam yang datang suara itu datang lagi tapi lebih jelas.
Ratih yang bersikap cuek malah memilih membantu ibunya, saat malam Ratih tidur dan mendengar suara.
"Ratih jangan menangis lagi aku mendengarkanmu, aku mengerti akan deritamu, ayo ikutlah denganku...," ajaknya dengan lembut----bukan seperti suara Arya melainkan suaranya lebih maskulin dari Arya.
Ratih terbangun dengan tubuh penuh peluh dan bergetar hebat, suara itu berasal dari sungai yang gelap.
Matanya menatap keluar jendela cahaya kebiruan tampak jelas di permukaan air, seperti sisik ular raksasa di bawah sinar bulan.
Panjang ularnya seolah tak habis di atas permukaan sungai, tangan Ratih menutup mulutnya agar tak berteriak, karena dirinya amat takut.
Ratih memegang dadanya yang bergetar seolah ketakutan, "apa itu?" gumamnya pelan.
Diantara kesunyian malam, Ratih tidak tahu bahwa air mata kesedihannya telah menarik perhatian sang pangeran penunggu sungai.
Siluman ular yang berusia ribuan tahun bersemayam di dasar sungai itu, siluman ular penjaga aliran yang dulu di sebut oleh orang-orang sebagai pangeran Naga Seta.
Dan malam itu nasib Ratih mulai di tandai oleh pangeran Naga Seta yang membutuhkan seorang pendamping, karena sudah lama warga dusun cempaka tak kembali memujanya.
Sang pangeran membutuhkan permaisuri setelah hampir 500 tahun menjadi duda, karena istrinya----terbunuh oleh manusia keturunan wali.
Malam ini Ratih melihat antara cinta kekuatan gaib yang tak bisa di jelaskan dengan logika ada di depannya.
Sang pangeran Naga Seta berjanji jika akan membuat Ratih bahagia----karena Ratih saat masih kecil pernah menyelamatkannya, lagi pula Ratih sangat cocok dijadikan permaisuri olehnya.
Ratih terbangun dengan peluh di sekujur tubuhnya wajahnya pucat melihat ke samping sang ibu sudah tak ada, dirinya berusaha bangkit membenarkan jarik di bawahnya.
"Cuman mimpi ternyata," ujar Ratih mengusap peluhnya.
Ratih terbangun perlahan, matanya terasa berat seolah semalam mimpinya panjang----hatinya mengatakan ini bukan sekedar mimpi.
Tapi ada takdir yang menunggunya menuju hidup abadi, dirinya harus melakukan suatu perjanjian agar membuat hidupnya bahagia.
Pintu terbuka memperlihatkan ibunya yang sudah masuk.
"Ibu?" panggil Ratih dengan pelan.
Di dapur tungku masih dingin hanya tumpukan kayu bakar sisa yang belum tersentuh, dari kejauhan Mak Sarti berjalan tertatih diantara pohon pisang menggendong ikatan ranting di punggungnya.
Ratih menatapnya lama, lalu Ratih memutuskan membantu sang ibu yang sedang berjuang sebelum matahari bangkit.
Disana Mak Sarti sudah mendapatkan beberapa penjualan dari hasil menjual kayu bakar, dan ini cukup untuk makan mereka selama seminggu.
"Ini uang buat beli ikan asin," ujar sang ibu dengan wajah tua yang lelah.
"Ibu harusnya ibu gak perlu kerja keras begini," kata Ratih memijat kaki ibunya.
Gadis dengan rambut panjang, wajahnya yang cantik, dengan tubuh yang ideal itu tengah memijat kaki ibunya.
Tanpa sadar dari jendela ada seekor ular yang sudah memperhatikan keduanya, ular itu terus memperhatikan Ratih dengan wajahnya yang ayu dan rambutnya yang panjang.
"Aku membutuhkan gadis itu sebagai permaisuriku," ujarnya.
"Gadis manusia," tambahnya lalu menghilang begitu saja.
"Yaudah ibu rehat biar Ratih aja yang masak," kata Ratih masak menyalakan tungku dan meniup bara dengan sabar.
Asap mengepul dari celah bambu dapur, aroma kayu bakar memenuhi ruangan, dengan tangan kecilnya Ratih menanak nasi dan merebus panci yang terbuat dari tanah liat.
Sesekali tatapannya ke arah sungai belakang rumah, entah mengapa Ratih ada perasaan aneh seolah takdirnya menunggunya di sungai itu.
Dan sesekali hatinya berbisik jika ada yang memperhatikannya dari bawah permukaan air, tapi Ratih menggelengkan kepala mencoba menepis semua itu dan meyakinkan jika itu hanyalah mimpi yang mungkin kebetulan.
"Sarti keluar kamu!" suara teriakan kasar dan berat itu menggema dari luar rumah, membuat Ratih dan Sarti yang sedang mau makan harus menghentikan aktivitasnya.
Di luar Rentenir Surya----tampak sosok seorang lelaki dengan tubuh tambun berdiri dengan sorot mata licik dan senyum miring di bibirnya.
"Saya nggak mau basa-basi! Mana bayar hutangmu!" tegasnya.
Rentenir Surya yang dulu menjerat ayahnya dalam lilitan utang hingga hancur, setelah ayahnya Ratih meninggal, surya tak berhenti menagih.
"Tolong beri saya waktu, Pak."
"Waktu hah! kau pikir sabar dan belas kasih bisa lunas," ujarnya.
Mata rentenir Surya menatap Ratih dari atas kepala sampai ujung kaki.
"Ratih...," ujarnya lirih menatap kecantikan Ratih yang sudah tumbuh.
"Jangan Pak! anak saya bukan barang untuk di tukar!" jerit Mak Sari dengan pelan.
"Kalo begitu bayar sekarang!" bentak Surya dengan menyeringai.
"Pergilah Pak dalam tiga bulan lagi Bapak bisa menagih!" janji Ratih yang bicara.
"Baiklah jika tidak aku menginginkanmu," ujar Pak Surya lalu pergi.
Surya mundur satu langkah saat Ratih mengepal matanya memerah dan berubah menjadi seperti reptil, sesaat Surya merasa ada sepasang mata zamrud menatap tajam dari sungai.
Ratih terdiam lama menatap ke arah sungai yang berkilauan dari kejauhan.
*
*
*
lanjut yg bnyk thor, aq mls baca klo cuma sedikit. 😂
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.