NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 2 | Ibu dan Istri yang Kejam

"Elliot, aku bilang berhenti!"

Suara Anala terdengar lebih keras dari sebelumnya. Nafasnya juga ngos-ngosan menyamakan langkah dengan tungkai panjang suaminya.

Elliot menyerah. Ia menghentikan langkah dan berbalik menatap Anala yang mengatur napas sambil memegangi dadanya. Alisnya berkerut, bibirnya masih tetap bungkam, Anala tak biasanya mengejar seperti ini.

Kenapa tiba-tiba? pikirnya curiga.

"Akhirnya kamu berhenti juga," Anala menghela lega, matanya menilik pada Nathael yang bergelayut nyaman pada sang Papa. "Karena tadi kamu bilang aku istri kamu, jadi boleh kan kalau aku ikut pulang bareng kamu?"

"Nggak, kamu pulang jalan kaki aja," katanya datar seolah bukan hal besar. Ia berbalik, melangkah menuju pada mobil didepannya.

Anala terdiam, detik berikutnya tubuhnya bereaksi dengan senyuman lebar yang dipaksakan. Kepalanya menggeleng memperhatikan langkah Elliot yang terus menjauh. Namun hatinya penuh dengan perdebatan.

Emang aneh aku bisa nikah sama Elliot. Nggak ada chemistry sama sekali!

Anala lupa bahwa di masa lalu justru dia yang lebih dulu menyatakan cinta pada Elliot.

***

Entah bagaimana caranya, Anala sudah duduk dengan nyaman didalam mobil pribadi bersama anak dan suaminya. Mobilnya mewah dengan tatanan rapi, persis seperti kepribadian Elliot. Matanya dengan ragu melirik ke arah kiri, tempat dimana Elliot dan Nathael berada.

Senyuman muncul dibibirnya. Pikirannya mulai memikirkan ucapan Elliot sebelumnya. Kayaknya tadi Elli cuma bercanda soal perceraian itu. Nggak mungkin ada orang gila yang minta cerai dari suami tajir dan tampan kayak dia, apalagi ada Nathael diantara kita berdua.

Anala tidak sadar diri bahwa orang gila itu adalah dirinya sendiri.

Hatinya terus merasa lega, bibirnya terus menyunggingkan senyuman. Meskipun sepuluh tahunnya menghilang tanpa ingatan, yang penting dia punya keluarga yang manis. Sebelum akhirnya satu suara meruntuhkan segalanya.

"Papa, hari ini Mama sangat aneh. Masa dia pura-pura nggak kenal sama anaknya?"

Elliot masih mengelus pelan bahu putranya, ia tersenyum sambil bicara dengan lembut. "Nggak usah dipikirin sayang, anggap aja badai lalu. Lagipula itu bukan hal yang penting, karena Nael anak Papa bukan anak Mama."

Anala menyerungut saat Elliot mengatakan hal menyebalkan. Alisnya bertaut membentuk garis halus. Ia mengambil napas sambil memasang wajah tersenyum. Mencoba untuk lebih mendekatkan diri pada Nathael yang duduk ditengah. "Nael kok ngomongnya gitu? emangnya selama ini Mama gimana?"

"Mama selalu marah-marah dan nggak pernah peduli sama Nael dan Papa."

Anala tertampar fakta. Seperti ada yang perih dalam perutnya. Rasanya seperti rohnya sudah meninggalkan tubuhnya. Ia bahkan kesulitan meneguk ludahnya saat tatapan anaknya tak terlihat bersahabat. Meski demikian, ia tetap memaksa senyum, bertingkah tak tau malu.

Mati aja kamu Anala, dasar bodoh! pikirnya mengutuk diri sendiri.

"Aku nggak mau bahas hubungan kamu dengan lelaki itu, karena aku udah nggak peduli lagi." suara Elliot terdengar tegas, tapi nadanya bergetar. Ia menatap Anala sebentar lalu menggeretak gigi sebelum bicara. "Tapi jangan pernah libatkan Nathael dalam agenda perselingkuhan kamu!"

Duaarr... rasanya seperti dijatuhi nuklir dan meledak. Hilang sudah harapannya memiliki keluarga yang good looking yang harmonis dan kaya raya. Anala memejamkan mata, meresapi dosa yang kini ada didepan matanya.

"Aku nggak akan pernah maafin kamu kalau sampai kejadian hari ini ke ulang lagi!" mata Elliot meredup, ia sekilas menatap jari manis istrinya yang tidak lagi dilingkari cincin. "Silahkan jalani hidup sesuai yang kamu mau, asal jangan bawa anakku!"

Kata-kata Elliot menusuk jauh kedalam relung hatinya. Ada sesuatu yang besar memporak-porandakan jantungnya. Nafasnya tercekat, tatapan Elliot saat mengakhiri kalimat itu terlihat hancur, seburuk itukah hubungan mereka?.

Disisi lain, Anala juga tidak mengerti apa yang dikatakan suaminya. Setelah menata pikiran, ia memberanikan diri untuk bertanya. "Tunggu, perselingkuhan apa yang kamu maksud?"

Anala berharap ini hanya salah paham atau sekedar salah dengar saja, namun jawaban Elliot menegaskan bahwa segalanya sudah terlambat. Elliot mengeram marah, rahangnya yang tegas ikut mengeras. "Nggak usah berpura-pura polos, trik murahan ini nggak akan mempan!"

"El, aku benar-benar nggak ingat apapun. Aku pikir kita masih delapan belas tahun, aku sama sekali nggak ingat soal kehidupan kita setelah lulus sekolah."

"Berhenti bertingkah menyebalkan, Anala!" suara Elliot sedikit meninggi, tangannya mencengkram bangku mobil lebih erat. "Kapan kamu mau berhenti main-main kayak gini? apa dimata kamu, aku seremeh itu?"

Anala tersentak, dadanya bergemuruh hebat. Raut wajah Elliot berubah sendu, matanya meredup tanpa cahaya. Sedangkan Nathael—bocah kecil itu sudah meringkuk didalam pelukan ayahnya.

"Jangan marah, Papa." bisik Nathael pelan, ia semakin mengeratkan pelukannya dileher sang ayah. Anala memandangi keduanya bergantian, ayah dan anak yang kompak saling menguatkan. Sekilas rasa sakit mencuat tajam ke hatinya, pandangannya menunduk, hilang muka didepan keduanya.

"A–aku minta maaf."

"Ya sudah lah, dari awal memang salahku yang memaksa kamu untuk mempertahankan pernikahan kita."

Anala menggigit bibir bawahnya, matanya bergetar dengan tangan yang mendadak dingin. Perlahan matanya dipenuhi cairan bening, nyaris jatuh jika tak ia seka. Ia mengalihkan pandangan, menoleh ke luar jendela sambil sesekali menghapus air mata yang mendadak membasahi pipinya. Hatinya sakit seperti disayat sembilu.

"Dasar Anala... kamu benar-benar tidak pantas untuk mereka berdua."

***

Mereka sampai disebuah rumah mewah dengan halaman yang luas. Anala melongo saat sampai didepan rumah yang kemungkinan besar adalah tempat tinggalnya dan Elliot. Dilihat dari luar, desain rumah ini benar-benar terlalu mirip dengan rumah impian yang sempat ia lukis dibangku SMA dulu. Matanya terpaku tanpa bisa berkedip, terlalu takjub dengan apa yang muncul didepannya.

"Wah, rumah kita bagus dan nyaman banget. Aku nggak nyangka kamu bikin rumah kita persis seperti apa yang aku gambar dulu."

Elliot terdiam, ia tak menunjukkan respon yang berarti. Berbeda dengan itu, Anala justru menerawang jauh pada ingatannya dimasa lalu ketika pertama kali menggambar rumah ini.

"Waduh, gambar apaan nih? liat dong!" Elliot yang masih muda mengambil paksa sketsa gambar Anala dari tangannya.

"Iih apaan sih, balikin gambar aku! Elli!"

Elliot tertawa mencemooh lalu mengangkat gambar itu tinggi-tinggi hingga Anala tak bisa menjangkaunya. "Jangan bilang kamu bermimpi untuk membangun rumah seperti ini?"

"Memangnya kenapa? suka-suka aku dong mau bikin rumah kayak apapun, bukan urusan kamu!"

"Cih, dasar penghalu handal!"

Ingatan itu perlahan pudar, digantikan oleh garis bibir yang melengkung. Elliot selalu ada disepanjang momen dalam hidupnya, dan itu berhasil membuat hatinya menghangat. Matanya fokus pada Elliot, batinnya bicara.

Dulu kamu bilang aku penghalu handal, sekarang malah kamu yang kabulin impian itu. Kamu nggak pernah berubah, ya...

"Kenapa kamu ketawa?"

Anala menggeleng cepat, jangan sampai kata-katanya kembali membuat salah paham. Elliot menghela napas panjang, sampai detik ini pun ia masih tak bisa memahami istrinya.

Terserah kamu saja, Anala.

Mereka bertiga berjalan bersama memasuki rumah tempat tinggal mereka. Matanya dimanjakan oleh penataan yang rapi, namun suasananya dingin seperti tak ada kehangatan didalamnya. Anala menoleh ke kiri dan kanan, beberapa pembantu terlihat menunduk ketakutan, jelas tanpa kenyamanan.

Aneh, mereka semua kelihatan takut...

Ada yang menarik dalam rumah ini. Sebuah lukisan yang menggantung indah di dinding rumahnya. bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman lembut, matanya menyipit terbawa senyum. "Kamu beneran penuhi ekspektasi aku soal rumah ya? kamu sampai ingat kalau aku suka lukisan ini."

Elliot menahan nafasnya, kepalanya terasa berdenyut. "Anala, bisa nggak kamu stop semua sandiwara ini? nggak perlu bawa aku bernostalgia dengan masa lalu itu." tingkah Anala yang terus membawa masalalu, menyakitinya lebih dari apapun.

Pria itu mendekat pada Anala hingga jarak diantara mereka semakin menipis. Ia memojokkannya hingga bertumpu pada sebuah dinding. Elliot memiringkan kepalanya, bertanya dengan serius. "Kamu benar-benar ingin kita bercerai?"

Anala menggeleng cepat, jantungnya berdegup kencang. Elliot terlalu dekat. "Aku nggak lagi bahas itu. lagipula kalau emang kita harus bercerai, aku jamin perceraian kita akan terjadi baik-baik."

"Oh, jadi intinya kamu tetap ingin kita cerai?"

"Aku kan cuma respon ucapan kamu, Elli!"

Elliot mengeram emosi, tangannya memukul dinding dengan kasar. Matanya berkabut dipenuhi amarah. "Kamu benar-benar keterlaluan. Kamu yang minta kita untuk nikah tapi sekarang kamu juga yang seenaknya minta pisah. Kamu pikir aku nggak punya perasaan?"

"A–aku..."

Anala takut. Saat ini Elliot terlihat menyeramkan dengan tatapan mata yang tajam dan urat-urat lehernya menonjol. Anala bahkan sulit untuk sekedar menelan ludahnya. Hingga satu suara berhasil menghentikan segalanya, rasa takut, rasa marah, bahkan juga rasa kecewa Elliot.

"Papa, Mama jangan bercerai!" tangan mungilnya memegang erat ujung pakaian kedua orangtuanya. Kepalanya mendongak menatap mama dan papanya. Matanya berkaca-kaca siap longsor kapan saja.

Kedua orangtuanya langsung mereda. Elliot menjauh dari Anala. Matanya yang semula penuh amarah, berganti jadi sesuatu yang hangat dan penuh kekhawatiran.

Tepat saat tangan Elliot tak lagi mengukungnya, Anala jongkok untuk menyamakan tingginya dengan sang anak. Tangannya terulur menyeka air mata yang nyaris menetes. "Sayang, itu semua nggak bener. Mama dan Papa nggak akan cerai, setidaknya untuk saat ini."

"Apa itu benar? Mama selalu bilang ingin bercerai dari Papa. Nael takut kalian bercerai." pandangannya tertunduk,kedua telapak tangannya saling meremas satu sama lain.

Anala terkejut, matanya menyipit penuh rasa bersalah. Ia meraih kedua tanga mungil itu dan menggenggamnya erat-erat, tak lupa saling mengecupnya bergantian. "Mama janji itu tidak akan terjadi lagi. Nael akan selalu bersama dengan Mama dan Papa, sampai Nael besar nanti."

Elliot menganga, matanya membesar. Perlahan kesenduan kembali muncul dari wajahnya. Ia mengelus puncak kepala Nathael sambil melirik tipis pada Anala. "Kamu nggak perlu janjiin apa-apa buat Nael, itu hanya membuat dia semakin berharap."

Deggg... suara dingin itu menghentikan segala senyum dan usaha yang muncul dalam benak Anala.

Elliot membungkuk lalu menggendong Nathael dengan hati-hati. "Ayo sayang, ikut papa," matanya tak sekalipun berbalik menatap Anala. Ia tau, tak akan ada yang berubah setelah melihat reaksi wanita itu.

Sementara itu, Anala berdiri dengan tangan gemetar. Kata-kata dan ucapan frustasi yang keluar dari mulut Elliot berhasil menyentuh titik terdalam hatinya. Ia menggigit bibir bawahnya, tangannya mengepal kuat, takdir seolah mempermainkan hidupnya.

Punggung Elliot semakin jauh, sedangkan Anala masih mematung di tempat yang sama. Mereka terlihat jauh, nyaris tak tergapai. Pandangannya mulai menggamang, entah berapa banyak luka yang telah ia torehkan pada anak dan suaminya itu.

"Astaga... kayaknya kesalahanku dimasa lalu udah nggak bisa diperbaiki lagi," Anala memegangi kepalanya yang berdenyut nyeri. Ia jatuh terduduk di sofa, pandangannya menatap kosong hingga menembus kaca jendela.

Ting... satu pesan masuk.

Anala menoleh dan membuka pesan itu tanpa curiga. Alisnya berkerut membaca satu pesan yang muncul di ruang percakapannya dengan seseorang dengan nama kontak 'takdirku!'

|Sayang, hari ini aku butuh uang 20 juta, tolong bantu transfer ya.|

|Miss you, sayangkuu|

Anala mengernyit membaca pesan yang tak tau malu itu. tangannya mulai menari membaca setiap obrolan yang ia kirim dengan lelaki itu. Makin lama obrolannya makin menjijikkan hingga membuat mual. Mana mungkin orang yang sudah punya anak dan suami mengirim obrolan menjijikkan seperti ini pada pria lain?

Ia meremas ponsel itu sambil mengumpat dalam hati. Sialan, siapa pria ini?

Ia semakin penasaran, tangannya gatal ingin menyentuh foto profil yang terpampang pada nomor itu. Dalam hitungan detik, matanya membulat sempurna, tangannya gemetaran hingga ponsel itu terjatuh dari genggamannya.

Dasar wanita gila... kau selingkuh dengan kakak iparmu sendiri?!

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!