NovelToon NovelToon
Siapa Aku Di Sisimu?

Siapa Aku Di Sisimu?

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak / Cinta pada Pandangan Pertama / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:9k
Nilai: 5
Nama Author: Shalema

Sepuluh tahun ingatan Kirana terhapus. Saat membuka mata, Kirana mendapati dirinya sudah menikah dengan pria asing yang menyebutnya istri.

Namun, berbeda dengan kisah cinta yang diharapkan, pria itu tampak dingin. Tatapannya kosong, sikapnya kaku, seolah ia hanya beban yang harus dipikul.

Jika benar, Kirana istrinya, mengapa pria itu terlihat begitu jauh? Apakah ada cinta yang hilang bersama ingatannya, atau sejak awal cintanya memang tidak pernah ada.

Di antara kepingan kenangan yang terhapus, Kirana berusaha menemukan kebenaran--- tentang dirinya, tentang pernikahan itu, dan tentang cinta yang mungkin hanya semu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shalema, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mas Barra Pulang

"Mba bangun! Bersih-bersih dulu!" tubuh Kirana terasa bergoncang.

Kirana membuka matanya, berat. Wajah bu Wulan yang tampak pertama kali.

"Ayo, Mba! Jangan malas-malas! Hari ini jadwalnya fisioterapi," Bu Wulan berkata tidak sabar.

Apa katanya? Jangan malas-malas? Siapa yang malas? omel Kirana dalam hati. Di luar saja masih gelap. Lagian jadwal fisio-nya juga jam 9.

"Iya Bu, sebentar," ujar Kirana dengan suara serak. Meskipun jengkel, tapi hanya itu yang keluar dari mulut Kirana.

Bu Wulan lalu membantu Kirana bersih-bersih, sarapan dan minum obat pagi.

--Pukul 08.45--

"Mas Barra nanti sampai sini jam 2. Sehabis terapi bisa mandi dulu," bu Wulan berujar saat Kirana akan diantarkan ke ruangan terapi.

"Kenapa harus mandi?" tanya Kirana polos. Tubuhnya dibantu perawat untuk pindah ke kursi roda.

"Suami mau pulang. Wajib bersih dan wangi! Masa gitu aja gak tahu?!" bu Wulan mengambil selimut lalu membukanya untuk menutupi kaki Kirana.

"Kalau habis terapi, pasti keringetan. Gobyos!! Gak pantas menyambut suami yang baru pulang sehabis mencari rejeki di luar," bu Wulan melanjutkan dengan bersungut-sungut.

Kirana hanya diam saja.

Kenapa sih dia marah-marah? Aku 'kan baru

punya suami. Wajar kalau gak ngerti! Batin Kirana.

Suster Dian tersenyum penuh arti mendengar bu Wulan. "Iya Bu Wulan, nanti Bu Kirana mandi, kok. Biar cantik menyambut suami. Iya kan, Bu?"

Kirana hanya tersenyum samar menjawab suster Dian.

"Pakai make up juga, Bu. Biar tambah oke. Ibu ada make up 'kan? Kalau gak ada, bisa pinjam punya saya," ujar suster Dian lagi.

"Eh, gak usah, Sus. Aku gak terlalu suka pakai make up," tolak Kirana.

Kirana memang tidak terlalu suka berdandan. Biasanya ia hanya menggunakan sunscreen, BB cream, bedak dan lipbalm saja. Ia merasa tidak nyaman kalau menggunakan lebih dari itu. Terlalu menor rasanya.

Bu Wulan terpaku dan menatapnya dengan pandangan tidak percaya.

"Ohhh begitu," kata suster Dian.

Lalu, ketiganya menuju ruangan terapi. Bu Wulan berjalan lebih dulu, diikuti suster Dian yang mendorong kursi roda Kirana.

Fisioterapi Kirana berlangsung kurang lebih selama 2-3 jam. Di hari-hari pertama terbangun dari koma, Kirana melakukannya di dalam kamar, seperti menggerakkan tangan- kaki, miring kiri-kanan, latihan duduk di tepi ranjang, menggenggam bola karet. Semuanya dilakukan Kirana dengan semangat.

Menurut terapis yang menangani Kirana, perkembangan yang ditunjukkan sangat baik. Sehingga di minggu kedua Kirana mulai berlatih di ruangan khusus fisioterapi.

Di sana, Kirana mulai latihan berdiri dan berjalan dengan walker, gerakan kaki sederhana seperti mengangkat lurus lalu tekuk lutut, lemar tangkap bola dalam posisi duduk, naik turun kursi.

Bagi Kirana yang sudah terbaring selama tiga bulan, latihan-latihan itu sangat berat. Karena tubuh dan otak Kirana mengalami penurunan fungsi. Hingga perlu tenaga ekstra hanya untuk sekadar melakukan kegiatan sederhana seperti, mengangkat dan memindahkan gelas.

Biasanya, sehabis fisioterapi, Kirana kelelahan. Keringat membanjiri tubuhnya. Karena itu, khusus hari ini bu Wulan meminta Kirana langsung mandi karena Barra akan pulang.

Selain fisioterapi, Kirana juga harus melakukan terapi kognitif dan neurologis serta terapi psikologis. Semuanya sebagai rangkaian rehabilitasi medis intensif pasien yang baru sadar dari koma panjang. Jadwalnya bergiliran setiap harinya. Perjuangan yang tidak mudah bagi Kirana untuk pulih kembali.

"Jangan terlalu dipaksakan! Semuanya butuh waktu!" saran bu Wulan sambil menyisir rambut Kirana yang panjang sepunggung.

Saat ini, Kirana sudah kembali ke kamarnya. Ia sudah mandi. Aroma harum sabun tercium dari tubuh Kirana.

"Apanya Bu?"

"Latihannya! Gak perlu terburu-buru!" Bu Wulan memasangkan jepit rambut di sisi kanan kepala Kirana.

Kirana menunduk. Bukan memaksa, Kirana hanya ingin tubuhnya segera kembali seperti semula. Sungguh menyiksa, saat terbangun, ia bahkan tidak bisa mengangkat sendok.

"Sudah... !" seru bu Wulan memandangi Kirana. Ia menyentuh kedua pipi Kirana.

Kirana tercengang. Sentuhan bu Wulan terasa lembut di pipinya. Baru kali ini ia rasakan setelah lebih dari tiga minggu bersama.

Kirana memandangi pantulan dirinya di cermin. Masih terasa asing. Ia masih belum terbiasa menatap dirinya yang sudah menua sepuluh tahun.

Kirana melihat dirinya seperti menatap seseorang yang belum pernah ia temui. Ia masih ingat dirinya sebagai gadis remaja. Kulit mulus tanpa cela, mata yang bersinar dengan semangat, pipi yang penuh, dan rambut hitam legam yang selalu ia kepang dengan malas.

Tapi kini, pantulan itu menunjukkan seseorang yang berbeda. Usianya 29 tahun, tapi baginya, waktu melompat begitu saja. Di sudut matanya, terlihat guratan halus, bekas dari tawa atau tangis yang tak lagi ia ingat.

Pipinya lebih tirus, rahangnya lebih tegas, dan ada sesuatu yang dewasa dalam wajahnya. Tubuhnya bukan lagi tubuh seorang gadis, melainkan seorang wanita yang telah melewati banyak hal, meskipun memorinya tak mampu membuktikannya.

Kirana mengangkat tangan, menyentuh wajahnya perlahan. Ujung jarinya meraba bekas waktu. Gadis remaja itu telah menghilang, digantikan oleh seseorang yang matang, tapi asing.

Dan yang paling menyakitkan adalah bukan perubahan itu sendiri, melainkan fakta bahwa Kirana tak pernah menyadari prosesnya. Mata Kirana memanas.

Ting. Bunyi pesan masuk.

"Mas Barra sudah sampai parkiran, Mba! " bu Wulan merapikan ranjang Kirana.

"Senyum ya! Jangan lupa senyum!" bu Wulan kembali merapikan rambut dan baju Kirana.

"Eh, iya, Bu."

Jantung Kirana berdegup kencang. Akhirnya, untuk pertama kali, ia akan bertemu dengan suaminya.

Ceklek. Bunyi pintu dibuka.

Kirana melihat ke arah pintu.

Sosok pria masuk.

Kirana terpana.

Mas Barra, yang disebut bu Wulan sebagai suaminya, memiliki wajah yang menurut Kirana sangat tampan.

Tinggi badan Barra lebih dari 180 cm. Rambutnya hitam legam kontras dengan kulitnya yang bersih. Hidungnya mancung dan mulutnya meski tidak lebar namun terlihat sempurna. Terlihat ada bulu-bulu tipis di sekitar mulut dan dagunya.

Setelan jas hitam yang membalut tubuhnya jatuh sempurna di bahu bidang dan pinggang ramping. Wajahnya tegas, dengan garis rahang yang terlihat jelas. Mata hitamnya tajam. Ada sesuatu yang memikat dalam caranya berjalan, penuh keyakinan tapi tidak berlebihan

Mulut Kirana mengangga.

Inikah Mas Barra? Ganteng banget? Kok, aku bisa-bisanya nikah sama cowok ganteng begini?

Kirana coba mengingat-ingat sosok di depannya itu. Tapi, bayangan samar pun tak ada.

"Bu Wulan... " Barra menyapa. Suaranya rendah, dalam dan berat. Maskulin.

"Iya Mas Barra... Eh, Mba Kirana ini Mas Barra sudah pulang," balas bu Wulan.

Bu Wulan menyenggol bahu Kirana karena dari tadi dia tidak berkedip menatap suaminya.

Kirana mengatupkan mulutnya. "Eh, iya, Bu." Ia menegakkan punggungnya lalu mengulurukan tangan. Kirana berniat mencium punggung tangan suaminya.

Barra terkejut melihat tangan Kirana terulur. Ia mematung.

Kirana bingung kenapa Barra tidak menyambut tangannya.

Apa yang salah? pikir Kirana. Bukankah ini yang dilakukan istri jika suaminya baru pulang bekerja?

Kirana menoleh ke arah Bu Wulan.

Bu Wulan gelagapan dipandang Kirana.

"Ehem, ehem!" Bu Wulan memanggil Barra lalu memberikan kode untuk menyambut uluran tangan Kirana.

Barra tampak bingung. Dahinya berkerut.

"Ehem, ehem!" Bu wulan kembali memberikan kode.

Dengan ragu, Barra memberikan tangannya.

Kirana tersenyum, lalu mengambil tangan Barra dan menciumnya.

Kirana lalu menatap wajah suaminya. Kirana merasa jantungnya berdetak lebih cepat, sama seperti saat ia belajar berjalan di ruang terapi tadi.

Sementara, raut wajah Barra tidak terbaca. Ekspresinya datar. Matanya menyorotkan sesuatu yang tidak dipahami Kirana.

************

Kirana terpesona pada pandangan pertama dengan suaminya. Apakah Kirana jatuh cinta? ataukah, cinta itu sudah ada dalam hatinya meskipun ia tidak mengingatnya?

Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa tinggalkan jejak, like, 5 bintang, komen, gift dan vote. Karena support sekecil apapun dari kalian, sangat berarti untukku 😄😄

1
Dewi Payang
Semoga hubungan Barra dan Kirana semakin membaik ya ke depannya.
Xlyzy
sulit kir karna ingatan itu tak kunjung kembali jadi kita tidak bisa memastikan nya takut nya di sisi lain kamu cinta sama bara namun di sisi lain kamu benci dia karna suatu alasan
Afriyeni Official
seperti punya siapa bara /Doubt/ ngomong yang jelas /Curse//Facepalm/
Afriyeni Official
Oma mau bantu ingetin, tapi Oma nggak kenal kamu Kirana 🤣
Afriyeni Official
apa itu hobi baru mu mungkin Kirana 🤔
mama Al
karena dia bukan teman yang baik. buktinya kamu seperti ini mereka tidak peduli.
mama Al
kelihatan teman-temannya bukan teman sejati.
Iyikadin
Jadi penasaran selanjutnya gimanaaa
Iyikadin
Hemm apa yang udah di perbuat nya ya
Iyikadin
Ciaelahhhh, apakah kauu terkagum kagum melihatnya
@dadan_kusuma89
Mungkin belum saatnya Mas Barra bercerita kepadamu, Kira! Sekarang lebih baik kamu tenang saja. Tunggu waktunya Barra menceritakan sendiri tanpa harus diminta.
@dadan_kusuma89
Beli satu kuintal kelengkengnya ya, Mas Barra!
Muffin🌸
Anggep aja yg haru yaa mungkin dia suka kmu tp km dulu cuek jd nya begitu
Muffin🌸
Mangkannya kira bobok bareng aja udaah
Muffin🌸
Dia kek nya keinget pas kecelakaannyabya ?
Dasyah🤍
banyak banget kalo ngak bisa kamu habiskan Rp nya bagi yah soalnya aku kere sekarang 🤣🙏
Dasyah🤍
Ambil sekalian tokonya boleh ngak mas 👉👈
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kenapa kirana jadi misterius bagi ku yaa😭
Iqueena
Mungkin Barra nyuruh Bu Wulan supaya gak terlalu ramah sama Kirana
📚ᴀᴜᴛʜᴏʀ_ʀᴀʙʙɪᴛ¹⁸🐇
kok jadi puyeng akuu/Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!