Hannah, seorang perempuan yang tuli, bisu dan lumpuh. Ketika melihat perut Hannah terus membesar, Baharudin—ayahnya—ketakutan putrinya mengidap penyakit kanker. Ketika dibawa ke dokter, baru diketahui kalau dia sedang hamil.
Bagaimana bisa Hannah hamil? Karena dia belum menikah dan setiap hari tinggal di rumah.
Siapakah yang sudah menghamili Hannah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2.
Hannah dan Pak Baharuddin saling beradu pandang. Keduanya sama-sama basah oleh cairan bening.
"Katakan, Nak! Ayah tidak akan marah sama kamu," ucap Pak Baharuddin diikuti gerakan tangan.
Terlihat Hannah masih enggan untuk memberi tahu ayahnya. Dia menggelengkan pelan kepalanya.
"Ayah ingin keadilan untuk kamu. Jadi, beri tahu ayah siapa orang itu," kata Pak Baharuddin masih tidak menyerah.
Bola mata Hannah bergulir ke samping untuk beberapa saat. Perempuan itu terlihat menarik napas dalam-dalam. Kedua tangannya menghapus cairan bening yang sejak tadi menggenang di pelupuk matanya.
"Aku tidak tahu siapa laki-laki itu, Ayah." Akhirnya Hannah mau memberi tahu ayahnya.
"Laki-laki itu baru pertama kali aku lihat," lanjut Hannah dengan bahasa isyarat.
Pak Baharuddin terkejut sekaligus merutuki dirinya. Karena dia sampai tidak tahu rumahnya kedatangan orang asing, sampai merudapaksa putri kesayangannya.
"Kapan itu terjadi, Nak?" tanya Pak Baharuddin dengan lembut.
Hannah pun mulai menceritakan kejadian hampir empat bulan yang lalu. Saat itu dia sedang duduk di bangku yang ada di teras depan.
Pak Baharuddin sengaja membuat sebuah bangku yang diletakkan di teras depan sisi kanan. Dahulu dia membuat itu agar bisa bekerja sambil mengawasi putrinya. Hannah akan main atau tidur di sana sambil memerhatikan ayahnya bekerja menanam sayuran. Sampai sekarang pun masih seperti itu.
Hari itu, Hannah duduk di sana menunggu Pak Baharuddin yang pergi ke pasar untuk mengirim sayuran hasil kebunnya. Tiba-tiba saja ada seorang laki-laki datang ke sana dalam keadaan kacau. Entah dari mana munculnya laki-laki itu, Hannah tidak tahu.
Ketika laki-laki itu mendekati Hannah, dia melemparkan apa saja yang ada di dekatnya. Buku bacaan, notebook, pensil, apa pun yang bisa dia raih, benda itu akan dilemparkan kepadanya.
Laki-laki itu lah yang sudah mengambil kesuciannya. Hannah yang ketakutan, kelelahan, trauma, sampai tidak sadarkan diri saat itu.
Dengan perasaan menahan amarah, Pak Baharuddin mencerna setiap gerakan tangan putrinya. Dia juga mencoba mengingat kapan dirinya pergi lama. Selain itu dia juga merasa tidak pernah mendapati rumah dalam keadaan kacau atau berantakan.
Dalam satu bulan biasanya Pak Baharuddin pergi ke pasar menjajakan hasil kebunnya itu 6-8 kali. Tidak setiap hari dia panen hasil kebunnya.
Di kampung mereka juga tidak ada pendatang baru dalam setahun terakhir ini. Jadi, kemungkinan besar pelaku adalah tamu yang dikenal oleh warga di sana.
***
Sementara itu di sebuah gedung supermarket yang terkenal di Kota Madya Batu Hitam yang jaraknya 25 kilometer dari Desa Pasir Batu tempat Pak Baharuddin tinggal, terlihat ada dua orang laki-laki dengan wajah yang sama, tetapi berbeda penampilannya. Laki-laki yang duduk di kursi terlihat memakai baju kemeja dengan lengan tergulung dan seorang lagi memakai kaus yang tertutupi oleh jaket kulit warna hitam.
"Arka, aku minta kamu segera transfer uangnya sekarang juga!" perintah Arman, sang adik dengan tegas.
"Tidak. Aku tidak akan mengeluarkan uang untuk sesuatu yang tidak jelas," balas sang Kakak yang duduk dibalik meja kerja.
"Hey, pemilik tanah itu sudah mau menjual dengan harga murah," ucap Arman dengan kesal.
"Lalu, tanah milik Pak Baharuddin, apa akan dijual kepada kita juga?" tanya Arka.
"Orang itu sangat keras kepala," jawab Arman. "Katanya dia akan menjual rumah dan tanahnya dengan harga yang tinggi. Kalau menurut aku, tidak akan rugi berapapun kita mengeluarkan uang untuk mendapatkan tempat itu."
"Terserah. Karena aku tidak mau membeli tanah yang bermasalah kepemilikannya," balas Arka yang sempat terkejut.
Pemilik tanah itu sebelumnya tidak mau menjual karena hanya itu satu-satunya lahan yang mereka punya. Namun, kini ingin menjualnya. Dia merasa curiga.
Arka melanjutkan memeriksa data pembelian produk-produk dari Perusahaan Universal Grup.
Tidak juga mendapatkan apa yang diinginkan, Arman pun pergi dari ruang kerja itu sambil menggerutu. Dia tidak punya kuasa karena semua keuangan keluarganya dipegang oleh anak sulung. Orang tuanya lebih mempercayakan semua kekayaan kepada Arka. Sementara dirinya akan mendapatkan jatah bulanan seperti karyawan supermarket lainnya.
Begitu Arman membuka pintu, ada seseorang yang akan masuk ke sana. Seorang wanita cantik yang berpenampilan elegan.
"Sayang," panggil wanita itu begitu masuk.
"Ada apa Inggrid?" balas Arka tanpa mengalihkan perhatiannya dari laptop.
"Ada pameran perhiasan di Mall Anggrek. Kita ke sana, yuk! Sekalian kita makan siang," kata Inggrid yang berjalan ke belakang kursi Arka, lalu memeluknya dan tidak lupa kecupan di pipi sang kekasih.
"Aku sedang sibuk. Pergilah sendiri atau ajak teman-temanmu itu," ucap Arka masih sibuk mencocokkan laporan dan transaksi pembelian barang.
Senyum manis dari Inggrid yang sejak tadi terukir, perlahan menghilang. Wajahnya yang cantik itu berubah muram.
"Selalu saja begitu! Apa kamu tidak punya waktu sebentar saja untukku. Kita pergi di waktu jam makan siang. Itu tidak akan mengubah jam kerjamu," tukas Inggrid dengan kesal dan kecewa.
Arka paling tidak suka jika sedang bekerja diganggu. Siapapun itu, termasuk wanita yang sudah menjadi kekasihnya selama lima tahun ini.
"Tidakkah kau lihat aku sedang apa sekarang ini?" Arka menoleh ke belakang dengan tatapan tajam.
"Pergilah, jangan ganggu aku!" titah Arka yang kembali melanjutkan pekerjaannya.
Dengan langkah dihentakan, Inggrid pergi keluar ruang itu. Dia menghubungi seseorang begitu berjalan menuju lift.
***
Pak Baharuddin kemudian mendatangi Pak RT dan melaporkan apa yang terjadi kepada Hannah. Dia takut ada orang jahat yang mengincar para gadis di kampung mereka. Selain itu dia juga berharap mendapatkan keadilan untuk putrinya, agar si pelaku di penjara.
"Jadi, Hannah sedang hamil?" Bu RT dan Pak RT terkejut dan merasa iba kepada gadis malang itu.
"Iya, Pak Budi ... Bu Budi. Aku juga sampai shock mengetahui itu tadi," kata Pak Baharuddin dengan lirih dan mata berkaca-kaca.
"Padahal setiap malam kita melakukan ronda untuk menjaga keamanan di kampung ini. Kejahatan malah terjadi di siang hari dan tidak ada saksi mata lagi," ucap Pak Budi menahan marah dan kesal. Dia tidak menyangka kejahatan terjadi di daerahnya.
"Kita tidak akan bisa mudah menemukan orang asing itu. Setiap hari selalu saja ada orang yang berkunjung ke kampung kita ini. Mereka datang ke Situ Ageung untuk liburan dan makan-makan," lanjut Bu RT.
Pak Baharuddin tersentak lupa dengan hal penting ini, kalau kampung mereka sering kedatangan orang dari luar desa. Karena ada tempat wisata yang sering dikunjungi orang-orang.
"Sepertinya kita harus buat pengumuman kepada seluruh warga, jika ada orang yang mencurigakan harus segera mengamankan dan menginterogasinya. Nanti, tanya Hannah apakah orang itu pelakunya atau bukan," kata Pak RT.
Dengan perasaan sedih akhirnya Pak Baharuddin pulang ke rumah. Dia berharap keadilan untuk putrinya. Laki-laki paruh baya itu tidak bisa memaafkan kejahatan laki-laki yang sudah menghancurkan anak semata wayangnya.
***
Ketika Pak Baharuddin baru membaringkan tubuhnya di atas kasur hendak tidur, terdengar suara ribut-ribut di depan rumahnya. Penasaran ada apa, dia pun segera beranjak dari dari.
Rupanya Hannah juga terbangun, dia keluar dari kamar dengan kursi roda. Lalu, Pak Baharuddin membantu mendorong keluar rumah.
"Keluar kau, Baharuddin!"
"Keluar kau pria cabuuuul!"
"Dasar laki-laki bejaaat!"
"Anak dan Bapak sama saja tukang zina!"
"Usir dari sini!"
Pak Baharuddin dan Hannah yang baru saja membuka pintu depan rumah dibuat terkejut oleh kata-kata warga yang sedang berkumpul di depan rumah. Mereka semua berteriak kencang seakan menggetarkan bumi yang sedang mereka pijak.
"Ada apa ini? Kenapa kalian teriak-teriak seperti itu?" tanya Pak Baharuddin dengan emosi karena ucapan mereka sungguh buruk.
Hannah ketakutan melihat warga yang menatapnya tajam, sinis dan, menghina. Wajahnya berubah pucat dan berkeringat dingin.
"Kamu keterlaluan Baharuddin. Melakukan zina sama anak sendiri sampai hamil," ucap Pak Iwan dengan lantang.
"Apa? Itu fitnah!" bantah Pak Baharuddin tidak terima dengan tuduhan palsu itu.
"Kita tidak ingin kau dan putrimu tinggal di sini lagi. Pergi dari sini!" kata Pak Anwar dengan nyolot dan mata melotot.
"Usir mereka dari sini!" teriak beberapa orang itu bersamaan bagaikan paduan suara yang kompak.
"Jangan biarkan Allah menurunkan azab di kampung ini gara-gara perbuatan dosa mereka berdua," ucap Pak Iwan dan dibenarkan oleh warga lainnya.
Pak Budi selaku RT di sana tidak bisa berbuat apa-apa meski sudah menjelaskan kepada mereka. Malah dirinya dituduh sudah disuap oleh Pak Baharuddin.
"Maaf sekali Pak Baharuddin. Ini demi kebaikan kita semua, jadi kita minta Bapak dan Hannah segera pergi dari kampung ini," ujar Pak Budi dengan mimik sedih dan tak berdaya.
Pak Baharuddin hanya bisa meneteskan air mata. Dia tidak punya tempat tinggal lainnya atau tempat lain yang bisa dituju. Hanya rumah ini satu-satunya yang mereka punya.
***
❤❤❤❤❤
❤❤❤❤❤
siapakah pelaku yg udah buat trauma hannah 🤔
kalo krna trauma berarti hannah masih bisa disembuhkan ya,,suara yg hilang sm kelumpuhan kakinya dn pendengarannya kan bisa pake alat dengar 🤔
masih banyak yg blm terjawab dn bikin makin penasaran 🤗🤗