Siapa bilang mertua selalu identik dengan kata menindas dan kejam pada menantu, serta tak pernah akur?
Ini tidak terjadi pada Embun, seorang wanita lembut dan berbakti pada mertua setelah menikah dengan laki-laki bernama Gio. Tapi sayang beribu sayang. Hidup tak pernah sempurna, bukan?
Embun mendapatkan mertua luar biasa yang banyak di impikan para menantu, sayangnya ia malah mendapatkan suami pengkhianat.
Untungnya, mertuanya lebih membela Embun sebagai menantu dan memberi pelajaran pada putra kandung mereka sendiri. Namun, kejutan dari sang mertua membuat Embun tak bisa berkata-kata. Kedua mertuanya malah menjodohkan Embun dengan pria pilihan mereka, padahal ketuk palu perceraian belum terlaksana.
Apa yang terjadi selanjutnya, apa Embun menerima kehadiran pria baru pilihan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 35.
Di perjalanan, Reynaldi mendiamkan istrinya. Anak mereka sudah tidur setelah diberikan A S I oleh Jihan.
“Bang, maafkan aku...“
Rahang Reynaldi mengetat, dia sangat marah pada Jihan. Ia terpaksa membawa Jihan agar istri yang ia nikahi sah secara agama dan negara itu menjelaskan pada Zahira jika mereka hanya menikah tanpa ada cinta. Meski dalam dua tahun ini, sikap Reynaldi sama seperti suami lainnya yang meniduri Jihan karena ia pikir rugi jika ia tak menikmati tubuh Jihan setelah ia menikahi wanita itu.
Tidak seperti perkataan nya pada Zahira, nyatanya hubungan Reynaldi bersama Jihan seperti rumah tangga pada umumnya. Ada hak dan kewajiban yang terlaksana, namun memang tak ada cinta di dalamnya.
“Kamu bilang pernikahan kita karena terpaksa dan suatu hari saat Zahira kembali padaku kamu rela diceraikan. Tapi apa maksud mu tadi, kenapa kau menangis di depan Zahira?! Jangan berpura-pura tersakiti...!“
Jihan mempererat pelukannya di tubuh anaknya karena ketakutan, ia paham watak suaminya yang selalu ingin benar sendiri. Sejak Jihan ikut tinggal di rumah Reynaldi karena ibunya bekerja sebagai pembantu disana, Jihan sempat menaruh hati pada laki-laki itu. Namun ternyata sifat asli Reynaldi sangat lah buruk, laki-laki itu berwatak keras dan sering membentak-bentak Jihan meski wanita itu tak mempunyai salah.
“Maaf, Bang..." cicit Jihan dengan suara penuh ketakutan.
Brak!
Reynaldi memukul setir mobilnya, ia mencengkram setir dengan wajah dingin. “Aku nggak mau tau, kita akan segera cerai secara negara . Aku hanya ingin menikah dengan Zahira, dia akhirnya bisa menjadi milikku!“
Justru aku bahagia bisa berpisah dari pria bejat seperti mu Bang!
Jihan merapatkan bibirnya, tentunya dia tak berani bicara secara terang-terangan. Reynaldi terobsesi pada Zahira, bahkan saat pria itu menyetubuuhi Jihan hanya nama Zahira yang terucap dari mulut laki-laki itu.
Sejak mengetahui perilaku abnormal Reynaldi, Jihan tak ingin memancing amarah pria itu. Alasan kenapa ia menangis di depan Zahira, karena dia takut jika Zahira menolak Reynaldi untuk bersama, maka semua kesalahan akan dilimpahkan padanya.
Aku harus bisa bicara dengan Mbak Zahira, dia harus tau kalau Bang Rey itu tidak waras dan seperti psikopat! Mudah-mudahan Mbak Zahira bisa menolongku terbebas dari suami macam Dajjal ini!
•
•
•
Gio turun dari mobil milik Zahira, wanita itu mengantarkan laki-laki itu pulang meski awalnya Gio menolak.
“Mau turun dulu?“ tawar Gio, ia tinggal di rumah Bram.
“Ini bengkel Mas Gio?“
Zahira melihat ada bengkel sederhana di samping rumah.
“Bukan, punya mantan mertua ku. Aku tinggal bersama dia, kami sama-sama pengkhianat dulunya.“
Zahira tertegun, dia menggaruuk kepalanya yang tidak gatal sebagai respons.
“Seharusnya kamu menerima mantan suami kamu yang katamu baik itu, sekarang sudah terlambat bukan karena dia sudah mencintai wanita lain?“
Tadi Zahira juga menceritakan tentang kisah rumah tangganya pada Gio termasuk tentang Hanif dan Melody.
“Aku nggak nyesel, Mas. Karena aku yakin... Allah sudah menyiapkan jodoh terbaik untukku. Mas Gio juga sudah bertobat dan berubah, bukankah sudah waktunya Mas mendatangi orang tua Mas dan meminta ampunan.“
Gio tersenyum, “Terima kasih sarannya, akan saya pikirkan.“
"Sama-sama, kita ini hanya manusia biasa Mas... tak akan luput dari kesalahan dan dosa. Namun sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berbuat kesalahan lalu bertaubat. Aku yakin, orang tua Mas Gio akan memaafkan Mas jika mereka tau kalau Mas sudah menyesali segala kesalahan Mas.“
Gio mengangguk setuju, jika ia memang ingin diberikan kesempatan kedua. “Hati-hati dijalan.“
“Terima kasih sudah mau sharing pengalaman Mas Gio sama saya, padahal kita hanya orang asing.“
"Justru karena kita orang asing dan tak akan bertemu lagi, saya mau menceritakan kehidupan kelam saya.“ Gio mengangkat bahunya cuek.
“Saya pergi ya, Mas. Oh ya... kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Kalau ada umur yang panjang, mungkin kita akan berjumpa lagi.“
Keduanya sepakat tak akan ada pertemuan lagi setelah hari itu, jadi mereka tak memberikan nomor kontak masing-masing.
Namun, jika takdir keduanya harus bertemu kembali... siapa yang bisa menolak bukan?
•
•
•
Melody sedang memasak bersama para relawan dari kota-kota lain, dia mudah sekali berbaur dengan siapapun.
Tiba-tiba saat ia mengupas bawang, seseorang menyodorkan sebotol air mineral.
“Nama mu Melody, kan? Ini, minumlah dulu. Aku perhatikan, sejak tadi kamu sibuk terus...“
“Makasih, Bro." Melody mengambil botol mineral dari tangan laki-laki itu.
“Nama mu unik ya, Melody. Sama kayak aku...“
“Siapa nama Lo?“ tanya Melody setelah minum satu tegukan.
“Angkasa...“
“Nama bagus lah ituh!“
“Kamu hobi Hiking nggak, Mel?“
“Lumayan, hobiku emang banyak. Kadang naik gunung, sesekali ke laut... kadang juga ikut balapan. Kegiatan-kegiatan yang memacu adrenalin dan nggak ngebosenin sih...“
“Kita cocok nih! Kapan-kapan ajak aku ya kalau mau naik gunung...“
“Oke!“
Keduanya pun berbincang sembari tangan mereka bekerja. Tak jauh dari keduanya, Hanif yang sedang mengobati salah satu warga yang terluka menatap kesal karena melihat Melody tertawa dengan riang bersama laki-laki lain.
Huh! Apa aku kurang gercep ya? Hanif mendumel dalam hati, meski ia sedang jengkel namun ia tetap bersikap profesional dalam pekerjaan nya mengobati orang.
Setelah waktunya istirahat, Hanif menghampiri Melody. Kali ini wanita itu sedang membantu mendirikan kemah untuk para warga yang tempat tinggalnya sudah hancur.
“Mel, udah makan belum?“
Melody menoleh, tangannya yang sedang sibuk mengokohkan tiang tenda kemah ke tanah padat berhenti. “Belum Bang, kalau Abang?“
“Abang juga belum, Abang ambilin ya... kita makan bareng.“
“Oke Bang, maaf ngerepotin ya.“
Hanif mengangkat tangan nya, ia mengeluus kepala Melody dengan lembut. Nafas Melody sempat terhenti sejenak, sebelum akhirnya wanita itu segera menepis perasaan aneh dalam hatinya karena perlakuan manis Hanif padanya.
“Jangan capek-capek ya, kamu juga harus jaga kesehatan kamu Mel. Abang nggak mau kamu sakit...“
Kali ini jantung Melody berdetak kencang.
Eh bujung buneng! Napa nih jantung ngajak perang ya malah berdebar nggak karuan! Gue pasti udah gila... malah terpesona sama suami orang! Sadar Mel sadar! Perempuan itu mengingatkan diri sendiri.
“Ngomong-ngomong, status Abang sekarang single. Abang sama Zahira udah resmi berpisah, jadi... kalau misalnya kamu mau membuka hati kamu sama Abang, kamu bukan pelakor kok.“ Hanif tak ingin menyia-nyiakan kesempatan mejelaskan, ia tak ingin Melody ditikung laki-laki lain.
Mata Melody membelalak, baru saja ia mengingat dirinya sendiri agar tau diri jangan menjadi pelakor eh malah mendengar kalau Hanif bukan berstatus suami orang lagi.
“J-jadi, Bang Hanif sekarang udah Duda?“
“Ya, kamu mau nggak sama Duda satu ini?“ Hanif tersenyum begitu tampan, membuat jantung Melody seperti akan meledak.
Apa ini jawaban dari-Mu atas permintaan jodohku, Tuhan?