Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batal belajar masak
Selesai belanja di mall, aku dan Om Javar pun langsung kembali ke apartemen nya dengan membawa beberapa kantong belanjaan, ada yang berisi bahan makanan, sepatu ku, pakaian milik ku dan juga milik Om Javar.
Sesampainya di apartemen, barang belanjaan tadi langsung disimpan di dekat sofa kecuali bahan makanan tadi dibawa ke dapur oleh Om Javar dengan aku yang mengikuti langkahnya dari belakang.
Diletakkannya bahan makanan yang tadi di atas pantry dan dia langsung mengeluarkan bahan-bahan dari kantong belanjaan tersebut, aku pun turut mendekat kepada nya dan melakukan hal yang sama.
"Emangnya Om sering masak sendiri? Gak pesen makan di luar aja?" Aku pun memulai obrolan.
"Saya jarang pesan makanan di luar, tapi kalau saya sangat lelah atau malas untuk masak, baru saja beli makanan di luar."
"Kalo Geo-" Aku tidak melanjutkan perkataan ku dan mengatupkan bibir karena takut Om Javar marah jika aku membahas Geovan.
"Kenapa berhenti? Bilang aja, saya gak merasa keberatan."
"Eum kalo Geovan bisa masak juga? Soalnya aku gak pernah lihat dia masak."
"Dia juga bisa, tapi hanya beberapa menu saja."
"Ohh gitu."
Dapat aku lihat Om Javar sedang memindah sayuran ke dalam sebuah wadah, yang sudah bisa aku tebak jika sayuran itu akan dia cuci.
"Sini biar aku aja." Ucap ku sambil merebut wadah tersebut dari tangan nya.
Aku pun dengan telaten membersihkan sayuran tersebut, dirasa sudah bersih, aku membawanya kembali ke atas pantry dan menyerahkannya kepada Om Javar.
"Ini, sayuran nya udah aku bersihin."
"Yakin ini udah bener-bener bersih?"
"Iya udah, Om lihat aja sendiri."
Yang dia lakukan adalah memilih-milih sayuran yang sudah aku bersihkan tadi untuk memastikan apakah sayuran nya sudah bersih atau belum, dia mengangguk-angguk tanda menyetujui perkataan ku tadi.
"Ya sudah, kita potong-potong dulu sayuran nya. Kamu tau cara potong nya gimana?"
Mendengar pertanyaan itu, aku langsung menggelengkan kepala tanda tidak tau, ya memang aku tidak tau caranya. Terdengar helaan nafas kasar milik Om Javar di hadapan ku, seperti dia sangat frustasi karena ku.
"Aku kan niatnya belajar masak, wajar aku kalo aku gak tau."
"Iya wajar, lihat gimana saya potong sayuran nya. Nanti kamu perhatiin dan coba potong mengikuti apa yang saya lakukan, tapi hati-hati tangan kamu kena pisau."
Aku pun mengangguk mengerti dan mulai memperhatikan apa yang dia lakukan, dimulai dari mengupas kulit wortel dan memotong nya. Aku sudah bisa memotong wortel itu, tapi karena aku tidak hati-hati, jari ku terkena pisau itu membuat aku terkejut dan sedikit mengeluarkan darah.
"Awshh.." Aku pun langsung meletakkan pisau itu dan meniup jari ku.
Melihat diri ku yang kesakitan, dia langsung menghentikan kegiatannya dan mendekat ke arah ku untuk melihat apa yang terjadi, paham dengan apa yang baru saja terjadi, dia langsung menggenggam tangan ku dan mendekat kan ke arah nya, seperkian detik aku terkejut dengan apa yang dia lakukan, dia menghisap jari ku yang terkena pisau tadi membuat aku terkesiap atas perbuatannya.
Dituntunnya aku ke arah wastafel dan dia mulai membasuh jari ku dengan air, aku hanya terdiam melihat apa yang dia lakukan.
"Kan tadi saya sudah bilang supaya hati-hati."
"I-iya, tadi gak sengaja."
"Masih sakit?"
"Udah nggak, cuma kena dikit doang."
"Dikit doang sampe meringis gitu."
"Tadi tuh cuma kaget, tau!"
"Iya-iya saya percaya." Jawab nya dengan nada yang malas.
Aku dan dia pun kembali ke tempat tadi, yaitu pantry untuk melanjutkan kegiatan yang tadi, tapi saat tangan ku hendak menyentuh kembali pisau yang tadi menggores jari ku, tiba-tiba dia menghentikan ku.
"Kamu duduk aja disana, biar saya yang lanjutin." Ujar nya sambil menunjuk ke arah meja makan.
"Tapi kan tadi aku mau belajar masak, lagipula jari aku udah gak kenapa-kenapa."
"Sekarang emang gak kenapa-kenapa, tapi kalo kamu bikin kecerobohan yang lain? Baru awal aja jari kamu udah luka."
"Jadi Om nyalahin aku?"
"Bukan gitu maksud saya, saya takut kamu kenapa-kenapa."
"Aku gak kenapa-kenapa, aku pengen belajar masak sekarang."
"Nurut apa kata saya, belajar masak nya masih bisa besok-besok."
"Kalo besok-besok nanti Om sibuk."
"Saya bakalan luangin waktu buat kamu."
"Beneran ya?" Tanya ku memastikan.
"Iya, udah sana duduk."
Aku pun menuruti perintahnya mulai berjalan ke arah meja makan untuk duduk di kursi yang ada di meja makan sana. Sambil duduk aku pun memperhatikan setiap gerak-gerik yang dia lakukan saat sedang memasak, dengan beberapa butir keringat yang ada di pelipis nya kenapa dia tampak seksi? Ya ampun! Apa yang aku pikirkan?!
Aku pun langsung memalingkan pandangan ku agar pikiran-pikiran tidak baik itu menghilang dari pikiran ku.
Tidak lama dari itu, aku mulai mencium wangi rempah khas sayur sup yang membuat perut ku lapar. Langsung saja aku berdiri dan menghampirinya untuk memastikan apakah sup ayam nya sudah matang apa belum.
"Sup nya udah mateng?" Pertanyaan itu langsung aku lontarkan saat sampai di samping nya.
"Sebentar lagi, kamu kembali duduk di kursi aja, nanti biar saya siapin."
"Aku mau bantuin juga. Biar aku aja yang siapin, kan Om udah masak."
"Udah kamu duduk lagi aja, biar saya siapin semuanya."
"Gak mau. Aku aja yang siapin piring-piring sama nasi nya, lagipula itu kerjaan yang gampang, jadi jangan khawatir."
"Ya udah terserah kamu."
Dia pun kembali kepada kegiatan nya yaitu mengaduk sayur sambil menunggu sayur tersebut matang, berbeda dengan aku yang kembali ke meja makan untuk menata piring-piring dan juga menyiapkan nasi untuk kami makan nanti.
Saat aku selesai dengan kegiatan ku, dia pun sama hal nya dengan ku yaitu selesai melakukan kegiatannya dan sayur nya pun sudah matang. Dia langsung membawa sayur itu ke meja makan dan menyajikan nya, kami pun duduk berhadap-hadapan untuk makan siang, ah sebenarnya ini sudah masuk sore hari.
Aku pun mengambilkan sayur tersebut ke dalam mangkuk dan memberikannya pada nya.
"Kamu coba duluan sayur nya dan kasih tau saya gimana rasa sayur nya menurut kamu, enak atau tidak?" Titahnya sambil menatapku.
Aku pun menyendok sedikit kuah dari sayur tersebut dan tanpa ragu aku langsung melahap nya, lidah ku menyesuaikan terlebih dahulu apa rasanya dan seperkian detik kemudian aku tersenyum merasakan rasa enak dari sup ayam tersebut.
"Ini enak! Aku nggak bohong, emang gak salah kalo aku minta ajarin ke Om buat belajar masak." Aku menjawab dengan girang yang kemudian kembali menyendok sup ayam tersebut beserta dengan sayurannya.
"Om juga makan, jangan lihatin aku terus."
"Lihat kamu makan kayak orang kelaparan gitu bikin saya langsung kenyang."
"Mana ada orang kelaparan?! Ini tuh karena emang sup ayam nya enak, aku suka."
"Syukur deh kalo kamu suka, abisin sup sama nasi nya." Selesai mengucapkan itu, dia pun ikut makan bersama dengan ku.
Kami larut dalam acara makan tersebut, sampai nasi dan sayur sup milik ku sudah habis.
"Mau tambah lagi?"
"Nggak deh, aku udah kenyang." Jawabku dengan jujur karena memang itu adanya.
Dia pun melanjutkan memakan makanannya yang belum habis itu dan kegiatan ku hanya memperhatikannya yang sedang makan, kenapa hati ku tiba-tiba menghangat seperti ini??
Tiba-tiba aku memikirkan bagaimana dengan anak ini jika aku dan Om Javar tidak menikah? Harusnya dia hidup tanpa sosok Ayah? Atau tanpa sosok Ibu? Tapi aku masih belum siap jika harus menikah dengannya, disisi lain aku juga khawatir jika nanti anak ini akan lahir tanpa orang tua yang lengkap seperti anak-anak lainnya.
Lamunan ku tersadarkan karena bunyi dentingan sendok milik Om Javar yang diletakkan di atas piring dan dapat aku lihat jika makanan nya sudah habis. Aku pun beranjak dari tempat duduk berniat untuk membereskan bekas makan kita barusan, tapi suara milik nya kembali menahan ku.
"Biar saya aja, kamu bisa langsung ke ruang TV atau jika ingin istirahat bisa ke kamar."
"Aku aja, Om kan tadi udah masak, sekarang gantian aku yang beresin bekasnya."
"Udah, biar saya aja. Saya gak merasa keberatan walaupun sudah memasak jika harus membereskan bekasnya juga."
"Tapi aku yang keberatan, gimana kalo kita beresin bareng-bareng aja?"
"Terserah kamu."
Dia langsung beranjak dari tempat duduk dan membawa piring kotor miliknya, aku pun melakukan hal yang sama, kemudian mengikutinya berjalan menuju ke arah wastafel.
"Biar saya aja yang cuci, kamu bersihin meja makan aja."
"Oke!" Tanpa banyak bicara aku pun langsung melakukan perintahnya untuk membersihkan meja makan bekas kami makan tadi.
Beberapa menit kemudian kegiatan kami berdua telah selesai, aku berjalan kembali ke arah wastafel untuk mencuci tangan dan setelah nya aku berjalan ke arah kulkas karena aku ingin meminum minuman yang segar.
Di tangan ku sudah ada satu botol minuman jus yang hendak aku buka, namun lagi-lagi suara milik lelaki itu menghentikan ku.
"Jangan minum itu dulu, lebih baik kamu minum susu ibu hamil milik mu."
"Ish, aku pengen ini."
"Setelah meminum susu. Kamu harus cukup menerima asupan, ingat kata dokter di rumah sakit kemari."
Ya ampun aku seperti anak kecil yang disuruh minum susu saja, jika aku meminum jus ini setelah minum susu dapat dipastikan jika perutku nantinya akan kembung, aku pun hanya menghembuskan nafas pasrah, ini semua demi anak ku.
"Ya udah kalo gitu tolong ambilin susu yang tadi kita beli."
"Tunggu di ruang televisi aja, biar sekalian saya bikinin."
Aku yang terlanjur kesal karena tidak diperbolehkan untuk minum minuman jus tadi pun melenggang pergi dari hadapannya dengan wajah yang merenggut. Duduk di sofa dan mulai menyalakan televisi memilih chanel yang seru untuk di tonton.
Tidak lama dari itu, datanglah lelaki itu dari arah dapur dengan membawa segelas susu di tangan nya. Dia pun duduk di sebelah ku, yang kemudian menyerahkan segelas susu itu kepada ku.
"Habiskan."
Aku pun langsung meminum susu itu dengan setengah hati karena sebenarnya aku tidak ingin meminum susu itu, namun dengan terpaksa aku harus menghabiskannya.
"Oh iya, barang-barang dari kosan aku kapan sampai ke sini?" Tanya ku kepada nya karena memang barang-barang ku tidak sampai-sampai dari kemarin padahal jaraknya tidak sejauh itu.
"Nanti sore, saya menyuruh orang suruhan saya untuk mengantarkannya nanti sore."
Aku hanya mengangguk paham dan kembali meminum susu itu hingga habis, dengan lelaki itu yang berada di sebelah ku sedang menonton tayangan televisi di depan kami.
________________________________________________
jangan lupa kasih ulasan buat cerita ini ya, biar aku makin semangat buat lanjut nulis ceritanya.