"Mulai sekarang, kau bekerja sebagai istriku," tegas Gyan Adriansyah kepada istrinya, Jasmine.
Nasib sial tengah menimpa sang gadis cantik yang terkenal sebagai bunga desa. Mulai dari beredarnya video syur yang menampilkan siluet mirip dirinya dengan calon tunangan. Terungkapnya perselingkuhan, hingga dijadikan tumbal untuk menanggung hutang ayahnya pada pria tua.
Namun, ditengah peliknya masalah yang terjadi. Takdir kembali mempertemukan dirinya dengan musuh bebuyutannya semasa kecil dengan menawarkan pernikahan kontrak. Jasmine tak punya pilihan yang lebih baik daripada harus menikahi pria tua.
Akan seperti apakah pernikahan mereka? Gyan yang ia kenal dulu telah berubah drastis. Ditambah lagi harus menghadapi ibu mertua yang sangat membencinya sejak lama.
Yuk simak keseruan ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CatVelvet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Jasmine
Pria yang mencengkram rambut Jasmine tiba-tiba terhuyung. Seseorang dengan teknik beladiri yang jitu berhasil menendang kepala pria itu sampai tumbang dalam sekejap. Cengkraman tangannya melemah seiring hilangnya kesadaran dan terlepas dari rambut Jasmine.
Bruk! Pria itu ambruk.
Jasmine menoleh seketika dan ia tercengang hingga mulutnya terbuka lebar. Siapakah gerangan yang menumbangkan bedebah itu dengan satu serangan? Ternyata bukan hanya dia yang tercengang. Dua pria brengsek yang tersisa serta beberapa orang penonton yang penasaran didalam minimarket itu pun ikut tercengang menatap kebolehan sang pahlawan yang tiba-tiba muncul.
Pria dengan setelan formal berdiri dihadapan Jasmine. Celana hitam serta kemeja putih yang dibalut dengan vest dan dasi berwarna dark grey. Pria itu terlihat tinggi dengan tubuh proporsional. Penampilannya benar-benar memukau seperti melihat artis didepan mata. Wajahnya juga sangat tampan rupawan hingga mampu menghipnotis pandangan orang-orang disekitar. Namun disisi lain ia terlihat dingin. Tak ada senyum mengulas di bibirnya. Sorot matanya tajam menatap dua bedebah yang masih tersisa.
“Minta maaf, atau ku bunuh?“ ancamnya.
Bu-bunuh? Pria ini sepertinya agak berlebihan. Batin Jasmine.
Glek!
Jasmine menelan ludah. Pria ini benar-benar memiliki aura yang sangat kuat. Tatapannya yang tetap konsisten tajam seperti sebuah pedang yang siap menghunus target dihadapannya. Serta atmosfer disekitarnya seolah menebarkan hawa yang menegangkan. Dia pria serius tanpa basa-basi.
Dua bedebah itu, meski merasa gentar atas ancaman singkat, namun mereka tetap menjaga harga diri mereka. Tak ingin terlihat seperti pengecut. Maka dari itu, mereka tetap memantapkan diri untuk menyerang pria yang baru saja menumbangkan teman mereka.
“Brengsek! Kita habisi dia!“ seru mereka mencoba melayangkan serangan secara bersamaan.
Bugh!
Satu tonjokan mendarat cepat membuat temannya tumbang. Dan untuk bedebah terakhir, pria misterius itu mengunci tangannya kebelakang serta membuatnya bertekuk lutut di hadapan Jasmine. Dia bedebah brengsek yang pertama mengajak Jasmine kenalan. Raut wajahnya terlihat sangat kesakitan seakan tangannya sudah siap untuk dipatahkan.
“Minta maaf!“ perintah pria misterius itu.
“Aakh! Baiklah, baiklah, aku minta maaf! Lepaskan aku!“ ucapnya tak tulus sembari mengerang kesakitan.
“Ku lepaskan jika dia menerima maaf mu.“
“Apa?? Yang penting kan aku sudah minta maaf! Dia bahkan sudah menyiram kopi panas di wajahku!"
Pria itu me-melintir tangannya lebih kencang hingga bedebah itu teriak kesakitan hampir menangis.
“Aaaakhh! Tolong, tolong, aku minta maaf, aku mohon. Tolong maafkan kesalahan ku,“ ujarnya sambil memohon karena kesakitan.
Jasmine menatapnya sinis. “Aku tidak akan memaafkan laki-laki bermulut kotor seperti mu."
“Apa?? Dasar cewek sia…”
Bugh!
Pria itu langsung memukulnya hingga pingsan sebelum menyelesaikan umpatannya.
“Akan ku hubungi polisi,“ pria misterius itu langsung mengeluarkan ponsel hitamnya. Menelpon polisi dan berbicara singkat sambil memanggil dengan nama akrab. Sepertinya, polisi yang ia hubungi adalah kenalan dekatnya, tak lama kemudian ia menutup telpon.
“Polisi akan segera datang dan meminta keterangan darimu. Aku ada urusan, jadi aku akan pergi. Banyak saksi mata yang akan mendukungmu. Lain kali jaga dirimu baik-baik,“ pamit pria misterius itu dengan cepat meninggalkan tempat. Sekilas sorot matanya menampakkan kekhawatiran.
Aneh... kenapa aku merasa seakan pernah kenal ya? Apa cuma perasaanku saja? Batin Jasmine.
Jasmine mengejarnya hingga keluar dari minimarket. Sementara kasir pria dan beberapa pelanggan berinisiatif langsung mengikat para bedebah itu.
“Tunggu!“
“Ada apa?“ pria itu berhenti mendadak hingga Jasmine hampir menabraknya. Ekspresinya begitu datar.
“Terimakasih.“
“Sama-sama,“ jawabnya singkat. Cukup membuat Jasmine merasa canggung.
Menyadari pria itu tak membawa apapun dari minimarket itu. Jasmine menebak, mungkin tadinya dia mau membeli sesuatu tapi tak jadi karena menolongnya, ditambah dia juga terlihat buru-buru.
“Mau saya belikan sesuatu? Sepertinya anda tak sempat membelinya,“ ucap Jasmine menawarkan.
“Ah, nggak perlu.“
“Saya merasa berhutang budi kalau anda menolak. Sebutkan satu saja, saya akan membelinya sebagai rasa terima kasih.“
Pria misterius itu terdiam mencoba untuk mempertimbangkan. “3 menit. Lewat dari itu, aku pergi.“
“3 menit? Oke! Apa itu?“
“N Coffe Latte dingin.“
“Oke!“ jawab Jasmine mantap dan langsung berlari kencang memasuki minimarket. Kurang dari 3 menit dia sudah keluar membawakan minuman dingin yang di inginkan pria itu.
“Thanks. Aku harus pergi sekarang. Ada urusan penting,“ ucap singkat pria itu.
“Iya, baiklah. Sekali lagi terimakasih dan maaf mengganggu waktu anda,“ ucap Jasmine sedikit membungkuk sambil tersenyum.
Dia benar-benar kaku sekali. Batin Jasmine.
Pria itu menatap Jasmine sejenak dengan sorot mata yang sulit diartikan sebelum meninggalkannya. Jasmine sempat merasa bertanya-tanya pada dirinya, apa ada sesuatu yang terlihat aneh? Seperti ada hal yang janggal saat pria itu memandangnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan dirinya yang masih berdiri penuh tanya. Jasmine lagi-lagi menepis pikirannya, tak ingin berprasangka yang aneh-aneh.
Drrttt… ponsel Jasmine tiba-tiba bergetar saat punggung pria itu terlihat semakin menjauh. Jasmine melihat nama panggilan yang tertera dilayar.
Nessa?
“Ya? Hallo Nes.“
“Miiin! Ada berita besar!“ seru Nessa diseberang sana.
Jasmine mengernyitkan sudut alisnya penasaran. “Ada apa?“
“Tapi aku ragu, berita ini pasti akan sangat menyakitkan untukmu."
Jasmine semakin dibuat penasaran. “Nggak apa-apa, ceritakan saja.“
“Emm… ini tentang Rendy…”
“Ya? Ada apa dengan Rendy? Kalau itu tentang dia, kenapa dia nggak menyampaikan langsung dan menghubungi ku?“
“Dia nggak akan bisa menghubungi kamu, Min. Mungkin juga untuk waktu yang sangat lama.“
Jasmine merasa heran dan penasaran yang semakin meningkat dipikirannya. Firasatnya mengatakan akan ada hal yang buruk yang akan ia dengar. “Loh? Kenapa? Ada masalah apa dengan Rendy? Apa dia baik-baik saja? Ada apa sih?“
“Gini, Min… kamu yang tabah ya? Sebenarnya… em… Rendy di tangkap.“
“Ditangkap siapa?“ sahut Jasmine dengan cepat.
“Po-polisi.“
“Apa??“
Bak petir menyambar di siang bolong. Berharap ini bukanlah berita sungguhan. Semoga hanya prank. Jantungnya mulai berdegup semakin kencang hingga menimbulkan kegelisahan dan kekhawatiran yang mulai menguasai dirinya.
“Ke-kenapa? Apa gara-gara video itu? Nggak mungkin kan, warga memenjarakan Rendy gara-gara video yang mirip dia? Rendy sendiri yang bilang padaku kalau itu bukan dia. Iya, kan, Nes?“
“Gini Min, em…”
Jasmine memotong pembicaraannya.“Nggak Nes, nggak mungkin. Mereka ngga bisa gitu dong! Buktinya kan, belum jelas. Setelah kesehatan kakek lebih baik, aku pasti akan mengumpulkan bukti secepatnya. Mereka pasti main hakim sendiri. Aku harus kesana!“
“Min! Dengerin aku dulu!“
Emosi Jasmine mulai memuncak namun matanya mulai berkaca-kaca. “Dengerin apa?? Itu semua nggak benar! Bahkan aku juga nggak pernah melakukan hal itu sama Rendy.“
“Iya, aku percaya. Masalahnya Rendy yang nggak bisa dipercaya Min! Laki-laki di video itu beneran Rendy dan si perempuannya kamu tau siapa?? Perempuan itu muridnya sendiri! Orang tua dari pihak perempuan tidak terima dan melaporkan kejadian itu. Gadis itu sudah hamil dua bulan. Dan parahnya lagi, itu bukan kehamilan pertama. Gadis itu sudah pernah hamil dan digugurkan diam-diam yang didalangi oleh Rendy. Mereka mengaku melakukannya atas dasar suka sama suka. Ayo-lah Min. Sadarlah...“
Perasaannya seperti dibanting dari ketinggian ujung awan kemudian jatuh menghantam bumi dan hancur berkeping-keping. Jasmine terdiam tak bergeming sama sekali. Matanya menatap nanar. Bibir ranumnya mulai bergetar. Pikirannya menjadi lebih kusut. Banyak pertanyaan serta luapan perasaan yang tiba-tiba ingin diungkapkan. Namun tak sepatah kata pun mampu ia keluarkan dari bibirnya.
Tatapan matanya bergerak liar seolah kebingungan sedang melanda dirinya. Pandangan matanya kabur akibat air mata yang menggenang memenuhi bola mata indahnya. Napasnya sesak. Namun juga sakit. Tenggorokannya tercekat seperti sesuatu yang besar sedang menyumbat dan tersangkut disana..
Jasmine tak mampu menanggapi panggilan dari sahabatnya. Meski berkali-kali sahabatnya terus memanggilnya penuh rasa khawatir. Jasmine terduduk. Lututnya terasa lemas seakan tak mampu menopang tubuhnya. Tangisnya mendadak pecah dan air matanya mengalir deras membasahi pipi.
Bagaimana bisa kau melakukan itu padaku dengan begitu kejam? Batin Jasmine.
Beberapa orang dari dalam minimarket yang melihat Jasmine begitu terpukul hingga terduduk lemas membuat mereka berbondong-bondong menghampirinya dengan rasa iba dan coba menenangkan Jasmine. Mereka berpikir jika penyebab ia menangis adalah efek trauma karena diganggu para berandalan tadi.
Tangisannya justru semakin pecah dan menangis sejadi-jadinya saat ibu-ibu mulai merangkul menenangkan dirinya. Tak ada sepatah kata apapun yang sanggup terucap pada saat itu. Hanya air mata pilu lah yang mampu mencurahkan segala yang ia rasakan.
***