Iriana merasakan kekecewaan kepada tunangannya yang ketahuan berselingkuh bersama sahabatnya.
membuat ayahnya jadi khawatir, sehingga membuat ayah nya berpikir untuk ia tinggal di tempat ibunya (nenek Iriana) di Perdesaan.
**
"Apa kau sudah melupakan nya?"
Seseorang yang menunggu nya untuk melupakan kan mantan tunangannya.
Mampukah ia kembali jatuh cinta saat pernah di khianati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sky00libra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2. Mulailah Menata
Ibu dan ayah nya mulai berangkat ke kota.
"Ibu balik dulu. Baik- baik kamu disini." Dengan mengelus tangan Iriana yang ia genggam.
" Aku tau ibu." Mencium pipi ibu nya, dan menatap ayah nya.
"Semoga aku bisa menata hati ku di sini lebih baik lagi ayah." Ayah pun mengangguk dengan manik mata yang sendu. Putri nya Iriana akan lama tinggal di sini.
"Iriana di sini bersama ibu, bukan sama siapa-siapa, udah jalan sana.!" Nenek gitu malas lihat drama.
Mobil tu perlahan menghilang dari padangan Iriana. Sekarang harus kemana ia di cuaca yang sudah mulai panas, "Baik tiduran main ponsel, scroll tok-tok, lagian gak bisa kemana-mana panas gini" Bathin nya.
Disini sinyal nya sudah mulai bagus, jadi apa yang mau di sedih kan tinggal di desa. Jika sudah punya ponsel dan kuota apa pun bisa hadapi.
Tapi di hari yang lalu itu berat sekali bagi nya. Apa karna satu kota. Mungkin.
"Mau kemana Ana.? Tidak mau keluar kamu jalan-jalan."
"Ke kamar nek, jalan gimana ini sudah mulai panas nek. Lagian siapa sih jalan di cuaca seperti ini nek." Dengan bibir manyun ia menjawab nya. Apa kah nenek nya tidak lihat cuaca di desa, matahari seperti di atas kepala saja.
"Ya udah keluar saja kamu nanti sore-sore, banyak itu anak muda nya di luaran." Mulai menyala kan tv nya.
"Gosip.." Gumamnya.
Ia pun meninggal kan nenek di luaran.
Terserah nenek nya mau bilang apa ia yang hanya sibuk di kamar. Rebahkan badan di ranjang yang tidak terlalu besar. Dengan kipas angin yang menyala di atas dinding. Buka sosial media bosan, lihat tok tok banyak cogan tampan bisa di ulang-ulang lama nya.
"Andai salah satu dari kalian jodoh ku." Bicara sendiri di depan ponsel yang menampilkan pria tampan. Ia sekarang sadar di dunia mana saja banyak pria tampan kenapa harus menangisi pria yang hmm seperti itu.
"Bodoh kamu Ana kenapa sadar nya setelah di sini, pasti aku di pelet di sana biar gak bisa lupain dia, harus nya ayah harus lebih cepat pindahin aku di sini,, ihhh kesal aku." Berbicara sendiri dengan tidak Jelas.
Ternyata jendela Iriana bersebelahan dengan jendela tetangga yang pernah mengintipnya. Apakah itu kamar juga? Sepertinya iya.
Iriana penasaran suara siapa itu, ia perlahan mengintipnya lewat jendela kamar nya. Ada seorang pria tinggi sedang bertelanjang dada. Bahu nya lebar berkulit tan seksi, sampai- sampai manik kecoklatan Iriana terbuka lebar.
"Ih cowok dari mana itu? Belakang nya tampan gimana kalo dari depan yah?" Bathin nya.
Perlahan tubuh itu mulai berbalik layaknya slow motion. Dalam bayangan Iriana, padahal itu berbalik seperti biasa. Justru itu membuat jantung Iriana jadi dag deg serr. Belum sempat Iriana menghindar tatapan itu sudah bertaut, tajam dan ada ke teduhan . Iriana jadi terpesona ia sulit berpaling, sampai pria itu sudah tidak ada lagi di depan mata nya. Rupa nya pintu jendela nya sudah di tutup kembali.
"Ihh dasar pelit sekali." Gumam nya, ia pun berbalik kembali untuk melanjutkan aktivitasnya.
***
Sedangkan di tempat si pria ia terkejut saat hendak berbalik kan tubuh ke arah jendela, ia ingin bercermin kecil yang ada di dinding dekat jendela. Betapa terkejut nya ia saat melihat perempuan yang sedang menatap nya dengan mematung, ternganga lalu matanya membulat lucu. Itu seperti perempuan pagi tadi yang ia lihat di rumah nenek lestari, siapa dia? Sebenarnya ia malu maka dari itu dia dengan cepat menutup pintu jendela nya. Entah seperti apa ekspresi nya apa kah akan mengemas kan ehh.
"Rai Nishav!" Iya itu nama nya. Ia sudah setahun tinggal di perdesaan Klayangan ini, mengikuti paman dan bibi nya mengurus perkebunan bapak nya di desa, Rai bisa juga membuka pekerjaan untuk masyarakat disini. Dengan 5 hektar tanah orang tuanya, di urus paman nya. Bukan, bukan paman kandung, papa nya hanya anak tunggal.
"Ayo paman! Saya sudah beres." Berjalan ke depan pelataran depan rumah dengan cekatan mengenakan sepatu boot nya. Ia dan paman nya ingin berkunjung ke kebun meski di siang hari, dengan cuaca yang panas.
Saat ia mulai naik motor off road nya.
"Lah Mas sudah mau berangkat ini.?" lestari yang sedang duduk didepan rumah nya, melihat Rai Nishav tetangga sebelah nya yang akan berangkat kerja.
"Iya nek, lihat-lihat bentar pekerjaan yang mau pemanenan buah kelapa sawit." Ucap ramah Rai.
"Owalah sama Mang Udin mas Rai.?"
"Iya nek, itu paman masih di teras." Memberi tahukan jika Paman nya masih di teras dengan mempersiapkan kan bawaan nya.
Mereka beda kendaraan jadi bisa berangkat sendiri. lestari pun hanya angguk-angguk kan kepalanya.
"Mari nek!" Dengan pelan mengemudikan motornya ke jalan yang sudah di semen.
**
"Siapa nek?" Iriana keluar setelah mendengar suara nenek nya seperti mengobrol dengan seseorang. Tapi ia hanya sempat melihat kepergian motor itu yang semakin menjauh.
"itu mas Rai Nishav, tetangga sebelah." Ucap nenek yang ternyata sedang mengupas bawang di teras rumah.
"Mas Rai? Siapa nek?" Dengan raut bingung nya Iriana bertanya.
"Loh itu tetangga sebelah, masa kamu tidak tau si neng" Seraya melihat cucu nya Iriana.
"Tapi waktu aku masih di sini, 2 tahunan yang lalu tidak ada nek"
"Emang tidak ada, dia baru datang dari kota juga sama kaya kamu, kalo tidak salah setahun yang lalu." Nenek lestari mencoba mengingat-ingat nya.
"Wahh pantas aku tidak tau nek. Kalo dia nya aja setahunan yang lalu! Aku kan sudah lama tidak kesini nek." Seraya meringis dengan ucapan nya. Plak suara renyah dari geplak kan lestari kepada cucu nya.
"Itu kamu tau kalo jarang tengok nenek di sini! Kamu ini cuma sisa satu nenek." Gemas nenek dengan cucu nya ini. Iriana hanya bisa meringis.
"Nek! Buat apa bawang ini di kupas duluan sebanyak ini nek."
"Biar nenek nanti tidak susah lagi, nanti tinggal ambil di kulkas jika ingin masak"
"Lemari es!" Dengan cepat membatu nenek nya.
"Sama saja. Tidak ada bedanya"
"Puff,, emang sama saja nenek." Dengan terkekeh, ia hanya iseng kepada neneknya.
"Nek! Besok kalo ke kebun aku bisa ikut kan?"
"Boleh ayo, besok nenek juga mau lihat Mang Danang sama Mang Uji mau panenan buah kelapa sawitnya."
"Nek nanti yang beli in buah nya siapa.?" Iriana masih ingin bertanya.
"Itu Rai, dia toke sawit. Biasa tetangga sering timbang nya buat Rai. Sampai tetangga sebelah itu urusan nya sama dia." Kupasan bawang nya nenek pun hampir selesai, Iriana menjadi penasaran sosok seperti apa si Rai, Rai itu.