NovelToon NovelToon
SYSTEM TUKANG OJEK PART II

SYSTEM TUKANG OJEK PART II

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Sistem / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin / Menjadi Pengusaha
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Alijapul

Kisah Iyan yang terpuruk karena ayahnya pergi dan meninggalkan banyak hutang,sedangkan Iyan masih SMA,iya pun menjadi tukang ojek untuk membayar hutang tersebut.iyan menemukan system tukang ojek tanpa sengaja bagaimana kisah selanjutnya silahkan dibaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alijapul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32: Konflik di Universitas dan Festival

Hari-hari pertama di Sempoerna Universitas Internasional memang penuh kesenangan dan tawa bagi Iyan dan teman-temannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, mereka mulai merasa tekanan yang nyata dari tugas-tugas dan tanggung jawab bahwa kehidupan kampus tidak semudah yang mereka bayangkan.

Di ruang kelas, Pak Damar memberikan sebuah proyek besar yang harus diselesaikan dalam waktu dekat. “Proyek kali ini adalah tentang pengembangan aplikasi! Bekerja sama dalam kelompok, dan saya akan menilai berdasarkan kreativitas dan implementasi,” ujar Pak Damar dengan serius.

“Hah? Aplikasi? tunggu ponselku model lama!” Udin berseru, terkejut dengan proyek yang datang begitu cepat.

“Jadi, siapa yang mau menjadi ketua kelompok?” tanya Pak Damar, melihat sekeliling kelas.

Iyan merasa ingin mengangkat tangannya, tetapi dia melihat teman-temannya juga ragu. “Tapi, siapa yang mau coba membuat sistem pemesanan pizza canggih?” Udin berkata, mencoba berkelakar.

Mira mengangguk. “Saya lebih suka mengerjakan resep pizza daripada aplikasi saat ini!”

“Baik, kita harus membuat aplikasi pizza yang datang dengan roti hangat! Siapa mau berkolaborasi?” Iyan akhirnya mencetuskan idenya. Akan tetapi, saat itu, beberapa teman dari kelompok lain mulai membahas projek mereka di samping mereka.

“Eh, lihat mereka. Mereka sudah memakai alat canggih dan desain yang keren. Kita malah tertinggal jauh!” Sari mengeluh.

“Jangan khawatir! Kita bisa pakai kekuatan pizza sebagai motivasi!” Iyan menjawab, berusaha menghibur.

Bukan hanya soal tugas yang sulit tapi juga membuat suasana tegang, di luar kelas, ada juga perselisihan antara organisasi mahasiswa yang berbeda yang memperebutkan hak untuk mengadakan acara campus. Iyan tahu bahwa mereka harus hati-hati.

Beberapa hari setelahnya, saat Iyan dan teman-teman berkumpul untuk membahas proyek di kantin, mereka mendengar kabar bahwa organisasi seni ingin menggelar festival besar dan berencana menggunakan seluruh area kampus.

“Apa mereka pikir mereka bisa memonopoli semuanya di kampus?” Joko bertanya, merasa tidak puas.

“Kalau mereka memonopoli makanan, kita harus berevolusi menjadi koloni ninja pizza untuk melawannya!” Encep menyorongkan ponsel ke arah Iyan.

“Wah, jangan sampai! Kita sudah berjuang melawan belasan jam belajar ini! Pastikan kita tidak terlibat dalam komite pizza!” Udin berkata sambil memegangi kepala.

Iyan merenung sejenak. “Kita perlu untuk menciptakan sesuatu yang lebih besar! Mari kita adakan festival pizza yang lebih hebat!”

“Kalau kita dapat izin untuk itu, semua orang akan berlarian! Lupa masalah kita!” Sari menambahkan larut dalam semangat.

Dengan tekad baru, mereka mulai merencanakan festival pizza yang besar. “Jadi, kita bisa berkolaborasi dengan organisasi lain juga, promo makanan dan musik, sambil membuat ide!” Iyan menjelaskan.

Hari berikutnya, ketika mereka mengunjungi ruang organisasi mahasiswa, mereka mendapati ketegangan di mesin foto saat dua kelompok bertikai. “Kami tidak akan membiarkan kalian mengadakan festival pizza di sini!” salah satu anggota organisasi berteriak.

“Dan kami tidak akan membiarkan kalian merusak kesenangan! Seharusnya kita bisa berbagi ruang!” jawab teman Iyan yang tergabung dalam organisasi lain.

“…dan mengalirkan energi pizza bersama!” Encep menginterupsi, berusaha mengubah suasana. “Ini bukan pertarungan, ini adalah sesi rekomendasi pizza!”

Melihat kekacauan ini, Iyan mengambil langkah maju. “Dengar, semua! Bagaimana jika kita bekerja sama? Kita dapat menggabungkan festival ini menjadi satu acara yang lebih besar! Pizza dan seni untuk semua!” Iyan berseru penuh semangat.

“Sebagai ketua organisasi pizza resmi pertama di kampus, saya setuju!” Joko menambahkan seraya menjulurkan tangan. “Mari kita bersatu dan ciptakan pesta!”

Akhirnya, diskusi pun dilanjutkan dan semua orang sepakat. Dalam waktu singkat, mereka menggalang dukungan untuk mendaftar acara mereka dan mendapatkan izin menggunakan area kampus.

Sebagai pembuka, semua orang merasa semangat dan optimis. Namun, dalam hati, Iyan merasa seperti “kapten kapal pizza” yang berlayar di lautan gelombang yang penuh tantangan.

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Festival Pizza di Sempoerna Universitas Internasional siap digelar, dan semua persiapan sudah dilakukan dengan sangat matang. Iyan dan teman-temannya telah bekerja keras dalam beberapa minggu terakhir. Meski mereka kelelahan, tapi semangat tidak pernah pudar.

Iyan melihat sekeliling area festival yang sudah dihias dengan warna-warni ceria. “Wow, lihat semua stand yang kita siapkan! Ini lebih hebat dari yang aku bayangkan!” dia bersorak.

“Dan lihat, kami memiliki spatula raksasa! Ini bisa jadi senjata rahasia kita untuk mengalahkan festival seni itu!” Udin berkata sambil mengangkat spatula raksasa yang dia pegang.

“Wah, Udin! Itu terlalu berlebihan! Kamu lebih terlihat seperti chef gila!” Mira menertawakan dengan nada menggoda.

“Ya, saya memang jenius yang gila!” Udin menjawab sembari berpose dramatis sambil mengaduk udara dengan spatula. “Tapi kita harus benar-benar siap! Mari kita membagikan flyer acara ini dengan gaya yang luar biasa!”

Dari kejauhan, Iyan melihat beberapa teman dari organisasi seni tampak sangat cemburu. Namun, dia tak ingin mempermasalahkannya. “Yuk, kita mulai belanja pizza! Ini adalah kesempatan untuk menunjukkan kepada semua orang betapa hebatnya kita!”

Mereka mulai membuka stand pizza, dan aroma harum segera memenuhi udara. “Hmm, ini pasti bisa menarik orang-orang! Kita perlu lebih banyak sampel!” Joko menambahkan, menyuapkan sepotong pizza ke mulutnya.

Setelah beberapa jam bersenang-senang dengan pengunjung, Iyan menggandeng teman-temannya untuk mengecek bagaimana hasil adu kompetisi. “Bagaimana menurut kalian? Hebat, kan?” Iyan berseru.

“Pizza ini hanya membuatku merasa jatuh cinta setiap kali aku menggigit!” Encep menambahkan dengan penuh semangat.

Namun, sorotan utama festival tiba ketika mereka melakukan lomba membuat pizza. “Oke, teman-teman! Siap untuk tantangan kita? Lomba pizza ini akan menjadi kesenangan dan ketegangan!” Iyan berkata bersemangat.

“Aku harap kita tidak akan mengalami insiden seperti di aula saat kelas seni!” Sari menirukan suara lewat berlebihan di tengah pertandingannya.

“Tenang saja, kami sudah pernah menghadapi lebih banyak tantangan! Kita adalah gladiator makanan!” Joko menambahkan, menggenggam adonan pizza layaknya senjata.

“Dan jika kita gagal, kita bisa meminta bantuan dari robot pengantar kita!” Udin menonton sambil tertawa menggoda.

Tepat sebelum lomba dimulai, seorang juri dari organisasi seni juga muncul. “Kami ingin melihat bagaimana kalian melahirkan kreativitas!yang maksimal!” katanya sambil tersenyum.

Di tengah kebisingan, Iyan sudah memimpin para peserta yang tersisa untuk menggunakan bahan-bahan terbaik. Saat tim mulai membuat pizza dengan adonan tipis, Iyan meneriakkan instruksi dengan penuh semangat.

“Masukkan keju dalam jumlah luar biasa! Dan jangan lupakan topping pizza ala kita!” dia terus mendorong semangat peserta.

Sementara semua orang sibuk, tiba-tiba Encep berteriak dari sudut. “Ayo, mari kita aduk sambil membayang dipadukan dengan sosis sapi asin yang sempurna!”

“Encep! Itu bukan cara membuat pizza!” Mira cemas, melirik dari fokusnya.

“Siap, ini ide cemerlang! Kita semua bisa membuat pizza terbesar selama festival!” Encep dengan serius menambahkan jeruk nipis ke dalam adonan.

Saat waktu lomba hampir habis, Iyan melepaskan tawa ketika melihat hasil karya peserta lain. “Wah, ini adalah pizza buatanku? Apakah itu pizza atau lukisan modern?” sambil mengamatinya dengan terkejut.

Bagaimana pun juga, semua peserta berjaya menyelesaikan pizza dengan ceria, dan kini saatnya jagad raya untuk menjajal rasa dari karya mereka.

“Kita buat acara ini can't help but dance!” Iyan mengumumkan dengan penuh percaya diri. “Lakukan pose dramatis saat kita menyajikan hasil karya!”

Ketika aroma pizza berkisar ditargetkan, semua orang menanti dengan antusias. Setiap peserta mulai menjelaskan keunikan pizza mereka dan menghitung suara dari pengunjung yang mencoba setiap pizza.

“Aku rindu rumah! Ini seperti memiliki pizza terbaik di muka bumi!” Joko berkomentar konyol,

Aku lebih suka punya pizza raksasa.

Bersambung..

1
Nino Ndut
Hmm, kayak bukan ngomong ma sistem yak.. mirip kayak ma orang biasa..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!