Jadilah milik ku maka akan ku singkirkan apapun yang membuatmu ragu. aku juga bisa membawa mu keluar dari semua masalah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MalyaIgus17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 2 Rutinitas
🍀
🍀
🍀
6 Bulan Kemudian
Tidak terasa waktu berjalan dengan cepatnya. Setelah kepulangannya ketanah air Galih mulai disibukkan dengn peran gandanya.
Peran sebagai seorang anak tunggal dan peran sebagai seorang arsitek muda dengan lulusan terbaik.
Iya cita-citanya sejak dulu tidak pernah berubah, Galih ingin membangun rumah impiannya dan pasangannya kelak dan tentunya hasil rancangan dia sendiri.
Tapi melihat kondisi sang ayah membuat Galih harus sedikit mengalah. Mengalah karena ada hal yang lebih penting yang harus dia kerjakan.
Perusahaan besar Pratama Group memerlukan pemimpin baru dan Galih sebagai anak tunggal harus siap menerima mandat itu.
Sesekali Galih masih mendesign beberapa proyek besar yang dikerjakan kantor. Seolah mendapat kepuasan tersendiri disaat dia melakukan apa yang memang disukainya.
Bahkan terkadang untuk menghilangkan rasa jenuhnya Galih mendesign berbagai hal meski tidak tuntas paling tidak dia sudah mengeluarkan apa yang ada di otaknya.
Sama seperti saat ini, setelah selesai memeriksa setumpuk berkas di meja kerjanya. Tampak Galih fokus dengan gambar dan pensil ditangannya. Galih memang lebih suka membuat sketsa nyata dengan tangannya dibanding dengan komputer, tab, laptop dengan bantuan bebapa aplikasinya.
Karena yang penting sekarang bukan hasilnya, melainkan idenya tertuang dan mengurangi rasa jenuh efek kerjaan kantor yang menumpuk.
Tok tok tok
Suara ketukan pintu mengalihkan fokus Galih, membuatnya menatap kearah pintu dengan tajam. Padahal dia belum tau siapa yang mengetuk tapi sudah ingin marah saja.
"masuk..." akhirnya Galih memilih mengalah dan membiarkan orang yang mengetuk pintu untuk masuk.
"maaf pak saya mau mengantar berkas" sang sekertaris mengatakan maksudnya.
"astaga Novi apa tidak bisa membiarkan saya istirahat sejenak. Saya baru istirahat loe ini...!" Galih tidak suka keasikannya diganggu.
Kalau seandainya Novi karyawan baru, sudah jelas dia sudah menangis karena ucapan tajam bosnya ini.
Tapi karena Novi sudah terbilang sekertaris senior karena bekerja sudah sangat lama jadi Novi menanggapinya dengan kekehan kecil. Seolah mengatakan saya sudah biasa bahkan mendapatkan hal lebih buruk dari ini saja sudah sering.
Jadi kalau hanya kata-kata tajam, bukan hal serius menurutnya.
"anda bisa mengerjakan ini dirumah pak. Karena tidak terlalu mendesak tapi saya harap bisa selesai lebih cepat" jelas Novi santai.
"astaga Novi yang bosnya disini sebenarnya siapa?, kok jadi kamu yang ngatur saya. Dan satu lagi, ini bukan sekolah yang harus membawa pekerjaan kerumah dan saya tidak suka waktu istirahat saya diganggu.." jawab Galih tegas sambil memijat pelipisnya.
"baik pak" menjawab pendek seolah apa yang dikatakan bosnya barusan bukan apa-apa.
"kalau begitu saya permisi pak..." Novi memilih kembali kemeja kerjanya dari pada harus melihat wajah ditekuk bosnya ini.
"ah satu lagi pak,.." Galih melotot ke arah Novi seolah mengatakan kau bosan hidup hah.
"heheh......, bapak mau makan siang apa?" tanya Novi karena dia memang mengurus hal itu.
Toh jam istirahat sebentar lagi. jadi Novi memilih bertanya sekarang untuk menghemat tenaganya. jadi dia bisa langsung memesan pesanan bosnya disaat dia sudah sampai meja kerjanya.
"saya makan dengan Thomas, jadi tidak perlu memesan makanan" jawab Galih pasti.
"baik pak. Kalau tidak ada lagi saya permisi" ucap Novi menutup ucapannya. Membuat Galih mengibaskan tangannya seolah mengusir.
...****************...
Sementara dilain tempat Cinta bekerja dengan giat, bahkan dia harus mengerjakan semua pekerjaan ditoko kue itu seorang diri.
Toko kue milik istri dari pamannya dimana Cinta tinggal sekarang. Cinta tidak pernah mengeluh langsung pada bibinya karena dia menganggap pekerjaan ini dia lakukan sebagai balas jasa. semenjak kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan Cinta terpaksa ikut pamannya. Karena memang pamannya lah keluar yang tersisa.
Bahkan disaat sang paman menikah sekalipun Cinta tetap ikut dengannya. Termasuk juga keputusan pamannya menetap dikota, Cinta terpaksa harus ikut karena memang tidak ada tujuan lain.
Kirana Cinta Lestari, biasa di panggil Cinta karena memang semua orang terdekat memanggilnya begitu.
Cinta masih kuliah menjelang semester akhir di sebuah universitas ternama. Beruntungnya Cinta kuliah karena beasiswa yang didapatnya.
Karena itu Cinta memutuskan untuk tetap tinggal dirumah pamannya. Karena dia memang harus fokus dengan kuliahnya.
Walau setiap harinya membantu di Toko setidaknya Cinta bisa menyempatkan untuk belajar. Dan beruntungnya lagi jurusan yang dia ambil berkaitan erat dengan Toko milik bibi yang sekarang dijaganya.
Semenjak awal kuliah sikap Bibinya mulai berubah. Mulai dingin, ketus, bahkan mewajibkan Cinta untuk menjaga toko kuenya.
Dengan alasan dia belum mampu membayar orang untuk menjaga katanya. Padahal toko kue ini terbilang toko besar dengan pendapatan yang lumayan. Jadi untuk membayar 1 atau 2 orang rasanya tidak akan masalah.
disaat pulang dari toko Cinta membersihkan diri dan setelahnya mulai memasak.
Karena jurusan yang diambilnya Tata boga tentu saja membuat Cinta tidak keberatan sama sekali. Walau terkadang disaat lelah Cinta ingin menyerah tapi mengingat dia hanya punya paman dan bibinya saja yang membuatnya menyurutkan niatnya.
"selesai ..." ucap Cinta pelan setelah menyiapkan makanan dan menatanya dengan rapi diatas meja. Jadi paman dan bibinya nanti bisa langsung makan setelah pulang.
Cinta memilih masuk kedalam kamar. Merebahkan badannya sejenak.
"ahh...., nyamannya Tuhan" Cinta mulai berucap lirih.
Malam hari suasana meja makan mulai hening disaat semua yang duduk memulai makannya.
"gimana kuliahnya lancar..?" Paman Bayu bertanya pada keponakannya setelah menyelesaikan makan malamnya.
"lancar paman" Cinta menjawab pasti. Karena memang tidak ada masalah pada kuliahnya.
"ini.." menyodorkan uang ke arah Cinta dan Bibinya melihat semua yang mereka lakukan dalam diam.
Cinta menatap seolah bertanya, soalnya bertanya asal uang ini. Karena menurutnya ini belum waktunya pamannya memberikan uang hasil kontrakan rumah mendiang orangtuanya di kampung.
Paman memang memutuskan mengontrakkan rumah mendiang kakaknya dari pada harus menjualnya. Karena menurutnya uang hasil kontrak rumah itu lumayan untuk menambah uang jajan dan keperluan keponakannya.
"yang ngontrak bayar lebih awal. Karena mau memperpanjang kontraknya" jelas Paman Bayu.
"terimakasih paman" Cinta mengucapkan dengan tulus. Karena jujur kalau bukan karena pamannya mungkin dia lebih memilih tinggal sendiri, entah itu meng kos atau tinggal di asrama.
Cinta merasa tidak nyaman dengan semua sikap dan perlakuan bibinya di belakang pamannya. Namun lagi-lagi Cinta memilih diam karena alasan pamannya.
Cinta tidak mau pamannya cemas dan terlebih lagi dia tidak mau paman dan bibinya bertengkar karena dia.
Sama seperti sekarang bibi Hanum terlihat tidak suka dengan interaksinya dengan sang paman.
Bahkan disaat bibi hanum memaksanya untuk menjaga toko kuenya dengan alasan kekurangan dana untuk memperkerjakan orang, Cinta memilih mengiyakan dengan segera.
Dari pada berdebat Cinta lebih memilih mengiyakan. Toh dia juga tidak terlalu dirugikan. Terkadang dia mempraktekkan apa yang didapatnya dibangku kuliah di dapur toko.
Membuat aneka jenis kue baru dengan resep ciptaannya, tidak jarang juga Cinta kena teguran bibi hanum karena membuat stok persedian toko berkurang karena eksperimennya.
Bibi Hanum berdiri dari duduknya sebelum menghabiskan makannya merasa jengah dengan sikap suaminya yang terlalu perhatian pada keponakannya.
"mau kemana?, makan mu belum habis..!" paman Bayu bertanya merasa tidak suka dengan kebiasaan sang istri yang sering kali tidak menghabiskan makanannya.
Kalau memang tidak suka dia bisa mengambil makanan bertahap bukan?. Tapi bibi Hanum selalu mengambil makanan bersamaan dan membuatnya menumpuk diatas piringnya. Tapi pasti selalu bersisa.
Mubazir
"aku kenyang..." jawab bibi Hanum seraya beranjak pergi ke kamarnya. Toh yang selalu beberes meja makan selalu Cinta, entah itu disaat akan mulai makan atau setelah selesai makan.
"hah, bibi mu itu...." Cinta menanggapi dengan tersenyum keluhan pamannya. Toh memang hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang.
☘️
☘️
☘️