NovelToon NovelToon
Air Mata Terakhir

Air Mata Terakhir

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Teen Angst
Popularitas:48.3k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Sudah tahu tak akan pernah bisa bersatu, tapi masih menjalin kisah yang salah. Itulah yang dilakukan oleh Rafandra Ardana Wiguna dengan Lyora Angelica.

Di tengah rasa yang belum menemukan jalan keluar karena sebuah perbedaan yang tak bisa disatukan, yakni iman. Sebuah kejutan Rafandra Ardana Wiguna dapatkan. Dia menyaksikan perempuan yang amat dia kenal berdiri di altar pernikahan. Padahal, baru tadi pagi mereka berpelukan.

Di tengah kepedihan yang menyelimuti, air mata tak terasa meniti. Tetiba sapu tangan karakter lucu disodori. Senyum dari seorang perempuan yang tak Rafandra kenali menyapanya dengan penuh arti.

"Air mata adalah deskripsi kesakitan luar biasa yang tak bisa diucapkan dengan kata."

Siapakah perempuan itu? Apakah dia yang nantinya akan bisa menghapus air mata Rafandra? Atau Lyora akan kembali kepada Rafandra dengan iman serta amin yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2. Kebimbangan

Hari ini cukup berat untuk Rafandra. Apalagi ucapan ayahnya Lily yang seperti lampu merah untuknya. Di mana dia paksa untuk berhenti. Meskipun perlakuan seperti itu bukan kali pertama bagi Rafandra, nyatanya mampu membuat hatinya tergores perih. Lebih perih dari sebelumnya.

Kepalanya dia sandarkan di jok mobil. Matanya terpejam sambil menghembuskan napas begitu kasar.

"Apakah ini bertanda harus segera diakhiri?"

Rafandra memilih untuk kembali ke kantor. Bukan karena pekerjaan, tapi ingin menenangkan sejenak pikiran. Pusingnya pekerjaan tak sebanding dengan beratnya pikirannya sekarang.

Ponsel sudah Rafandra cek. Tidak ada pesan atau panggilan dari Lily. Dia pun tersenyum tipis. Kembali dia membuang napas yang begitu berat.

Sebelum pikirannya menghilang, dia tidak akan kembali ke rumah. Tak ingin membuat orang rumah khawatir akan keadaannya. Terlebih sang mami yang tak bisa dibohongi.

Ponselnya bergetar. Nama Lily tertera di sana. Segera dijawabnya panggilan tersebut.

"Ndra, temui aku di kafe tempat biasa."

Suara Lily bergetar dan isakan kecil pun terdengar. Tanpa banyak bertanya Rafandra segera mengiyakan. Tibanya di tempat pertama mereka menyatakan rasa nyaman, tanpa sebuah kejelasan seorang perempuan tengah duduk sendirian. Langkah Rafandra mulai mendekat dan wajah sembab mampu dia lihat.

"Are you okay?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, Ndra." Air mata sudah menganak.

Senyum teduh Rafandra berikan. Tangannya sudah mengusap lembut punggung tangan perempuan yang kini ada di hadapannya.

"Aku sudah terbiasa kan dengan hal seperti itu."

"Tapi--"

Jari telunjuk Rafandra sudah berada di bibir Lily. "Aku gak apa-apa. Kamu jangan khawatir. Dan jangan nangis."

Lily berhambur memeluk tubuh Rafandra. Sungguh lelaki yang dulunya hanya rekan di kampus mampu membuatnya nyaman senyaman-nyamannya. Kesabarannya yang begitu luas membuat Lily tak ingin melepas.

"Aku sayang kamu, Ndra."

Dua insan yang saling meyayangi, tapi terhalang tembok yang begitu tinggi. Restu pun sudah sangat sulit untuk didapati. Itulah kisah kasih Rafandra dan Lily.

Mencoba untuk tidak memikirkan hal semalam nyatanya tak bisa Rafandra lakukan. Biasanya ucapan ayahnya Lily berlalu begitu saja. Tapi, tidak dengan ucapan semalam. Masih begitu melekat di kepala.

Untungnya, hari ini jadwalnya begitu padat sehingga membuatnya harus meletakkan pikiran tersebut dan fokus pada pekerjaannya.

Lily menatap Rafandra yang berjalan melewatinya dengan langkah lebar. Lelaki itu banyak disukai oleh para karyawan. Meskipun menjadi salah satu petinggi perusahaan, sikapnya layaknya karyawan biasa. Humble dan ramah kepada semuanya. Mereka merasa jika Rafandra bisa digapai.

"Tuhan, kenapa Engkau menciptakan makhluk sempurna itu di keyakinan yang berbeda denganku?"

Lily hanya bisa menghela napas kasar. Dia juga sadar bukan perempuan yang diidamkan keluarga besar. Di mana dia tidak pernah dikenalkan kepada keluarga besar Rafandra. Dia hanya mengenal kedua orang tua Rafandra saja, dan adik sepupu Rafandra yang selalu sinis jika bertemu dengannya. Siapa lagi jika bukan Gyan.

Makan siang bersama sudah pasti tidak bisa diakukan. Di mana Rafandra masih belum kembali ke kantor. Juga pesannya tak sama sekali dibalas. Dibaca pun belum. Hari ini Lily merasa jika semesta mulai menjauhkan dirinya dengan Rafandra. Biasanya satu atau dua jam setelah pesan terkirim, lelaki itu akan segera membalas pesannya. Kali ini, sudah lima jam semenjak pesan itu dia kirim, belum juga dibaca.

Sampai jam pulang kerja pun pesan itu masih centang abu. Lima menit setelahnya ponsel Lily bergetar. Dia begitu bahagia karena meyakini jika itu pesan balasan dari Rafandra. Ternyata, itu pesan dari sang ayah.

"Pulangnya dijemput."

Hembusan napas kasar keluar dari bibir Lily. Sedihnya kembali hadir. Dan sebelum pergi meninggalkan kantor, matanya menatap nanar ruangan Rafandra.

"Aku pulang ya, Ndra."

.

Jam delapan malam semuanya baru selesai. Lelaki yang terlihat masih tampan di tengah rasa lelah yang melanda mulai meregangkan otot-ototnya. Mengendurkan dasinya yang masih terpasang rapi. Tangannya mulai menarik laci meja di mana ponselnya tertinggal sedari pagi. Cukup banyak pesan dari Lily.

Biasanya dia akan menghubungi kembali perempuan itu, tapi kali ini dia hanya memandangi pesan tersebut dan belum mau membalasnya. Cukup lama terdiam, akhirnya jarinya mulai menari di atas layar ponsel. Hanya kata dan maaf yang dia ketikkan. Ponsel kembali dia letakkan. Tubuhnya dia sandarkan dengan mata yang perlahan terpejam.

"Nyaman belum tentu sayang sungguhan."

Suara itu sangat tak asing dan bahkan termasuk ke dalam suara yang sangat dia rindukan. Perlahan, dia membuka mata. Mencari ke segala sudut ruangan. Namun, tak ada siapa-siapa di sana.

"Baba."

Rafandra mulai mencerna kalimat yang baru saja dia dengar. Itu seperti pertanda jika yang tiada pun tak merestui.

"Apa ini sudah waktunya, Ba?" tanyanya sendiri. "Tapi, bagaimana jika Abang malah menyakiti dia?"

Kebimbangan masih menggelayuti hati. Dia bisa saja mengakhiri hubungan saat ini. Namun, dia tidak ingin menyakiti hati Lily. Dia sudah berjanji untuk menjaga perempuan itu. Siluet kesedihan pun hadir di wajah tampannya. Masih menimbang karena dia juga belum siap melepaskan.

Di tengah kebimbangan mencari jalan keluar, kembali dia meriah ponsel. Dicarinya nama seseorang dan menghubunginya.

"Gy, Abang ke apart kamu, ya."

Gyan yang mendengar itu segera merubah panggilan suara menjadi panggilan video. Wajah khas Gyan sudah memenuhi layar ponsel Rafandra.

Lelaki itu tertawa melihat mimik sang adik sepupu. Gyan tak akan bertanya, tapi mimik wajahnya sudah mengatakan semuanya.

"I'm okay. Jangan khawatir."

Hembusan napas kasar terdengar. Ya, Gyan yang melakukan.

"Apa perlu Gy pulang ke Jakarta?"

"Jangan, Gy. Serius Abang enggak apa-apa. Abang hanya ingin menjernihkan pikiran."

Jika, sudah seperti itu Gyan tahu apa yang membuat kakak sepupunya mengungsi ke apartment miliknya yang tak dihuni. Pasalnya, Gyan sedang menjalani pendidikan S1 di Singapura.

"Alasannya Gy terima." Rafandra pun tertawa mendengar jawaban dari Gyan.

Sebenarnya Rafandra bisa saja masuk ke apartment itu tanpa ijin. Gyan sudah memberikan akses khusus kepada kakak sepupunya itu. Namun, Rafandra bukan orang yang tak memiliki sopan santun. Walaupun kepada yang lebih muda, tata krama tetap dia pakai.

Unit apartment mewah itu didesain dengan cahaya minim. Memang sengaja Gyan buat seperti itu supaya beban yang dibawa dari luar hilang ketika masuk ke dalam. Terbukti, unit apartment Gyan selalu menjadi tempat menenangkan diri oleh Rafandra.

Duduk di sofa dengan cahaya temaram. Memejamkan mata dengan isi kepala dipenuhi kenangan manis bersama perempuan yang membuatnya nyaman.

"Jangan tinggalin aku dulu ya, Ndra. Aku gak tahu akan seperti apa jika kamu ninggalin aku."

Melepaskan sulit, dan bertahan pun tak mungkin. Itulah yang membuat Rafandra dilanda kebimbangan hebat. Terlebih, restu dari dua belah pihak tak didapat.

"Aku tak ingin menyakiti kamu, Ly."

...*** BERSAMBUNG ***...

Jangan pelit komen ya ..

1
Nurminah
ah gimana nanti si calon gyan pastinya lebih seru
NadiraDira
setuju deh sama apa kata Gy....bang raf dikasih pencerahan sama dedek Gy smoga makin sadar sma perasaan'y buay tali rapia yah...
adaaa aja ngasih namanya si gyan mah😆😆
Anonymous
Uhuyyyy mangat trus thorrr🥰
Riris
kena tuh omongan nya...
bagaimana perasaan mu bang...
Saadah Rangkuti
berbunga2 aku thor...
Cristella Tella
si tuan bsa ajj gnti nma orng
Irma Minul
lanjut kak .Gyan love you
Haerul Ramadhan
ahhh salut gy. nasehatin abang nya
Ciebungsu Bungadesa Ygtrsendir
eh Gy orang nama sebagus itu malah di samakan sama tali rapiya
Lusi Hariyani
bnr kata gyan abang jgn ksh harapan palsu sm ank perawan nnti kebaperan trs ujung y km yg nyesel krn si cewek menjauh krn cm d PHP in
sum mia
setelah ini bakalan makin terbuka pintu hatinya Rafandra buat Talia . semoga mereka segera jadian .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
sum mia
aaahhh.... Gyan.... kalau ngomong suka bener dah . tapi terkadang sering juga ngeselin . enak aja Talia dipanggilnya tali rapia . tapi itulah Gyan alias Tuan si kang tantrum .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Lusia
nggak nyangka klu kk fie, up di hampir tengah malam, jd ada temen begadang deh... makasih ya kak
Widya Triani
kangen baba dan bubu 😭😭
Arik Aryani
lanjuutt kak
Madi Virgo
up lagi kak... aq menunggu😘🤗
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
up di jam kunti masih di baca

semangat
Uli Mafrudoh
sweett /Drool//Drool/
Rabiatul Addawiyah
Lanjut thor
Rabiatul Addawiyah
susah punya boss seperti Rafandra
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!