NovelToon NovelToon
RISA SAYANG BAPAK

RISA SAYANG BAPAK

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: hyeon'

Benar kata orang, tidak ada hal yang lebih menyakitkan kecuali tumbuh tanpa sosok ibu. Risa Ayunina atau kerap disapa Risa tumbuh tanpa sosok ibu membuatnya menjadi pribadi yang keras.

Awalnya hidup Risa baik baik saja meskipun tidak ada sosok ibu di sampingnya. Karena Wijaya—bapak Risa mampu memberikan kasih sayang penuh terhadapnya. Namun, di usianya yang menginjak 5 tahun sikap bapak berubah drastis. Bapak yang awalnya selalu berbicara lembut kini berubah menjadi sosok yang keras, berbicara kasar pada Risa dan bahkan melakukan kekerasan fisik.

“Bapak benci sama kamu, Risa.”

Risa yang belum terlalu mengerti kenapa bapaknya tiba tiba berubah, hanya bisa berdiam diri dan bersabar. Berharap, bapak akan kembali seperti dulu.

“Risa sayang bapak.”

Apakah Bapak akan berubah? Apa yang menyebabkan bapak menjadi seperti itu pada Risa? Ikuti terus kisah Risa dan jangan lupa untuk memberikan feedback positif jika kalian membaca cerita ini. Thank you, all💐

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hyeon', isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

EPS 2

Pagi ini mentari tak menunjukkan kehadirannya. Awan mendung nampak menutupi langit yang seharusnya cerah. Risa yang sedari tadi berdiri di depan cermin terlihat tak bergeming. Tangannya mulai mengambil obat yang berada di kotak P3K. Luka yang diakibatkan atas ulah bapaknya belum ia tutupi sama sekali. Ia hanya memberikan obat merah lalu membiarkan luka itu menganga dengan lebar.

Orang lain mungkin akan merintih kesakitan. Namun, Risa hanya diam dan terus mengobati lukanya. Baginya, luka di kepalanya saat ini tak sebanding dengan luka di hatinya. Luka yang ditorehkan oleh bapak. Tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan, Risa segera membereskan semua lalu keluar dari kamarnya.

Saat menuruni anak tangga, Risa tak melihat keberadaan bapaknya. Mungkin semalam bapak pergi setelah mengamuk dan mengacak-acak rumah. Waktu masih menunjukkan pukul 6 kurang 20 menit. Risa menaruh tasnya di sofa yang tak jauh dari sana. Ia mulai membersihkan pecahan kaca yang berserakan.

Setelah semua dirasa sudah, ia segera bangkit lalu menuju ke dapur. Risa membersihkan jemarinya yang terkena serpihan kaca. Ia mulai melangkah keluar rumah dan mulai bergegas pergi menuju sekolahnya.

“Itu kayak Dio.” Gumam Risa yang seperti melihat Dio—anak yang ia ajar bela diri. Risa menghampiri Dio yang sepertinya sedang bertengkar dengan teman sebayanya.

“Dio.” Panggil Risa yang membuat dua anak itu menghentikan aksi ributnya.

“Ada apa ini?”

“Dia kak, dia tadi nantang aku. Dia sombong karena belajar bela diri, aku nggak terima karena tadi dia ngejelekin kak Risa. Aku langsung hajar dia.” Risa tersenyum tipis mendengar penjelasan Dio. Ternyata ia bertengkar hanya untuk membelanya.

“Kamu, niat kamu belajar bela diri apa? Hanya untuk menunjukkan kesombongan?”

“Iyalah, apa lagi? Sudahlah, urusan kita belum selesai Dio.” Anak itu pergi begitu saja. Risa hanya menggelengkan kepalanya heran. Anak anak jaman sekarang terkadang salah menggunakan bela diri. Belajar bela diri hanya untuk membully seseorang dan menunjukkan kesombongan.

“Dio, jangan contoh anak itu ya? Bela diri bukan untuk ajang kesombongan melainkan untuk berjaga-jaga jika ada sesuatu yang berbahaya. Dan membantu orang yang sedang kesusahan, seperti di jambret, di bully dan lain-lain. Mengerti?”

“Mengerti boss.” Risa tertawa kecil melihat tingkah Dio yang menggemaskan. Tanpa mereka sadari, sedari tadi ada seseorang yang menyaksikan interaksi mereka dari balik pohon tak jauh dari sana.

“Cantik.” Gumam seseorang tersebut. Risa berpamitan pada Dio untuk pergi lebih dulu karena waktu sudah hampir menunjukkan pukul 7.

********

“La, gue mau curhat, boleh?”

“Boleh, curhat aja.” Risa mengulum senyum tipis mendengar jawaban Lala. Ia ingin sekali bercerita, pada dasarnya pendengar juga butuh didengar.

“Gue kadang ngerasa capek sama hidup ini. Gue juga masih bingung, apa yang nyebabin bapak berubah? Gue pengen disayang kayak dulu sama bapak—”

Risa terdiam ketika ternyata Lala tak mendengarkan curhatannya. Ia malah asik membalas pesan pesan dari gebetannya. Ia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan ucapannya. Risa memilih kembali diam, sepertinya memang ia disuruh untuk memendam semuanya sendiri.

“Loh, kenapa diem? Nggak jadi curhat?”

“Nggak.” Jawab Risa singkat seraya membaca bukunya kembali.

“Okelah, gue pergi dulu mau ketemu sama ayang.”

Selain disuruh sabar, apakah Tuhan menyuruhnya untuk memendam semuanya? Apa itu cerita? Pendam saja semua sendiri. Risa beranjak dari duduknya dan mulai melangkah keluar.

“Lo mau ke mana, Ris?” Tanya Lala yang saat itu berpapasan dengannya saat bersama pacarnya.

“Rooftop.” Lala mengernyit heran mendapat jawaban singkat dan sedikit dingin itu.

“Temen mu kenapa?”

“Nggak tahu, dia nyebelin banget.”

Di sini sekarang, rooftop menjadi tempat ternyaman dan teraman untuk Risa meluapkan emosinya. Matanya memandang jauh menerawang dunia.

Terlihat begitu menyedihkan. Risa menghela napasnya panjang. Se—berat inikah ujian hidupnya? Tak ada kakak ataupun adik yang bisa ia ajak berbagi. Risa harus memendam semuanya, tak ada siapapun yang bisa menjadi pendengar untuk Risa.

“Kenapa hidup gue gini amat ya?”

“Tuhan lebih tahu apa yang terbaik untuk hidup kita.” Risa lantas berbalik kala terdengar seseorang yang datang.

“Jangan merasa jika Tuhan tidak adil, rencana Tuhan lebih baik daripada rencana kita, para umatnya.”

Risa diam mencerna semua ucapan laki laki di sampingnya itu. Memang benar, kita manusia hanya bisa berencana tanpa tahu bagaimana nanti takdirnya. Dan takdir Tuhan pasti yang terbaik.

“Gue Jeff, anak 12 C2.” Tak ada jawaban apapun dari mulut Risa. Ia tetap diam dan menatap lurus ke depan.

“Risa.”

“Udah tahu.” Risa mengangkat sebelah alisnya. Darimana Jeff bisa tahu namanya? Risa merasa tak mengenal laki laki ini.

“Adek gue kan ikut bela diri yang diajarin sama lo, Dio.” Ahh, rupanya begitu. Ternyata Dio memiliki abang, Risa baru tahu. Risa mengangguk sebagai jawaban. Langkahnya beranjak pergi dari sana.

Jeff memandang kepergian Risa. Baginya, Risa itu sangat tertutup. Bahkan ia hanya mengeluarkan satu kata saat berbicara dengannya. Dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Lalu, kenapa dia banyak bicara dan bahkan tertawa saat bersama Dio—adiknya?

Ia juga sempat menyadari terdapat luka di pelipis kirinya. Ingin bertanya, namun ia sungkan takut menyinggung Risa dan membuatnya tidak nyaman.

“Gue harus cari tahu tentang dia lebih banyak.”

*****

“95, 96, 97…” Batin Risa yang tengah menghitung hingga selesai. Ketika hitungan ke-100, Risa berhenti membatin dan beralih menatap bapak.

“Bapak benci kamu.” Hanya 3 kata namun mampu menusuk relung jiwa. Risa terjatuh saat kakinya terasa tak bisa lagi menopang berat tubuhnya.

Tangannya meraih rak yang terdapat tepat di depannya. Ia mengambil kotak P3K dan mengeluarkan sebuah obat. Risa mulai mengoleskan sebuah salep pada lututnya yang terluka akibat cambukan bapak.

Bahkan bekas cambukan bapak yang minggu lalu saja baru saja kering. Air mata yang sedari tadi ia bendung kini lolos begitu saja. Bukan, Risa menangis bukan karena luka di lututnya. Melainkan, luka di hatinya semakin dalam.

Ia menangis dengan posisi memeluk lututnya. Hujan tiba tiba turun dengan deras. Seakan mengerti keadaan Risa, suara tangisnya tak terdengar bercampur dengan rintikan hujan. Petir mulai menyambar dengan hebat.

“Ibu, Risa rindu ibu.” Suara Risa nampak parau. Mulutnya berapa kali menyebut ibunya. Di saat-saat seperti ini, Risa sangat membutuhkan pelukan hangat. Risa mengambil headphone yang berada di dalam tasnya. Ia lantas memakainya, Risa sangat membenci hujan. Karena pada saat hujan pula, bapak mulai berubah.

Memeluk dirinya sendiri, menenangkan dirinya sendiri. Sungguh mandiri bukan? Tetapi, seburuk apapun perlakuan bapak pada Risa. Ia sama sekali tidak bisa membenci bapak.

“Risa sayang bapak.”

*****

haiii ketemu lagi sama aku, jika kalian suka sama cerita ini minta tolong like vote and komennya yaa teman teman. jika ada kritik dan saran bisa langsung komen yaa gaiss💐

HAPPY READING 👀✨

1
Esti Purwanti Sajidin
vite dine ayuk thor up yg buanyak
Dadi Bismarck
Suka banget sama ceritanya, harap cepat update <3
hyeon': terima kasih sudah berkenan membacaa, akuu pastiin secepatnya bakal update>⁠.⁠<
total 1 replies
fianci🍎
Wuih, nggak sabar lanjutin!
hyeon': aaaaa, terima kasih atas dukungannya. semogaa sukaaa yaa🥺💐
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!