Duda tapi masih perjaka? Loh kok bisa? Percaya nggak? Buktiin yukk cap cuss!
---
Hanya othor remahan yang masih amatiran bukan othor profesional. Masih banyak belajar 😌 harap maklum dengan segala kekurangan❣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sensen_se., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 2
Bab ini telah direvisi....
Happy readings~
"Bunda! Bunda!" pekik Gandhi kegirangan ketika pulang sekolah.
"Gandhi, ada apa, Nak? Dateng-dateng bukannya salam malah teriak-teriak gitu?" Bunda langsung meletakkan selang air yang digunakan untuk menyiram aneka sayuran di kebun.
Bunda memiliki pekarangan yang luas. Sebelum suaminya meninggal, banyak pepohonan buah-buahan yang telah ditanamnya. Ada rambutan, durian, mangga, kelengkeng. Setiap musim panen hasil penjualannya bisa untuk mencukupi kebutuhan beliau beserta anak-anak asuhnya.
Tak hanya itu, lahan yang masih kosong ditanami berbagai macam sayuran. Tentunya dengan dibantu oleh Paman Dul. Selain membantu keamanan panti, beliau juga mau membantu bunda dalam segala hal yang berkaitan dengan panti. Sebagian hasil panen akan dijual, selain dimasak sendiri.
Gandhi hanya menyengir, lalu meraih tangan Bunda dan menciumnya. "Assalamu'alaikum, Bunda," ucapnya pelan.
"Ayo cuci tangan sama ganti seragamnya dulu sana!" perintah Bunda.
Namun Gandhi justru tak mau hengkang dari hadapan Bunda. Masih memamerkan deretan gigi putihnya yang rapat.
Bunda mengernyitkan keningnya, bingung dengan anak laki-laki di hadapannya itu. "Kenapa, sih?" tanya Bunda penasaran.
Gandhi merogoh sakunya, dan menyerahkan seluruh hasil penjualan brownis hari ini tanpa mengambilnya sepeser pun. Karena ia sudah dibekali uang saku untuk naik angkot, juga bekal makan siang.
"Tadi ada yang ngeborong brownisnya, Bun. Sebelum Gandhi masuk ke sekolah. Dilebihin lagi uangnya," tuturnya masih dengan senyum merekah.
"Alhamdulillah, rizki kita hari ini. Yuk buruan masuk, ganti baju terus makan ya." Bunda menerima uangnya dengan penuh syukur, lalu menggandeng putranya masuk ke rumah.
Setiap hari Gandhi pun kegirangan karena orang yang sama selalu memborong dagangannya. Chaca selalu mengamati dari dalam mobil. Ia membuka jendela lebar-lebar dan melongokkan kepalanya.
Matanya berbinar-binar melihat seulas senyum yang ditorehkan Gandhi. Tawanya menular, bibir tipisnya turut menyunggingkan senyum tipis. Gandhi yang penasaran dengan pembeli tetapnya itu, akhirnya menatap Mang Maman hingga mencapai mobilnya.
Tanpa sengaja, tatapannya bertemu dengan manik gadis cantik bermata sipit yang berkuncir dua. Gadis kecil itu tersenyum menatapnya.
Gandhi membalas senyumnya sembari menganggukkan kepala, matanya terus menatap sampai mobil tersebut menjauh.
"Siapa dia? Apa gadis kecil itu yang membelinya. Ah sudahlah, siapa pun yang memborongnya, aku doakan semoga selalu diberi kebahagiaan dan rizki berlimpah. Aamiin," gumam Gandhi.
Sepulang sekolah, Gandhi selalu membantu Bunda berbelanja entah untuk kebutuhan membuat kue atau pun untuk makanan sehari-hari.
Ia juga sering mengantar Bunda ke pasar untuk menjual hasil panennya. Seperti saat ini, dia menawarkan buah rambutan dan durian. pada para pedagang buah di pasar.
Sikapnya yang ramah dan santun membuat banyak para ibu-ibu begitu antusias ingin membeli setiap apa yang ditawarkan laki-laki itu. Bahkan tak jarang pula yang menggodanya untuk menjadikannya menantu.
"Buk, kita besanan aja yuk. Saya punya anak perempuan cantik loh. Sepertinya cocok dengan anak tampan ibu yang rajin ini."
"Eh enggak bisa, Jeng. Udah saya taken calon mantu Aminah. Ya nggak Bu Hanin?"
"Iiih belum tentu anaknya mau. Sama anak saya aja ya Dik Gandhi, anak saya cuantik, kalem pokoknya cocok deh sama Dik Gandhi."
Dan masih banyak lagi celotehan dan godaan para super emak di sana.
"Duh duh, jadi rebutan para emak nih," sahut Bunda Hanin tertawa sembari geleng-geleng kepala mendengar candaan para pedagang buah tersebut. Gandhi hanya menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ingin secepatnya kembali ke rumah.
Tak hanya itu, bersih-bersih rumah, membantu memasak, juga tak luput dari sentuhan tangannya. Ia selalu melakukannya dengan penuh keikhlasan.
Bersambung~
Tapi sekalinya baca novel atau nonton drama tentang ditinggal pergi selamanya oleh sesorang, rasanya seperti ngalamin kejadian itu sendiri 😭😭
sakit banget ini hati...
air mata juga ampe ngalir 😭
ampe merinding bacanya tuh
bener banget
hati-hati sama orang penyabar dan pendiam 😄
sekalinya kecewa langsung keluar dari mulut talak tiga...
kan kan kan
dasar buaya!
jeburin aja ke danau 😊
sombong amat!
kasihan sama orang lain tapi gk kasihan sama diri sendiri dan chaca...
kesel sama si gandhi 😤😡
eh pas disamperin udah jejer sama cewe lain 😭
sakitnya luar biasa
Bapak kandung apa bukan sih?
setidaknya kalau gk bisa beri perhatian ya gk usah main tangan lah 😭😭
kemarin kan sabtu katanya...
apa iya hari minggu kerja? 🤭