NovelToon NovelToon
Jodohku Suporter Bola

Jodohku Suporter Bola

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:272
Nilai: 5
Nama Author: Hanyrosa93

Sekelompok anak muda beranggotakan Rey Anne dan Nabila merupakan pecinta sepak bola dan sudah tergabung ke kelompok suporter sejak lama sejak mereka bertiga masih satu sekolah SMK yang sama
Mereka bertiga sama-sama tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi karena terbentur biaya kala itu Akhirnya Anne melamar kerja ke sebuah outlet yang menjual sparepart atau aksesories handphone Sedangkan Rey dan Nabila mereka berdua melamar ke perusahaan jasa percetakan
Waktu terus berlanjut ketika team kesayangan mereka mengadakan pertandingan away dengan lawannya di Surabaya Mereka pun akhirnya berangkat juga ke Surabaya hanya demi mendukung team kesayangannya bertanding
Mereka berangkat dengan menumpang kereta kelas ekonomi karena tarifnya yang cukup terjangkau Cukuplah bagi mereka yang mempunyai dana pas-pasan
Ketika sudah sampai tujuan yaitu stadion Gelora Bung Tomo hal yang terduga terjadi temannya Mas Dwi yang merupakan anggota kelompok suporter hijau itu naksir Anne temannya Rey.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hanyrosa93, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berada Dalam Perjalanan

Anne, Rey, dan Nabila pun sudah masuk ke dalam gerbong kereta, ketiganya berada di dalam gerbong kereta eksekutif dengan ruangan ber-AC dan tidak terlalu sesak juga dengan penumpang lain.

Sepanjang perjalanan, Anne selalu ceria dan mengajak Nabila untuk mengobrol entah urusan wanita ataupun fashion yang sedang trend sekarang.

Sementara, Rey hanya menyimak saja dan sesekali melihat pemandangan alam dari jendela kereta, karena Rey tidak begitu mengerti obrolan wanita seperti Anne dan Nabila.

Ketika waktu sudah menunjukan pukul 12.00 siang, kereta pun berhenti sejenak di stasiun Yogyakarta, ada yang naik dari sana, ada yang turun dan adapula yang turun dari gerbong untuk ke toilet atau ke mushola untuk melaksanakan shalat Dzuhur. Meskipun sedang di perjalanan, untuk soal ibadah Anne dan teman-temannya tidak melupakan dan mengabaikan kewajibannya sebagai muslim.

Setelah selesai dengan kewajibannya, Anne,Rey dan juga Nabila masuk lagi ke dalam gerbong kereta.

Karena perjalanan selanjutnya akan di lanjutkan kembali menuju Surabaya Jawa Timur.

Berharap, sampai menuju stasiun Gubengnya tidak kesorean agar menuju ke stadion Gelora Bung Tomo nya tepat waktu.

Perjalanan pun lancar, tidak banyak pedagang yang berlalu lalang juga hanya sesekali di setiap stasiun kereta selalu berhenti sebentar, entah itu untuk mengangkut penumpang lain atau menurunkan penumpang yang sudah sampai menurut jurusannya.

Pramugari kereta pun kemudian melewati bangku yang Anne,Rey dan Nabila tempati.

Lalu Pramugari segera menawarkan makanan yang dibawanya dari stroller yang didorongnya.

“Permisi, Mas dan Mbak, maaf mengganggu waktunya,”

“Barangkali lapar dan haus , kami telah sedia berbagai makanan dan minuman.” Lanjut pramugari itu menawarkan dengan ramah.

“Boleh deh, Mbak..aku ingin nasi dan ayam geprek ya.” ucap Nabila.

“ Boleh, minumnya apa Mbak?”

“ Es jeruk aja.”

“ Sip, yang lainnya mau apa?” tanya pramugari lagi.

“ Aku samain aja sama Nabila, tapi minumnya ingin Teh botol.” Jawab Anne.

“ Kalau aku nasi Padang minumnya jus mangga.” Ucap Rey.

“ Baik, ini saya bagikan ya makanan dan minumannya, kebetulan makanan dan minuman yang dipesan ada semua, dan untuk pembayarannya, karena ini kereta eksekutif jadi gratis ya.”

“Asikk..terima kasih ya Mbak pramugari pelayanannya.”

“Sama-sama, semoga puas dengan pelayanannya dan menuju ke kota tujuan dengan selamat.”

“Aamiin.”

Pramugari pun melaju lagi menuju ke bangku yang lainnya untuk menawarkan makanan dan minuman yang dibawanya itu.

Tak terasa waktu berlalu, hari menjadi sore langit pun perlahan cahaya mataharinya agak meredup, tidak seperti sewaktu tadi siang.

Kereta berhenti dengan sempurna dan perjalanan selamat tanpa kekurangan apapun. Kereta tiba di stasiun Gubeng kurang lebih pukul 16.30. Lalu seperti biasa, Anne, Rey dan Nabila mencari tempat berwudhu dan mushola dulu, karena merasa sangat berdosa apabila meninggalkan kewajiban sebagai seorang muslim meskipun dalam keadaan sedang diperjalanan juga.

Setelah ketemu tempat berwudhu dan musholanya, lalu kita langsung sholat ashar yang dilakukan berjamaah dengan Rey sebagai imamnya biar cepat karena kita mengejar waktu untuk sampai menuju Stadion Gelora Bung Tomo markasnya team Persebaya itu.

Setelah selesai melakukan kewajiban, handphone Rey berdering tanda ada panggilan telepon atau pesan wa yang masuk.

Begitu dilihat, ternyata bunyi telepon dari Mas Dwi anak Bonek, dia tanya katanya sudah sampai mana biar dijemput, karena kita dan anak Bonek akur, jadi apapun akrab-akrab saja dan tak sungkan layaknya saudara.

Karena pendukung team biru dan pendukung team hijau sudah bersepakat untuk saling menjaga persaudaraan dan tetap menjaga kekompakan sampai mati.

Akhirnya, kita bertiga dijemput oleh anak Bonek 3 motor,dan kita juga segera menuju ke stadion kebanggaan warga Surabaya itu karena pertandingan sebentar lagi akan dimulai.

Setelah sampai menuju stadion, kita bertiga akhirnya turun dari motor dan aku memberanikan diri mengucapkan sepatah kata kepada masnya yang sudah menjemput aku dan yang lain di stasiun.

“Matur nuwun mas.” Terima kasih begitulah kira-kira kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia.

“Sama-sama mbak’e.”

Setelah ucapan singkat itu, kami bertiga melangkah menuju pintu masuk stadion. Antusiasme penonton yang memadati area luar stadion membuat suasana begitu hidup. Lagu-lagu penyemangat dan nyanyian khas suporter terdengar menggema di udara, membakar semangat kami meskipun pertandingan belum dimulai.

Aku, yang baru pertama kali menginjakkan kaki di stadion ini, merasa sedikit gugup namun bersemangat. Temanku, Rey dan Nabila, sudah tidak sabar ingin masuk ke dalam. Mereka langsung menarik lenganku.

"Ayo, jangan bengong! Nanti kita ketinggalan parade pemainnya," ujar Nabila dengan nada setengah berteriak karena suara bising di sekitar kami.

Aku tersenyum tipis sambil mengikuti langkah mereka. Saat melewati gerbang pemeriksaan, aku melihat para petugas dengan seragam biru muda memeriksa tiket dan barang bawaan para suporter. Aku segera menyerahkan tiketku, berharap prosesnya berjalan lancar.

“Silakan masuk, Mbak,” ujar petugas dengan senyum ramah setelah memeriksa tiketku.

Saat masuk ke dalam stadion, aku langsung terpesona oleh pemandangan megah di depan mataku. Rumput hijau lapangan terlihat begitu terawat, sementara tribun penonton sudah mulai dipenuhi suporter yang mengenakan atribut khas tim kebanggaan mereka, Persebaya. Warna hijau mendominasi setiap sudut stadion, membentuk lautan semangat yang luar biasa.

“Keren banget!” seruku spontan, membuat Nabila dan Rey menoleh sambil tertawa.

“Lu kayak anak kecil yang baru pertama kali ke pasar malam,” goda Nabila sambil tertawa kecil.

Aku hanya bisa tersenyum malu. Tapi aku tidak peduli, perasaan ini begitu menyenangkan.

Kami segera mencari tempat duduk sesuai dengan nomor yang tertera di tiket. Tidak butuh waktu lama hingga kami menemukan tempat yang strategis, dekat dengan garis tengah lapangan. Sambil menunggu pertandingan dimulai, aku memperhatikan para suporter di sekitar.

Mereka terlihat sangat kompak, menyanyikan lagu-lagu penyemangat dengan penuh semangat. Ada yang membawa bendera besar, ada pula yang memegang drum untuk mengatur ritme nyanyian. Aku merasa seperti ikut menjadi bagian dari keluarga besar ini, meskipun aku bukan asli Surabaya.

“Ini pertama kalinya lu nonton langsung di stadion, kan?” tanya Rey sambil menyerahkan sebotol air mineral padaku.

Aku mengangguk sambil menerima botol itu. “Iya, dan rasanya luar biasa. Energinya beda banget sama nonton di TV.”

“Makanya, sekali-sekali kamu harus nyobain pengalaman ini. Nggak ada tandingannya,” balas Nabila dengan senyum lebar.

Tiba-tiba, suara pengumuman terdengar, menandakan bahwa pertandingan akan segera dimulai. Sorakan penonton semakin riuh saat para pemain mulai memasuki lapangan. Aku bisa merasakan adrenalin mengalir di tubuhku, bahkan sebelum peluit pertama ditiup.

Saat lagu kebanggaan Persebaya dikumandangkan oleh seluruh suporter, aku ikut hanyut dalam euforia. Aku tidak mengerti semua liriknya, tapi aku mencoba mengikuti ritmenya.

Ketika pertandingan dimulai, sorakan penonton semakin menggema. Setiap gerakan pemain di lapangan diiringi dengan teriakan semangat dari tribun. Aku terpaku, mataku tidak bisa lepas dari jalannya pertandingan.

Di tengah momen menegangkan, seorang pemain Persebaya berhasil mencetak gol spektakuler. Stadion seakan meledak dalam kegembiraan. Aku spontan melompat dari tempat dudukku, ikut berteriak meski suaraku tenggelam dalam keramaian.

Nabila menepuk pundakku dengan semangat. “Gimana rasanya? Seru kan?”

Aku hanya bisa mengangguk sambil tertawa bahagia. Pengalaman ini benar-benar di luar ekspektasiku. Stadion bukan hanya tempat menonton pertandingan, tapi juga tempat berbagi semangat dan kebahagiaan dengan ribuan orang yang memiliki cinta yang sama.

Pertandingan terus berlangsung dengan intensitas yang tidak menurun. Setiap momen adalah cerita, dan aku bersyukur menjadi bagian dari kisah ini. Sore itu, aku merasa telah menemukan sisi lain dari diriku yang mencintai sepak bola dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.

***

1
Hanyrosa93
boleh, yang mana ya novelnya?
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of Dorado
Hanyrosa93: boleh
total 1 replies
Nay
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!