NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

satu langkah berhasil

Hari demi hari berlalu. Pada akhirnya, Ferdi lebih banyak menghabiskan waktu di apartemennya. Alasannya sederhana: bekerja dari rumah terasa terlalu berbahaya. Amira memang tidak benar-benar berniat merenggut keperjakaannya, tetapi siapa yang bisa menjamin Ferdi akan selamanya kuat menghadapi godaannya?

Andai ia lengah, andai ia sampai terjebak, harga dirinya akan jatuh terinjak. Sungguh pasangan aneh—di saat kebanyakan orang berlomba-lomba memuaskan pasangannya, mereka justru sibuk mempertahankan gengsi. Ketika Ferdi menunjukkan penolakan, Amira malah semakin gencar memancing hasrat lelaki itu.

Sementara itu, Yono dan Rahayu telah dipermak habis-habisan oleh Viona. Kini, mereka sama sekali tidak tampak seperti gembel. Aura bangsawan mulai terpancar dari Rahayu. Setelah perawatan intensif, kecantikannya benar-benar muncul ke permukaan—sesuatu yang sejatinya memang ia miliki sejak awal. Hubungan mereka bertiga pun makin akrab. Viona seakan menemukan sekutu tangguh. Meski Yono dan Rahayu bukan orang kaya ataupun berkuasa, dalam hal kelicikan, mereka bisa diadu dengan siapa saja.

Hari ini, Ferdi akhirnya kembali ke rumah. Ada hal penting yang harus dibicarakan. Seluruh anggota keluarga Baskara berkumpul—tepatnya, dikumpulkan oleh Renata.

Di ruang pertemuan itu, mereka duduk melingkar di meja oval. Renata menempati kursi kebesarannya. Wibawanya begitu jelas, karismanya memancar sebagai kepala keluarga Baskara. Di sisi kanan duduk Ferdi, Amira, Viona, Rahayu, dan Yono. Di sisi kiri, Anton dan Laudia.

Posisi itu seperti menegaskan kenyataan: mereka saling berseberangan, baik tempat duduk maupun kepentingan.

“Baiklah, minggu depan adalah rapat keluarga besar Baskara. Para penasihat serta kepala cabang dari seluruh negeri akan datang. Selain melaporkan perkembangan bisnis, aku juga ingin memperkenalkan istri Ferdi kepada semua orang,” jelas Renata dengan tenang.

“Aku tidak setuju, Bu,” potong Anton cepat.

Renata menoleh, menatap Anton dengan ekspresi datar. Ia memang sengaja membuka ruang untuk mendengar semua pendapat di rapat ini.

“Kenapa tidak setuju?” Viona menimpali, nadanya berat, penuh amarah yang ditahan.

Anton menarik napas panjang sebelum menjawab. “Apa kata para penasihat? Apa kata para kepala cabang jika Ferdi menikah dengan cara mendadak? Mereka tahu sebelumnya Laras adalah calon resmi. Kalau pun ada pengganti, seharusnya dari keluarga besar—setidaknya Wiratama, Dirgantara, atau Lesmana. Kalau tidak, mereka yang selama ini berusaha menjodohkan Ferdi dengan putri keluarga mereka pasti kecewa. Apalagi kalau sampai tahu Amira berasal dari keluarga bawah… Itu akan menjatuhkan martabat keluarga utama.”

“Alasan terlalu klasik,” bantah Viona tajam. “Apa hak mereka mengatur urusan internal keluarga utama? Mereka sudah untung diberi bagian bisnis. Tidak ada alasan bagi mereka memojokkan kita. Kalau kita terus menuruti mereka, di mana wibawa keluarga utama?”

“Jangan impulsif, Kak,” sahut Anton, kali ini lebih tenang tapi menusuk. “Tanpa dukungan keluarga cabang, kau kira bisnis kita bisa stabil? Bagaimana kalau mereka menghentikan pasokan dan distribusi? Kita tanpa mereka bukan siapa-siapa.”memberikan alasan rasional.

“Terus, apa maumu?” tanya Viona dengan nada kesal.

“Perkenalkan saja Ferdi sebagai lajang, belum menikah. Biarkan ia menemukan istri yang tepat,” jawab Anton, kalimatnya terdengar seperti provokasi.

“Anton!” bentak Viona. “Jangan coba-coba mengatur pernikahan anakku. Jangan lancang!”

Mata Viona melotot, giginya bergemeletuk, tangannya mengepal. Ucapan Anton jelas menginjak harga dirinya.

“Aku tidak mengatur hidup Ferdi,” balas Anton tenang. Senyum samar terlukis di wajahnya, seolah ia menikmati amarah Viona. “Aku hanya membicarakan masa depan keluarga Baskara.”

Di bawah meja, Rahayu meraih tangan Viona, berusaha meredam gejolak emosi itu. Amira, Yono, dan Rahayu tampak datar. Mereka tidak terpancing sedikit pun oleh ucapan Anton.

Amira bahkan sudah jauh lebih terkendali dibanding sebelumnya. Sejak Yono dan Rahayu menjadi penopang pikirannya, ambisinya untuk menguasai harta Baskara mulai diarahkan.

“Jangan ambil dagingnya,” begitu nasihat Yono suatu kali. “Ambillah cara berternaknya—di mana ladangnya, bagaimana pakannya. Ambil jaringan dan cara mereka berbisnis, jangan sekadar hartanya. Jadilah maling bermartabat, jangan maling murahan.”

Ucapan itu terus terngiang di kepala Amira, menahan gejolak egonya.

“Diamlah kalian.” Suara Renata akhirnya memotong perdebatan yang kian memanas. Pandangannya menyapu semua orang di meja oval itu.

“Bagaimana pendapatmu, Ferdi?” tanyanya kemudian.

Ferdi yang sedari tadi hanya diam, akhirnya membuka suara. Singkat, tenang, tapi membuat semua orang terhenyak.

“Saya setuju dengan Om Anton.”

Rasanya Viona ingin sekali menggetok kepala anaknya sendiri. Ferdi masih saja bodoh, masih bisa dikendalikan Anton tanpa perlawanan.

“Alasannya?” tanya Renata pelan, menatap Ferdi.

“Alasannya seperti yang disampaikan Om Anton,” jawab Ferdi singkat. Ia memang tidak suka berdebat panjang.

Renata menghela napas panjang. Pandangannya lalu beralih pada Amira. “Bagaimana menurutmu, Amira?” tanyanya.

“Kenapa Ibu menanyakan pendapatnya? Dia tidak berhak bersuara,” sahut Anton cepat, jelas tidak senang.

“Diamlah.” Suara Renata meninggi. “Siapa sebenarnya dirimu, hah? Apa kau lupa siapa kamu sebenarnya?”

Anton tercekat. Dadanya terasa sesak, tangannya mengepal di pangkuan. Setiap kali Renata mengungkit asal-usulnya, ia merasa harga dirinya diremuk. Ya, ia memang bukan keturunan asli Baskara. Ia hanya anak angkat. Tapi bukankah selama ini ia yang membesarkan bisnis keluarga itu? Bukankah ia juga berhak menentukan arah masa depan keluarga Baskara? Ingin sekali ia membantah, ingin sekali melawan, tapi ia menahan diri. Tujuannya belum tercapai—menjatuhkan Ferdi dan Viona, lalu merebut singgasana kerajaan bisnis keluarga ini.

Amira tersenyum tipis, lalu berkata, “Aku sebenarnya setuju dengan Om Anton.”

Ucapan itu membuat Anton terkejut. Bahkan Viona pun mendadak terdiam.

“Alasannya?” tanya Renata lagi.

Amira menarik napas, suaranya tenang. “Ya, memang tidak layak aku, seorang dari keluarga gembel, bersanding dengan keluarga Baskara. Walau begitu, kalau keluarga Baskara masih mempermasalahkan hal pribadi dalam urusan bisnis, orang luar akan menilai tidak profesional. Mungkin keluarga ini akan dianggap kolot oleh generasi Z. Padahal zaman sudah berubah. Generasi muda berpikiran out of the box. Mereka menyukai kejutan, hal-hal menarik, seperti pernikahan antara konglomerat dan orang biasa. Itu bisa menjadi citra positif. Keluarga Baskara akan terlihat modern, berpikiran maju, bukan kuno.”

“Cukup, Amira,” potong Renata tegas. “Keputusan sudah jelas. Kamu harus diperkenalkan secara luas.”

Kalimat itu mengunci suasana. Semua orang menyadari: keputusan Renata adalah garis tegas yang tidak bisa diganggu gugat.

Anton terdiam sejenak. Semua ini memang berjalan sesuai rencananya, hanya saja ia tidak menyangka Amira bisa secerdas itu. Jika ia langsung mengundang Amira hadir dan memperkenalkan diri di hadapan keluarga besar, tentu Viona akan curiga dan meningkatkan kewaspadaannya.

Bagi Anton, langkah menghadirkan Amira dan Ferdi ke rapat keluarga adalah bagian dari strategi yang matang. Setiap gerak-gerik, setiap kata yang diucapkan, sudah ia susun untuk memastikan rencananya berjalan mulus. Namun di balik semua itu, pikirannya tetap gelap: Amira akan diperkenalkan bukan sebagai kebanggaan, melainkan sebagai aib.

Ia tersenyum samar, menyadari bahwa permainan ini bukan sekadar soal pengaruh atau kekuasaan, tetapi juga tentang psikologi keluarga Baskara. Jika semua berjalan sesuai rencana, reputasi Ferdi dan Viona akan terguncang, dan dirinya akan selangkah lebih dekat menguasai singgasana bisnis keluarga.

1
partini
dah keluar lihat Laras gih biar mata suamimu keluar wkwkwkwk
partini
sehhhh buaya di kadalin wkwkwkk
OMG ngapain lihat Amira ma Ferdi 😂😂😂😂
partini
OMG live HS ,,hai fer lihat nih wanita yg kamu cintai
partini
sehhhh kecolongan jg aduhhhh no good
ChikoRamadani
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️ Sangat menarik
Alur ceritanya bagus dan konfliknya tidak begitu terlalu rumit...
pemilihan kosakata sangat baik dan mudah untuk dipahami...

terimakasih buat kk othor,
semoga sukses ❤️
partini
dihhh disuruh bercinta dengan gembel kamu Ra ,,di balik aja biar Laras yg bercinta dengan gembel jangan lupa bikin video
partini
😂😂😂😂
partini
ko bisa,,wah wah dah tau dong itu jebakan makanya cincin nya di pindah tempat
Dwi Anto
buaya kok di kadalin
Wesley Cherrylava
Wah bagus jalan ceritanya ga klise
Yani
Lucu Amira dan Ferdi
Yani
Seru
Yani
Ternta Amira kembar dengan Amora
Yani
Jangan" sodaranya Amira
Yani
Bentar lagi kamu bucin Ferdi
Yani
Seru
Yani
🤣🤣🤣🤣Amira
Yani
Tenang mmh Viona , Amira punya seribu cara bikin nenek baik 🤭
Yani
Ga akan bisa Ferdi
Yani
Seru suaminya ga berkutik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!