NovelToon NovelToon
TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

TERPERANGKAP CINTA CEO DINGIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cerai / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat / Penyelamat
Popularitas:898
Nilai: 5
Nama Author:

Alea, seorang wanita muda dan cantik, terpaksa menikahi Rian melalui perjodohan. Namun, kebahagiaan yang diharapkan pupus ketika Rian mengkhianatinya dengan berselingkuh dengan Gina. Patah hati, Alea memutuskan untuk bercerai dan meninggalkan Rian. Takdir berkata lain, bis yang ditumpangi Alea mengalami kecelakaan tragis. Di tengah kekacauan, Alea diselamatkan oleh Ben, seorang pria berkarisma dan berstatus sebagai bos besar yang dikenal dingin dan misterius. Setelah sadar, Alea mendapati dirinya berada di rumah mewah Ben. Ia memutuskan untuk berpura-pura hilang ingatan, sebuah kesempatan untuk memulai hidup baru. Ben, yang ternyata diam-diam mencintai Alea sejak lama, memanfaatkan situasi ini. Ia memanipulasi keadaan, meyakinkan Alea bahwa ia adalah kekasihnya. Alea, yang berpura-pura hilang ingatan tentang masa lalunya, mengikuti alur permainan Ben. Ia berusaha menjadi wanita yang diinginkan Ben, tanpa menyadari bahwa ia sedang terperangkap dalam jaring-jaring cinta dan kebohongan. Lalu, apa yang akan terjadi ketika ingatan Alea kembali? Apakah ia akan menerima cinta Ben, atau justru membenci pria yang telah memanipulasinya? Dan bagaimana dengan Rian, apakah ia akan menyesali perbuatannya dan berusaha merebut Alea kembali?

PELARIAN

Alea meminta taksi onlinenya berhenti di depan sebuah hotel kecil yang tampak sepi di pinggiran kota. Jam sudah menunjukkan pukul 03.20 pagi, dan rasa lelahnya sudah tak tertahankan lagi. Lampu-lampu kota yang redup menambah kesan suram, tapi ia tak punya pilihan lain. 

Alea menghempaskan tubuhnya ke ranjang hotel. Pelariannya kali ini benar-benar menguras tenaganya. Ia memilih hotel kecil di pinggir kota ini agar tidak terlalu mencolok. Pikirannya kembali pada kecelakaan bus menuju Bali beberapa bulan lalu, mimpi buruk yang terus menghantuinya.

Ia meraih ponsel yang tergeletak di meja. Alea sengaja membawa ponsel pemberian Ben, karena ia tidak tau bahawa ponsel pemberian Ben sudah di pasang penyadap dan keterbatasan dalam penggunaannya.

Dengan jari gemetar, Alea mulai mengetikkan kata kunci di mesin pencari: "kecelakaan bus menuju Bali…". Ia menggulir layar, mencoba mencari berita atau informasi yang relevan. Beberapa artikel berita online muncul, tetapi sebagian besar hanya berisi laporan umum tentang kecelakaan tersebut.

Alea terus mencari, berharap menemukan sesuatu yang lebih spesifik. Ia mencoba mencari nama-nama korban, atau mungkin foto-foto dari lokasi kejadian. Namun, hasilnya tetap nihil. Ia merasa frustrasi dan putus asa.

"Kenapa sulit sekali mencari informasi ini?" bisiknya pada diri sendiri.

Setelah berkali-kali mencoba dengan berbagai kata kunci, akhirnya Alea menemukan sebuah artikel berita yang menyebutkan kecelakaan bus menuju Bali. Jantungnya berdegup kencang saat membaca daftar nama korban. Di sana, tertulis namanya: "Alea - Selamat".

Napasnya tercekat. Ia memang selamat secara fisik, tapi trauma dan ketakutan terus menghantuinya. Ia terus membaca artikel tersebut, mencari informasi lebih lanjut tentang penyebab kecelakaan dan proses investigasi.

Alea menemukan nomor telepon kantor polisi yang menangani kasus tersebut. Sebuah ide muncul di benaknya. Ia akan mencoba menelepon dan menanyakan perihal kecelakaan itu. Ia ingin menanyakan beberapa barangnya saat terjadi kecelakaan itu. Kenapa kalung peninggalan ibunya bisa Ben temukan. Sedangkan barang lain tidak ia berikan.

Namun, ia juga sadar bahwa menelepon polisi bisa sangat berisiko. Identitasnya bisa terlacak oleh Ben. Tapi ia ingat Ben sedang dalam perjalanannya ke Luar negeri.

Setelah mempertimbangkan semua risiko dan manfaatnya, Alea memutuskan untuk menunda panggilan telepon itu. Ia merasa terlalu lelah dan emosional untuk berbicara dengan polisi saat ini. Ia butuh istirahat dan menenangkan diri sebelum mengambil langkah selanjutnya.

"Aku akan menelepon besok pagi," gumamnya pada diri sendiri. "Setelah aku sedikit lebih tenang."

Alea meletakkan ponsel pemberian Ben di meja dan mematikan lampu kamar. Ia merebahkan diri di ranjang, mencoba mengendurkan otot-ototnya yang tegang. 

Pukul 8 pagi, Alea terbangun dengan perasaan sedikit lebih segar. Meskipun tidurnya tidak nyenyak, ia merasa sedikit lebih kuat untuk menghadapi hari ini. Ia membersihkan diri dan mengenakan pakaian seadanya yang ia bawa.

Alea turun ke ruang makan hotel yang sederhana. Ia hanya mengambil sedikit sarapan, sekadar mengisi perut agar tidak terlalu lapar. Pikirannya sudah dipenuhi dengan rencana untuk hari ini. Setelah selesai makan, ia kembali ke kamar dan meraih ponsel pemberian Ben.

Dengan jantung berdebar, Alea menekan nomor kantor polisi yang menangani kasus kecelakaan bus Bali. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menekan tombol panggil.

"Selamat pagi,” suara seorang petugas polisi menjawab di seberang sana.

"Selamat pagi, Pak. Saya Alea, salah satu korban selamat dari kecelakaan bus Bali beberapa bulan lalu," kata Alea dengan suara sedikit gemetar.

"Oh, iya, Ibu Alea. Ada yang bisa kami bantu?"

"Saya ingin menanyakan perkembangan kasus kecelakaan tersebut. Apakah ada informasi baru yang bisa saya dapatkan?"

Petugas polisi itu terdiam sejenak. "Untuk perkembangan kasus, itu murni kecelakaan bu."

"Lalu, bagaimana dengan barang-barang saya yang hilang saat kecelakaan? Apakah ada yang ditemukan?" tanya Alea.

"Oh, iya, Bu. Kami menemukan beberapa barang milik Ibu, seperti dompet dan ponsel." “Apa ada koper bewarna pink tua?” Tanya Alea. “Silahkan ibu langsung datang ke kantor polisi saja.” Jawab polisi.

Alea merasa sedikit lega mendengar kabar itu. Setidaknya, ada beberapa barang berharganya yang berhasil diselamatkan. "Baik, Pak. Kapan saya bisa mengambil barang-barang tersebut?"

"Ibu bisa datang ke kantor polisi kapan saja.”

Alea terdiam sejenak. Jaraknya terhalang tiga kota? Itu berarti ia harus melakukan perjalanan yang cukup jauh. Namun, ia tidak punya pilihan lain. Ia harus mengambil barang-barangnya, terutama ponselnya. Mungkin saja ada informasi penting yang tersimpan di sana.

"Baik, Pak. Saya akan segera ke sana," jawab Alea dengan tekad bulat.

Setelah menutup telepon, Alea segera bersiap-siap. Ia memasukkan beberapa barang penting ke dalam tas kecilnya dan meninggalkan hotel. Ia harus segera mencari transportasi menuju kota tersebut.

Alea tiba di terminal dengan jantung berdebar. Ia menghampiri loket dan memesan tiket bus ke kota tersebut. Setelah mendapatkan tiket, ia segera masuk ke dalam bus yang sudah menunggu. Mencari tempat duduk di dekat jendela, Alea mencoba menenangkan diri.

Baru saja ia memejamkan mata, ponselnya berdering. Nama "Ben" tertera di layar. Alea membeku. Bagaimana bisa Ben menghubunginya? Ia lupa memblokir nomor suaminya itu. Panik, Alea membiarkan panggilan itu berlalu. Setelah hening, dengan tangan gemetar ia mencoba memblokir nomor Ben, namun gagal. Pesan "Gagal Memblokir" muncul berulang kali. Alea merasa ada yang tidak beres. Ia belum menyadari bahwa Ben telah memantau dan mengendalikan ponselnya dari jauh. Pelariannya tidak semudah yang ia bayangkan.

Dengan napas terengah, Alea memutuskan untuk mematikan ponselnya. Ia tidak ingin Ben terus menghubunginya dan membuatnya semakin panik. Mungkin dengan mematikan ponsel, ia bisa sedikit tenang dan berpikir jernih. Ia memasukkan ponsel ke dalam tasnya, mencoba mengabaikan perasaan cemas yang terus menghantuinya. Alea berharap, setidaknya untuk sementara waktu, ia bisa lepas dari bayang-bayang Ben.

Alea mencoba menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata, dan menyandarkan kepalanya di kursi bus. “Tenang, Alea, tenang…” bisiknya dalam hati. Beberapa jam berlalu terasa seperti berabad-abad. Akhirnya, bus berhenti di terminal kota tujuannya.

Dengan langkah sedikit terhuyung, Alea turun dari bus dan langsung mencari kantor polisi yang dimaksud. Sesampainya di sana, ia menghampiri meja informasi.

"Selamat siang, Pak. Sebelumnya saya sudah menelepon. Saya mau mengambil barang saya yang tertinggal waktu kecelakaan Bis tujuan Bali beberapa bulan lalu," ucap Alea gugup.

Polisi yang bertugas menatapnya dengan tatapan menyelidik. "Atas nama siapa?"

"Alea..."

Setelah memeriksa daftar, polisi itu mengangguk. "Mari, saya antar."

Alea mengikuti polisi itu ke sebuah ruangan berisi barang-barang sitaan dan temuan. Matanya langsung tertuju pada sebuah tas miliknya.

"Ini barang-barang Anda? Silakan diperiksa," kata polisi itu.

Alea membuka tas itu dan memeriksa isinya. Semua barangnya ada di sana kecuali kopernya. “Pak, apa ada koper berwana pink tua?” Tanya Alea.

“Tidak ada, hanya yang ada di sini saja”

"Benar, Pak. Ini semua barang saya."

"Baik, silakan tanda tangani berkas pengambilan ini," kata polisi itu sambil menyodorkan beberapa lembar kertas.

Setelah menandatangani semua berkas, Alea mengucapkan terima kasih dan keluar dari kantor polisi. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara kota yang asing namun terasa sedikit lebih segar. Akhirnya, ia bisa pergi dengan barang-barangnya. Sekarang, ia harus mencari tempat tinggal sementara dan menyusun rencana selanjutnya.

1
Vash the Stampede
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️
total 1 replies
emi_sunflower_skr
Ceritanya keren, bahasanya juga mudah dimengerti!
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
Ichigo Kurosaki
Ceritanya menghibur sekali.
AyaShiyaa: Terimakasih atas dukungannya ❤️❤️❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!