Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Rummy
Tak lama para orang tua mereka pun datang satu persatu.
Kelima anak itu sudah mendapat tatapan garang dari para orang tuanya.
"Maaf kami panggil Ibu dan Bapak selaku kelima orang tua murid karena ada hal yang ingin kami, pihak sekolah bicarakan" ucap Ibu kepala sekolah yang bernama Tiur itu.
"Apa yang sudah anak saya lakukan, Bu?" tanya orang tua murid yang terlihat sangat ketakutan.
"Bapak dan Ibu selaku wali murid, kami pihak sekolah ingin memberitahukan bahwa kelima anak-anak ini merokok di sekolah" ungkap Tiur.
Orang tua kelima murid itu langsung menatap garang kepada anak-anaknya tanpa terkecuali Theo.
Rummy dan kawan-kawannya hanya diam tertunduk, jelas sudah sepulang sekolah mereka akan di adili di rumah masing-masing.
"Tak mungkin Antonio merokok, Bu. Saya tahu anak saya karakternya seperti apa" ucap seorang wanita yang memakai pakaian mewah dan tas yang mahal bertengger di pundaknya.
"Begini saja, di antara kalian siapa yang terlebih dulu mengajak merokok?" tanya Hana.
Keempat anak itu serentak menunjuk Rummy membuat Theo yang dari tadi hanya diam langsung melotot tak percaya.
"Benar kamu Rummy?" tanya Theo dengan suara dingin.
Rummy hanya menunduk saja karena ia tak kuat untuk sekedar menatap wajah Theo.
"Bu Hana silahkan urus sama Ibu, saya ada rapat di kementrian pendidikan" ucap Tiur.
Hana mengangguk, sekarang dirinya yang menghadapi para orang tua murid.
Hana dapat melihat keempat anak sedang di omeli habis-habisan oleh para orang tuanya, kecuali Rummy yang tertunduk dan Theo yang diam tanpa reaksi, namun Hana bisa membaca bahwa Rummy sedang sangat ketakutan.
"Maaf Ibu dan Bapak, karena putra-putra anda sudah melanggar tata tertib sekolah, kami dari pihak sekolah memberikan skors selama 1 minggu untuk merenungkan kesalahan anak-anak anda semua. Silahkan di isi surat keterangan tidak akan melanggar lagi" ucap Hana sembari memberikan selembar surat pada masing-masing orang tua.
Kelima anak itu pun di perbolehkan pulang lebih awal.
Sesampainya di rumah, Rummy masih enggan bicara dengan Theo. Pria kecil itu buru-buru ingin masuk kedalam kamar namun suara bariton menghentikan langkahnya.
"Dady tak mengizinkanmu masuk ke kamar" ucap Theo dengan suara menggelegar.
"Habislah aku!" ucap Rummy dalam hatinya.
"Baiklah Dad" balas Rummy.
Kedua pria berbeda generasi itu duduk di kursi saling berhadapan.
"Sejak kapan kamu merokok? Siapa yang mengajarimu?" tanya Theo dengan nada dingin.
"Tidak ada Dad!" jawab Rummy tetap dengan kepala menunduk.
"Angkat kepalamu, dan pandangi lah lawan bicara" ucap Theo.
Rummy pelan-pelan mengangkat kepalanya dan memandang wajah sang ayah.
"Maafkan aku, Dad!" Rummy akhirnya berkata sembari menangis.
"Siapa yang mengajarimu?" tanya Theo sekali lagi.
"Tidak ada, Dad!" jawab Rummy.
"Sudah tahu salahnya dimana?" tanya Theo.
Rummy mengangguk, lalu merogoh sesuatu dari dalam saku celana seragam sekolahnya.
"Satu minggu tak ada ponsel ataupun laptop! Belajar yang benar, dan renungkan kesalahanmu di dalam kamar!" ucap Theo.
Rummy memberikan ponselnya pada sang ayah, mau berontak pun rasanya tidak berani, karena ia merasa memang sangat bersalah.
"Pergi ke kamar, nanti Bik Lasmi yang akan mengantar makanan" ucap Theo dengan tegas.
Rummy pun berjalan gontai ke kamarnya, satu minggu tanpa ponsel dan laptop rasanya ia sudah tidak ingin mengulangi kesalahan lagi.
Theo penasaran karena ia tidak pernah mengecek ponsel sang putra, ia pun ingin mengetahui apa saja yang selama ini sang putra kerjakan.
Di lihat dari aplikasi dan poto semuanya tidak ada yang aneh, namun ada satu folder yang di namai Mommy masa depan. Melihat itu Theo penasaran dan membukanya.
Ia terkejut karena di dalam folder itu banyak sekali poto wanita yang tadi ia temui di sekolah.
"Ini kan guru yang ada di ruang BP! Kenapa Rummy menyimpan poto-potonya?" Batin Theo bertanya-tanya.
Ada satu poto Rummy dan Hana yang sedang membawa beberapa bingkisan berlatar belakang panti asuhan, membuat Theo terkesiap.
"Banyak yang aku tak tahu dari putraku sendiri!" gumam Theo.
"Dan sejak kapan Rummy dekat dengan wanita ini?" sambungnya lagi.
Seharusnya Rummy menyimpan banyak poto Caroline di ponselnya namun kenyataannya tak ada satu pun poto wanita yang melahirkannya melainkan poto Hana yang tidak ada sangkut pautnya dengan hidup Rummy.
Di dalam ponsel Rummy juga ada sebuah catatan yang bertanggal sewaktu dia baru pertama masuk sekolah SMP.
Theo langsung membaca catatan itu.
"hari ini aku ceroboh sekali, kenapa aku bisa terjatuh padahal jalanan landai. Hari ini juga tepat aku pertama kali masuk ke sekolah dan kakiku sakit, namun tiba-tiba ada bidadari yang menolongku. Dia terlihat sangat cantik, lembut dan baik hati.
Aku sempat membaca name tag nya bertuliskan Hana Pertiwi. Oh Ibu Hana ternyata guru sejarah dan sekaligus guru BP di sekolahku. Jika boleh jujur, aku menyukainya tapi tak mungkin Ibu Hana mau dengan ku yang masih kecil ini. Ibu Hana tersenyum kepadaku dan mengelus kepalaku seperti seorang ibu pada anaknya.
Aku berharap Ibu Hana mau menjadi mommy ku, namun aku tak berani bicaranya. Aku janji aku akan berlaku apapun agar bisa sering-sering bertemu dengannya.
Ibu Hana, baik, cantik dan ramah padaku. Jika aku dewasa nanti aku ingin menikahinya tapi jika kami tidak berjodoh, maka aku akan jadikan dia mommy ku. Karena aku sering kasihan pada Daddy yang selalu menghabiskan waktunya dalam kesendirian dan yang Daddy tak tahu kalau aku sebenarnya mengetahui bahwa perceraian mereka di dasari perselingkuhan Mommy Caroline sampai aku tak pernah menanyakan dia lagi."
Tak terasa air mata Theo menetes! Sang putra ternyata menyimpan rahasia seorang diri dan mengetahui sebab mereka bercerai.
"Pantas dia tidak pernah tanyakan lagi ibu nya!" gumam Theo.
"Dan sebab itu sekarang di sering buat gara-gara di sekolah karena ingin sering bertemu dengan gurunya" sambung Theo.
Theo kini menyimpan lagi ponsel milik Rumny, ia akan kembali ke kantor sekarang.
..
Sementara Rummy merasa jenuh berdiam diri di kamar. Ia pun keluar dari kamarnya mencari telepon rumah.
"Aku kangen suara Mommy Hana!" ucap
Rummy.
Ia pun melakukan panggilan telepon ke nomor ponsel Hana.
Di dalam kelas Hana sedang mengajar kelas 9, dirinya tidak mendengar karena sedang menerangkan materi tentang perang dunia kedua dan sejarah kelam NA*I di Jerman.
"Tidak ada yang membenarkan peperangan ya anak-anak karena itu akan menyebabkan kehancuran dan kesengsaraan belaka bagi umat manusia" ucap Hana.
"Bu, sepertinya Ibu adalah orang yang susah move on ya?" kelakar salah satu siswa.
"Maksudnya bagaimana Lutfi?" tanya Hana.
"Ya Ibu kan selalu mengenang masalalu..hahaha" balasnya sembari tertawa di ikuti oleh siswa lainnya.
Hana juga ikut tertawa dengan celotehan muridnya.
Hana kemudian berjalan mendekati Lutfi lalu duduk di sampingnya membuat semua murid-murid berseru riang dan menertawakan Lufti, berbeda dengan Lufti yang malah merasa gerogi.
"Cinta-cintaan mulu ya kamu, sini Ibu elus dulu kepalanya" ucap Hana sembari mengelus kepala Lutfi membuat semua murid laki-laki merasa iri dengan Lutfi.
"Ukh tangannya lembut banget" ucap Lutfi dalam hatinya.
"Bu Revan juga mau di elus" rengek murid yang satunya lagi.
"Maunya...wuuuuuuuuuuuuuhhhhh" sorak semua murid-murid.