Gracella Eirene, gadis pendiam yang lebih suka bersembunyi di dunia imajinasi, Ia sering berfantasi tentang kehidupan baru, tentang cinta dan persahabatan yang tak pernah ia rasakan. Suatu hari, ia terpesona oleh novel berjudul 'Perjalanan cinta Laura si gadis polos', khususnya setelah menemukan tokoh bernama Gracella Eirene Valdore. Namun, tanpa ia sadari, sebuah kecelakaan mengubah hidupnya selamanya. Ia terbangun dalam dunia novel tersebut, di mana mimpinya untuk bertransmigrasi menjadi kenyataan.
Di dunia baru ini, Gracella Eirene Valdore bertemu dengan Genta, saudara kembarnya yang merupakan tokoh antagonis utama dalam cerita. Genta adalah musuh tokoh utama, penjahat yang ditakdirkan untuk berakhir tragis. Gracella menyadari bahwa ia telah mengambil alih tubuh Grace Valdore, gadis yang ditakdirkan untuk mengalami nasib yang mengerikan.
- Bisakah Gracella Eirene Valdore mengubah takdirnya dan menghindari nasib tragis yang menanti Grace Valdore?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afizah C_Rmd, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 2
Grace duduk di ranjang rumah sakit, matanya menatap kosong ke luar jendela. Dia sudah beberapa hari berada di sini, dia bingung apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
'apa yang harus kulakukan, bagaimana bisa aku berada di sini'
'tapi kalau di pikir pikir bukankah ini yang ku inginkan, aku selalu berfantasi bagaimana seandainya aku transmigrasi ke dalam novel seperti cerita cerita yang sering kubaca. stt siapa sangka hal ini benar benar terjadi padaku, sulit di percaya' batin Grace
"apa yang kau pikirkan Grace"
Grace tersentak kaget dan menoleh ke asal suara, melihat wajah tampan dan dingin pria itu membuatnya gugup, Dia duduk di tepi ranjang, matanya menatap Grace dengan intens.
Grace tersentak, pikirannya kembali ke kenyataan. "Ah, tidak apa-apa. Hanya memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya."
Genta menghela napas, "Kau tidak perlu khawatir. Kau sudah aman di sini. Aku akan menjagamu."
Grace mengerutkan kening. "Menjagaku? Kenapa?"
Genta terdiam sejenak, matanya menatap kosong ke arah jendela. "Karena kau adikku, Grace. Aku bertanggung jawab atasmu."
Grace terdiam, kata-kata Genta membuatnya bingung. "Aku tidak mengerti. Kenapa yang sebenarnya."
Genta terdiam, matanya menatap Grace dengan penuh perhatian. "Apa yang kau maksud, Grace?"
"Aku tidak tahu. Aku hanya... aku hanya merasa aneh."
Genta menghela napas, "Kau tidak perlu khawatir. Kau hanya kelelahan. Istirahatlah."
Genta berdiri dan berjalan menuju pintu, "Aku akan kembali nanti. Istirahatlah."
Grace terdiam, dia merasa semakin bingung. Dia tidak tahu harus mempercayai siapa. Dia merasa seperti terjebak dalam sebuah mimpi buruk.
"Genta," Grace memanggil, "Tunggu."
Genta berhenti dan menoleh. "Ada apa, Grace?"
"Aku... aku ingin tahu apa yang terjadi padaku."
Genta terdiam, matanya menatap Grace dengan penuh teka-teki. "Kau akan mengetahuinya nanti. Sekarang, istirahatlah."
Genta meninggalkan ruangan, meninggalkan Grace sendirian dengan kegelisahannya. Grace menatap kosong ke arah pintu, hatinya dipenuhi dengan pertanyaan. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, dan dia tidak tahu siapa yang harus dia percayai.
......................
"Aku berada di dalam novel... Aku terjebak di sini..." Grace berbisik, suaranya terdengar kosong.
Dia merasa aneh, tapi tidak sedih. Dia tidak merasa sedih karena harus meninggalkan dunia asalnya. Sebenarnya, dia merasa lega. Dia merasa lelah dengan kehidupan yang membosankan dan monoton di dunia asalnya. Dia merasa seperti terjebak dalam rutinitas yang tidak berujung.
Dia berfikir akankah dunia novel ini lebih menarik, lebih menantang. Dia ingin tau apakah bisa mengalami hal yang sama seperti tokoh tokoh di novel yang pernah di bacanya, merasakan petualangan, merasakan cinta. Dia ingin hidup yang lebih berwarna.
"Aku tidak ingin kembali," Grace berbisik, suaranya terdengar penuh keyakinan. "Aku ingin tinggal di sini."
Dia merasa yakin dengan keputusannya. Dia ingin memulai kehidupan yang baru di dunia novel ini. Dia ingin menemukan tujuan hidup yang baru. Dia ingin menemukan cinta yang sesungguhnya.
Beberapa hari kemudian, Grace sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Genta menjemputnya dan mengantarnya ke sebuah rumah mewah di pinggiran kota.
"Ini rumahmu sekarang, Grace," kata Genta, suaranya terdengar lembut.
Grace terdiam, dia merasa tidak percaya. Rumah ini sangat megah dan indah. Dia tidak pernah membayangkan bisa tinggal di rumah seperti ini.
"Terima kasih, Genta," kata Grace, suaranya sedikit gemetar.
Genta tersenyum tipis, "Sama-sama, Grace."
Mereka masuk ke dalam rumah. Rumah itu dihiasi dengan perabotan mewah dan barang-barang antik. Grace merasa seperti berada di dalam mimpi.
"Ini kamarmu," kata Genta, sambil membuka pintu sebuah kamar tidur yang luas dan nyaman.
Grace memasuki kamar dan tertegun. Kamar itu dihiasi dengan warna-warna lembut dan wallpaper yang indah. Ada sebuah balkon yang menghadap ke taman yang luas.
"Kamar ini sangat indah," kata Grace, sambil tersenyum.
Genta mengangguk, "Aku harap kau suka."
"Aku suka sekali," jawab Grace, suaranya terdengar penuh kebahagiaan.
Genta tersenyum tipis, "Bagus. Sekarang, istirahatlah."
Genta meninggalkan ruangan, meninggalkan Grace sendirian di dalam kamar. Grace duduk di tepi ranjang dan menatap kosong ke arah jendela. Dia merasa bahagia. Dia merasa seperti telah menemukan tempat yang baru, tempat yang aman.
"Aku akan memulai kehidupan baru di sini," Grace berbisik, suaranya penuh tekad.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Di pagi hari yang cerah terlihat seorang gadis cantik, imut dan manis masih tertidur pulasnya.
Suara ketukan pintu tak membuat gadis itu bangun malah menggeliat dan manarik selimut, Genta si pelaku yang mengetuk pintu merasa tak mendengar suara memilih membuka pintu.
Genta tersenyum tipis melihat Grace yang tertidur pulas. Rambutnya yang hitam panjang kecoklatan berantakan, pipinya memerah karena tidur, dan bibirnya sedikit terbuka. Dia tampak begitu polos dan manis.
Genta menarik kursi dan duduk di samping ranjang, mengamati wajah Grace yang tenang. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak mengagumi kecantikan Grace. Dia selalu terpesona oleh kecantikan adiknya, bahkan sejak mereka masih kecil.
"Grace," bisiknya, suaranya lembut. "Kau tidur nyenyak sekali."
Grace mengerang pelan, tapi tidak membuka matanya. Dia masih terbuai dalam mimpi.
Genta mengelus lembut rambut Grace. "Grace," bisiknya lagi, "Kau harus bangun. Sudah siang."
Grace menggeliat dan menarik selimut lebih tinggi, menutupi kepalanya. "Hmm..." gumamnya, suaranya masih mengantuk.
Genta terkekeh pelan. "Tidak bisa, Grace. Kau harus bangun. Aku sudah menyiapkan sarapan."
Grace mengerang lagi dan membuka matanya perlahan. Dia masih merasa sedikit pusing dan mengantuk.
"Genta?" tanyanya, suaranya serak.
"Ya, aku," jawab Genta, sambil tersenyum. "Sudah siang. Kau harus bangun."
Grace menguap dan menutup matanya lagi. "tidak, 1 jam lagi aku akan bangun," keluhnya, suaranya datar.
Genta menghela napas. "Grace, kau harus bangun. Kau akan terlambat."
Grace mengerang lagi dan menarik selimut lebih tinggi. "Tidak mau, biarkan saja" gumamnya, suaranya hampir tidak terdengar.
Genta terdiam sejenak. Dia memikirkan sesuatu. Dia tidak ingin memaksa Grace, tapi dia juga tidak ingin Grace terlambat.
"Grace," katanya, suaranya lembut. "Aku akan menggendongmu ke kamar mandi."
Grace membuka matanya dengan terkejut. "Apa, tidak tidak jangan, oke biarkan aku tidur lagi?" Grace terkejut tapi masih tak mau dan merengek.
Genta tersenyum tipis. "Aku tidak menerima penolakan apapun aku akan tetap menggendongmu ke kamar mandi. Kau tidak akan terlambat."
Grace terdiam sejenak. Dia tidak bisa menerima itu, tapi apa yang bisa ia lakukan sekeras apapun dia masih keras Genta, ia memilih diam.
"Huh, terserah" katanya kesal dan mengembungkan pipinya.
Genta melihat ekspresi lucu Grace tertawa pelan merasa lucu, rasanya sudah lama ia tak melihat ekspresi menggemaskan di wajah adiknya yang manis sejak kejadian itu, ia menggeleng pelan berusaha tak memikirkan hal itu lagi.
Tidak menunggu lama ia langsung mengangkat Grace dengan lembut dan menggendongnya keluar dari kamar. Grace masih dengan mata terpejam terkejut merasakan tubuhnya di angkat terdiam, dia merasa sangat malu. Oh ayolah di dunia sebelum nya ia tidak pernah di gendong oke.
Genta membawa Grace ke kamar mandi dan meletakkannya di depan wastafel.
"Aku akan menunggu di luar," kata Genta.
Grace mengangguk dan mulai membersihkan diri. 'sial, ini ini benar benar memalukan ini sangat memalukan. Hah, ini pertama kalinya ada yang menggendong ku.' batin Grace kesal tapi tak ayal selanjutnya terdiam dan sedikit senang.