NovelToon NovelToon
Azur Lane The New World

Azur Lane The New World

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Anime
Popularitas:729
Nilai: 5
Nama Author: Tirpitz von Eugene

Cerita ini sepenuhnya adalah fiksi ilmiah berdasarkan serial anime dan game Azur Lane dengan sedikit taburan sejarah sesuai yang kita semua ketahui.

Semua yang terkandung didalam cerita ini sepenuhnya hasil karya imajinasi saya pribadi. Jadi, selamat menikmati dunia imajinasi saya😉

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tirpitz von Eugene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Huaaa...kenapa aku malah menjadi kapal perusak?!" ujar seorang gadis cilik. Gadis itu mengenakan seragam pelaut pendek yang hanya sampai di atas pusar nya, sedangkan sebuah bendera merah putih berukuran kecil berada di lengan sebelah kirinya.

"Sudahlah, mia sorella maggiore," sahut gadis berkacamata di sampingnya, ia mencoba menenangkan gadis yang sepertinya adalah kakak perempuan dari gadis berkacamata itu.

Saat itu Tirpitz sudah kembali ke dermaga, bersama Madjapahit serta kakak beradik Yamato dan Musashi. Dermaga sudah di penuhi oleh para gadis yang juga sama seperti Madjapahit, mereka adalah gadis yang dibangkitkan sesuai kapal yang ada di dalam formasi itu.

Seorang gadis bertubuh montok dengan seragam seorang laksamana menoleh saat Madjapahit melompat dari permukaan laut dan mendarat di atas dermaga sambil menggendong Tirpitz dengan kedua tangannya. Ia segera menghampiri mereka dengan wajah ceria dan penuh rasa syukur.

"Shikikan-sama!!!" seru gadis itu sambil berlari menghampiri di antara para gadis yang berada disana. Ia berhenti beberapa langkah dari Madjapahit, namun ekspresi nya terlihat sedikit menggoda, "ahah, nampaknya kau sudah menjadi akrab dengan shikikan-sama, Madjapahit-nee."

Menyadari bahwa ia masih menggendong Tirpitz, Madjapahit segera menjatuhkan pria itu dari pelukannya, membuat Tirpitz jatuh menghantam permukaan beton dermaga yang keras.

"Aduh, hati-hati dong!" kata Tirpitz berkomentar, tangannya mengusap-usap pinggang belakangnya yang sakit akibat menghantam permukaan beton, "bisa patah nanti tulang ku."

Madjapahit hanya melirik pria yang ia jatuhkan itu dengan tatapan merendahkan, lalu pergi begitu saja meninggalkan Tirpitz yang masih kesakitan. Gadis yang tadi menghampiri segera membantu Tirpitz berdiri.

"Maafkan atas perlakuan kasar kakak ku, shikikan-sama," ujar gadis itu meminta maaf, "nee-san memang sering begitu."

Tirpitz menatap wajah gadis itu, lumayan cantik juga ternyata. Gadis yang berdiri didepannya memiliki wajah oriental khas Asia, dengan kulit kuning langsat yang bersih tanpa sedikitpun noda bekas jerawat. Tinggi tubuhnya hanya berbeda beberapa senti di bawah Tirpitz, namun dadanya yang besar membuat kesan seolah seragam yang ia kenakan seperti kekecilan.

"Nee-san? Apa kau adik dari Madjapahit?" tanya Tirpitz bingung.

"Ah iya, aku belum memperkenalkan diriku," jawab gadis itu lalu mengulurkan tangannya hendak mengajak berjabat tangan, "namaku Singosari, kapal kedua dari kelas kerajaan pertama. Aku adalah kapal tempur penerbangan atau hibrida terakhir yang ada di kelas ini."

Mendengar nama Singosari, seketika membuat Tirpitz teringat bahwa kelas kerajaan pertama berisikan enam unit kapal. Tapi sayangnya, hanya dua kapal yang dilengkapi dengan sepasang baterai kaliber enam ratus milimeter dan dua buah landasan pacu, sedangkan empat kapal yang tersisa justru berubah kelas. Dari yang seharusnya kelas kapal tempur hibrida, menjadi kelas kapal tempur cepat.

"Ah ternyata suara gadis yang lembut di telinga ku adalah kau," ucap Tirpitz antusias, "pantas saja suara mu sangatlah lembut, ternyata kau bukan kapal pertama di kelasnya."

gadis itu tertawa cekikikan mendengar ungkapan Tirpitz, "ahahaha, kau bisa saja, shikikan-sama."

Tangan Singosari mendorong pundak Tirpitz dengan lembut, bermaksud hendak bercanda. Tapi yang Tirpitz rasakan dari dorongan itu sungguh berbeda dari yang terlihat! Ia merasa seperti didorong oleh sebuah truk kelebihan muatan yang melaju dengan kecepatan seratus kilometer per jam, di jalan menurun yang curam di pegunungan.

Dorongan selembut itu menciptakan efek di luar dugaan gadis itu. Tirpitz terdorong hingga ia tercebur ke laut, dan seketika membuatnya panik. Saat Singosari hendak terjun ke laut untuk menolong Tirpitz, tiba-tiba seorang gadis yang menggunakan pakaian bikini muncul dari bawah permukaan sambil menggendong Tirpitz yang tampaknya kehilangan kesadaran.

"Siapa yang membuang sampah ini ke laut?" tanya gadis itu, "huh, mengganggu orang menyelam saja!"

Singosari hanya tersenyum sambil meminta maaf kepada gadis itu lalu menarik tubuh Tirpitz dari permukaan air.

***

"Heee...siapa gadis-gadis ini?" tanya Takumi saat Tirpitz kembali ke penginapan dengan pakaian yang basah kuyup.

"Mereka adalah kapal-kapal yang bersandar di pelabuhan," jawab Tirpitz sambil melepaskan sepatu boot nya yang terisi air, hanya itu saja yang bisa ia katakan.

"Ah, anda pasti Takumi yang diceritakan oleh Eugene-kun?" tanya Yamato riang, "perkenalkan, saya adalah Yamato, kapal tempur utama di kelasnya."

Takumi keheranan mendengar nama gadis itu, ia masih bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi.

"A-aku tak mengerti," ucapnya keheranan, "masa iya nama mu sama seperti nama sebuah kapal perang?"

"Ceritanya sangat panjang," jawab Musashi menjelaskan, "saking panjangnya, sampai-sampai kau bisa membuat sebuah buku novel dengan sepuluh jilid dari alasan mengapa hal itu terjadi."

"Sudahlah, lebih baik biarkan mereka masuk dulu. Tak enak membiarkan tamu kita berdiri berlama-lama."

Yamato dan yang lainnya segera masuk mengikuti Tirpitz yang sudah lebih dulu berjalan masuk. Mereka di persilahkan untuk duduk menunggu di ruang tamu bersama Takumi, selagi pria itu berganti pakaian sebentar.

Ruang tamu itu terlihat sangat rapi, dengan gaya klasik sesuai zamannya. Tiga buah sofa panjang terletak di tengah ruangan, dengan sebuah meja rendah di tengah ketiga sofa yang tersusun mengitari meja itu.

"Kalian mau minum apa? Teh atau kopi?" tanya Takumi menawarkan.

"Tak perlu repot-repot, cukup sediakan saja solar segar untuk kami," jawab Musashi.

Takumi makin kelihatan kebingungan dengan jawaban itu, ia bingung harus merespon jawaban itu dengan candaan atau dengan kesan yang serius? Tapi malah ia memilih untuk bertanya lagi.

"Eh? Apa kalian serius?"

"Kami adalah kapal, dan kapal hanya berlayar jika tangki nya terisi penuh oleh minyak."

Akhirnya Takumi pasrah dengan jawaban barusan. Ia memilih untuk pergi menemui Tirpitz yang sedang berganti pakaian di kamar tidurnya. Namun langkahnya segera terhenti saat bel rumah berbunyi, tanda bahwa ada seseorang di depan pintu.

Saat ia membuka pintu, di depannya nampak seorang gadis yang terlihat tiga tahun lebih tua darinya. Gadis itu mengenakan seragam laksamana dengan sebuah nama yang juga asing baginya.

"Maaf nyonya," ucap gadis itu dengan sopan, "apakah benar ini kediaman laksamana Eugene?"

Takumi melihat gadis itu dari atas ke bawah lalu kembali ke wajahnya. Semuanya tampak normal, kecuali nama yang terukir di dada kanannya.

"Ya, benar. Ini kediaman laksamana Tirpitz, ada yang bisa saya bantu?"

"Ah syukurlah. Saya terlambat saat laksamana dan tiga gadis yang bersamanya berjalan kesini, apa tadi laksamana pulang bersama tiga orang gadis seumuran saya?"

"Maksudmu gadis yang namanya mirip seperti nama kapal? mereka ada di dalam."

Takumi segera mempersilahkan gadis itu untuk masuk. Tapi raut wajahnya nampak semakin tenggelam dalam kebingungan. Saat mereka berdua memasuki ruang tamu, ternyata Tirpitz sudah berada di sana.

"Yah, sepertinya seseorang lupa menghidangkan minuman untuk tamu-tamu ini." sindir Tirpitz sambil menatap langit-langit ruang tamu.

Tangannya segera disambar dan ditarik untuk mengikuti Takumi ke ruangan sebelah.

"Hei-hei, jangan kasar begitu," goda Tirpitz, "nanti wajah cantikmu berubah menjadi badai cemberut."

"Sebentar kak, aku benar-benar tak mengerti," ujar Takumi tanpa menghiraukan godaan Tirpitz barusan, "mereka itu sebenarnya siapa? Dan mereka ini apa?"

"Bukannya tadi sudah dijelaskan oleh Yamato?"

"Masa iya sih kak, gak masuk akal loh."

Tirpitz memutar bola matanya, lalu berkata, "sudahlah, lebih baik sekarang kau ke dapur dan siapkan teh untuk mereka."

Ia segera beranjak hendak kembali ke ruang tamu. Tapi langkahnya berhenti saat ia teringat sesuatu.

"Oh iya, jangan lupakan minumanku yang biasa."

1
Giuliana Antonella Gonzalez Abad
Cerita ini bikin ketagihan, thor. Cepetan update lagi ya! 🤤
Heinz Blitzkrieg: Otw brader wkwkwk
Kebetulan lgi rancang next episode sambil nyari referensi kapal nih😉
total 1 replies
Alexander
Aku udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temen aku. Must read banget!👌🏼
Heinz Blitzkrieg: Terimakasih kak, semoga cerita karya saya dapat menghibur😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!