Kelvin muncul dari dapur sambil mengelap tangan dengan handuk kecil. Ia berdiri tegak di depan Wilona.
“Semua piring sudah bersih dan mengkilat!” ujarnya penuh percaya diri.
“Sekarang waktunya penyerahan hadiah!”
Wilona melirik geli ke arahnya.
“Iya, iya … sini sini”
Kelvin langsung duduk di samping Wilona, wajahnya mendekat dengan ekspresi penuh harap. Wilona tertawa kecil dan memberikan ciuman ringan di pipinya.
Ikuti ceritanya dari awal sampai akhir yuk✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iqueena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Ternyata Aku Mencintainya
"CUKUP!" teriak Kelvin, suaranya begitu nyaring hingga membuat ketiganya spontan menoleh.
Suasana ruangan sontak hening. Dion yang mendengar teriakan itu langsung bergegas masuk.
"Ada apa, Pak Kelvin?" tanyanya panik.
Dengan wajah tegang, Kelvin memijat keningnya, lalu menoleh pada Dion.
"Panggil security. Bawa Viona keluar dari sini, SEKARANG!"
"Baik, Pak." Dion segera keluar dan memanggil security melalu telepon kantor di mejanya.
Beberapa menit kemudian, dua orang security masuk dan langsung menggiring Viona ke luar. Namun saat di luar ruangan Viona memberontak, tak terima diperlakukan seperti itu.
"Lepasin! Jangan sentuh aku!" teriaknya dengan mata penuh amarah.
Dari depan pintu ruangan, Viona menatap ke dalam dengan tatapan yang tajam. Tatapan penuh dendam yang jelas ditujukan pada Wilona.
Amarah itu seperti bom yang sewaktu-waktu bisa meledak. Namun akhirnya, ia terpaksa melangkah pergi, diiringi kedua security.
****
Di dalam ruangan, Wilona terduduk lemas di sofa, tubuhnya masih gemetar. Sementara Eva masih berada di lantai, rambutnya berantakan akibat ulah Viona tadi.
Kelvin melangkah perlahan mendekati Eva. Wajahnya dingin, suaranya tegas.
"Ajukan surat pengunduran diri, hari ini juga!"
Eva terkejut, matanya membesar.
"M-maafkan saya, Pak Kelvin… saya mohon jangan pecat saya," ucapnya terbata-bata, air mata mulai jatuh. Ia merapatkan kedua tangan, memohon.
"Saya hanya disuruh, saya tidak benar-benar berniat melakukan hal kotor itu, Pak. Tolong… beri saya kesempatan."
Namun Kelvin tidak bergeming. Tatapannya tajam, suaranya dingin.
"Berniat atau tidak, pada kenyataannya kamu sudah melakukannya. Saya tidak butuh karyawan yang mudah disogok dan menjual integritasnya. Di tempat ini, kepercayaan jauh lebih berharga dari alasan apa pun."
Mendengar ketegasan atasannya itu, tangis Eva pecah tak terbendung. Ia langsung berlutut di hadapan Kelvin, suaranya parau memohon.
"Pak… saya mohon, jangan berhentikan saya. Saya janji nggak akan mengulangi kesalahan ini lagi…"
Kelvin berdiri tegak dengan wajah keras, sama sekali tak tergerak oleh tangisan itu.
Di sisi lain, Wilona yang menyaksikan adegan itu merasa hatinya teriris. Tak tega melihat Eva menangis demi mempertahankan pekerjaannya, perlahan ia bangkit dari sofa.
Dengan langkah pelan, ia menghampiri Kelvin lalu menggenggam tangannya erat.
"Sayang, sudah…" ucap Wilona lembut, menatap Kelvin penuh pengertian.
"Kasihan Eva. Dia cuma diperalat sama Viona. Mungkin… dia benar-benar butuh uang, sampai akhirnya terpaksa mengikuti apa yang Viona suruh."
Kelvin menatap mata Wilona yang masih menggenggam tangannya. Sorot lembut di mata wanita itu membuat dinding amarahnya perlahan runtuh. Napasnya teratur, meski wajahnya masih tampak tegang.
Ia kembali melirik Eva yang terisak di lantai, bahunya bergetar hebat karena tangis.
Kelvin menghela napas panjang, lalu berkata dengan suara lebih tenang, "Berdiri, Eva."
Eva mendongak dengan mata sembab, ragu-ragu bangkit dari lantai. "P-Pak…"
Kelvin menatapnya dalam, lalu menoleh sejenak pada Wilona yang masih menggenggam tangannya, sebelum akhirnya kembali menatap Eva dan menarik nafas dalam-dalam.
"Baiklah, ini hanya karena pinta Wilona. Kamu boleh tetap bekerja di sini. Tapi ini kesempatan terakhirmu." suaranya tegas namun tidak lagi sekeras sebelumnya.
Air mata Eva semakin deras, kali ini bukan hanya karena takut, tapi juga lega.
"Te-terima kasih, Pak Kelvin… saya janji, saya nggak akan mengulangi hal seperti ini lagi. Demi Tuhan, saya janji. Dan terima kasih juga, Nyonya Wilona atas pengertiannya."
Kelvin mengangguk tipis, lalu melepaskan genggaman Wilona dengan lembut.
"Tepati ucapanmu. Sekali saja kamu ulangi, aku tak akan ragu untuk langsung memberhentikan mu!"
Eva menunduk dalam-dalam, menyeka air matanya. "Baik, Pak… Saya mengerti."
Sementara itu, Wilona menghela napas lega, lalu kembali duduk di sofa. Dalam hatinya, ia bersyukur Kelvin masih bisa melunak, meski ia tahu betapa kerasnya pria itu terhadap prinsipnya sendiri.
****
Setelah Eva keluar, ruangan itu terasa lebih tenang. Hanya Kelvin dan Wilona yang tersisa. Kelvin duduk di samping Wilona, menggenggam tangannya erat.
"Sayang, maaf… karena aku, kamu harus mengalami semua ini." ucapnya lirih, merasa bersalah.
Wilona tersenyum lembut sambil menggeleng.
"Nggak, ini bukan salahmu. Semua ini karena Viona. Dia terlalu terobsesi sama kamu, sampai berani melibatkan orang lain."
Kelvin menghela napas berat, lalu menarik Wilona ke dalam pelukannya. Ia merapatkan tubuhnya.
"Aku bersyukur bisa memilikimu. Aku berharap masalah ini nggak akan bikin hubungan kita renggang."
Di dalam pelukan hangat itu, Wilona mengangguk pelan sebagai jawaban. Namun, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Perlahan ia melepaskan diri dari pelukan Kelvin, menatapnya dengan raut wajah serius.
"Ohiya, ada yang ingin aku katakan."
Kelvin terlihat kebingungan, penasaran dengan apa yang akan di katakan Wilona.
"Apa, Sayang?" tanyanya lembut.
Wilona menarik napas dalam-dalam, lalu membuka suara dengan hati-hati.
"Sebenarnya…"
...****************...
... ~BONUS VISUAL KELVIN 🥰~...
...----------------...
ANNYEONG YEOROBUN, BAGAIMANA BAB INI? ADA YANG SETUJU EVA DIPERTAHANKAN ATAU DIPECAT SAJA? ADA YANG BISA NEBAK GAK APA YANG AKAN DI KATAKAN WILONA? CORET-CORET DI KOLOM KOMENTAR YUK🥰🌹