Reina, seorang gadis cantik yang sangat mencintai seorang abdi negara dari usia belia hingga sekarang usianya 22 tahun. Reina tetap setia pada cintanya, setia pada sang kekasih yang berhasil menjinakan hatinya.
Akankah kesetian serta cinta yang begitu besar Reina berikan akan terbalas, akan berakhir indah setelah perpisahan mereka selama tiga tahun itu.
Kau bagaikan Sang Elang dan Aku hanya seekor Puyuh
Kau terbang melanglang buana di atas langit sedangkan aku hanya bisa menatap mu dari bawah langit
Siap memiliki,maka harus siap kehilangan!
Kenapa begitu?
Karena begitu cara mainnya
SEBELUM MEMBACA CERITA INI YUK AKU SARANKAN UNTUK MEMBACA CERITA "DUREN SAWIT" DULU YA
KLIK AJA PROFILKU OKE, INI BUKAN SEQUEL TAPI INI CERITA BARU REINA DAN ILHAM
SELAMAT MEMBACA....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu Yang Sudah Tak Terbendung
"Onty Leinaaaa,"
Reina tersenyum manis saat suara sambutan seorang balita gembul tengah berlari padanya, dengan pakaian yang penuh dengan tanah karena balita itu tengah bermain dihalaman samping sendirian.
"Bara bere Onty, kenapa kamu belum mandi huh. Lihat ihhh masa ganteng ganteng bau."
Reina menutup hidungnya pura pura merasa bau, membuat Bara memundurkan langkahnya. Balita gembul itu mengerucutkan bibirnya, matanya menatap sendu pada Reina. Padahal Bara sangat ingin digendong oleh Ontynya itu saat ini, tapi ternyata Ontynya malah menutup hidungnya karena dia bau katanya.
"Bala mau mandi dulu cama naluto,"
Reina tersenyum tipis mendengar nada merajuk keponakan gembulnya itu. Dan saat Bara hendak menjauh darinya dengan cepat Rein menggendong tubuh gempal balita itu.
"Ciee Bara bere bete sama Onty, kamu gak bau cuma gak harum aja. Sini Onty cium kamu, Onty gigit pipinya aaarrrggghh,"
Bara terkikik geli saat pipinya dilahap habis oleh Reina, Reina menggendong Bara masuk kedalam rumah. Dia tidak peduli dengan bajunya yang kotor karena terkena tanah yang ada ditangan kaki serta baju yang Bara pakai.
"Maaaaah!"
Suara seruan Reina sangat terdengar nyaring saat dia dan Bara sudah berada diruang tengah. Namun ternyata diruangan itu tidak ada siapa siapa,saat Rein membawa Bara keruang keluarga dia melihat Papa serta Kakak nya Damar tengah membicarakan sesuatu.
"Mas, Bara ngapain suruh main dihalaman. Lihat, siganteng ini berubah jadi buruk rupa."
Rein membawa Bara kearah Damar dan Papanya, kedua laki laki itu menoleh pada sumber suara.Ternyata mereka melihat Reina tengah menggendong Bara yang sudah cemong serta kotor oleh tanah.
"Ya Allah cucu Opa kenapa kayak gini sih!"
Papa Dellon mengusap dadanya karena terkejut melihat penampilan Bara yang membuatnya beristigfar berkali kali. Cucunya yang satu ini memang beda dari yang lain, disaat bocah seusianya bermain dengan mainan mahal atau gadget dan semacamnya. Bara malah lebih asyik dan senang bermain tanah serta cacing, Bara akan menggali tanah sampai dia berhasil menemukan hewan tak bertulang itu.
Sedangkan Damar terlihat memijit pelipisnya, perasaan dia sudah memandikan Bara barusan saja, tapi sekarang balita gembul itu sudah kotor lagi. Lebih kotor dari sebelum Damar memandikannya tadi.
"Bunda pasti bakalan ngomel kalo lihat wujud kamu kayak gini, ayo Ayah mandiin lagi. Jangan main tanah terus, kotor. Buangin air terus,negara sedang susah ini, jangan bikin susah karena airnya dihabisin sama kamu."
Damar mengomel seperti ibu ibu sembari meraih Bara dari gendongan Reina, Reina dan Papa Dellon yang melihat itu hanya mampu menggelengkan kepalanya. Mereka suka heran dengan Damar dan Bara yang makin kesini makin seperti kucing dan tikus, apa lagi saat memperebutkan Anin dan ditambah lagi siganteng Genta yang masih berusia satu bulan yang akan menjadi pesaing mereka kelak dalam mendapatkan perhatian sang Bunda.
"Pah Rein keatas dulu ya, Oh ya Mama Mana?"
Papa Dellon menyuruput tehnya yang masih panas dengan perlahan "Ahhh panas, Mama lagi didapur,"
Rein menganggukan kepalanya, lalu segera berjalan menuju kamarnya yang ada dilantai dua. Sesampainya dikamar Rein, langsung merebahkan dirinya diatas tempat tidur empuk miliknya. Tangan menjulur untuk menggapai satu pigura yang ada dinakas.
"Aku kangen sama Kakak,"
VISUAL REINA AKU GANTI YA, INI SICANTIK FON SANATUCHAT
SEMOGA KALIAN SUKA SAYANG..
JANGAN LUPA LIKE VOTE DAN KOMENNYAA YAA