Demi keselamatan jiwanya dari ancaman, Kirana sang balerina terpaksa dijaga oleh bodyguard. Awal-awal merasa risih, tetapi lama-lama ada yang membuatnya berseri.
Bagaimana kalau dia jatuh cinta pada bodyguardnya sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kujo monku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 1 : Tentang Sang Balerina
Di atas panggung yang ada di depan sana, nampak seorang gadis bergaun merah muda dengan hiasan pita di atas rambutnya yang sebagai tergerai, sedang melakukan gerakan berputar dengan satu tumpuan kakinya. Gerakan itu disebut Pirouette, yaitu rotasi atau putaran-putaran penuh badan pada satu kaki, pada satu titik atau setengah titik (half-pointe).
Di akhir putaran, gadis itu menundukkan badannya, dengan satu tangan berada di dadanya, datu tangan lagi terangkat ke atas bersamaan dengan satu kaki yang ikut terangkat ke belakang. Gerakan penutup yang mengartikan gadis itu menaruh hormat sekaligus sebagai ucapan terima kasih pada penonton yang sudah menyaksikan pertunjukkannya.
Prok! Prok! Prok!
Suara gemuruh tepukan tangan dan sorakan pujian dari tribun penonton, membuat bintang utama di atas podium ballroom sebuah gedung pertunjukan yang ada di kota paling romantis di dunia tersebut merasa bahagia. Rasa lelah yang dia rasakan setelah menari balet selama dua jam di atas panggung, seakan menguap dan hilang seketika.
"Barvo!"
"Beautifull!"
"Très beau!"
Gadis balerina itu tersenyum puas saat mendengar pujian-pujian tersebut saling bersautan. "Merci! Thank you very much!" Seru gadis tersebut di akhir acara.
Kirana Nisaka Gautama
Gadis cantik bertubuh ramping, seorang balerina yang berusia 32 tahun, yang kepopulerannya sudah mendunia. Kirana memang terlahir sebagai balerina, karena maminya yang cantik jelita, juga merupakan balerina terkenal dulunya dan pensiun setelah mengalami cidera parah.
Beda dengan Kirana. Wanita itu saking fokus dengan cita-citanya menjadi balerina sukses, dia melewatkan salah satu fase hidupnya yang cukup berharga, yaitu jatuh cinta. Belum ada pria yang bisa mendebarkan dan memikat hatinya, meskipun para pria yang mendekat padanya, dari kalangan yang selevel dengan keluarganya atau lebih. Kedua orang tuanya pun, tidak pernah memburunya untuk segera menikah.
Kalau kata maminya, "Jangan menikah karena terpaksa. Menikahlah saat kamu jatuh cinta dan cinta itu terbalaskan."
Kirana yang baru saja masuk ke dalam ruangan khusus tempatnya berias dan istirahat, langsung melemparkan dirinya di atas sofa yang empuk. Kakinya terangkat di atas sofa, membuat keanggunannya hilang. Kakinya begitu pegal dan kemerahan.
Sudah biasa Kirana merasakan hal demikian. Asal tidak cidera, dia masih bisa menahannya.
"Kalau gini, biasanya enak dipijitin Papi." Keluh Kirana sambil mengurut pelan telapak kakinya.
Ketimbang semakin capek, Kirana memutuskan untuk segera menghapus make up nya dan berganti pakaian. Gadis itu ingin segera merasakan empuknya kasur hotel bintang 5 yang memang disediakan untuknya untuk beristirahat dari agensi dan promotor pertunjukkannya.
Jarum jam pun bergeser begitu cepat. Kini hari berganti pagi. Semalam Kirana baru saja menyelesaikan tur dunia pertunjukkan balet terakhirnya untuk tahun ini. Kirana pun yang masih memakai piyama satin berwarna putih mutiara itu enggan untuk bangun dari ranjang empuk di dalam kamar hotel yang dia inapi. Padahal, matanya sudah terbuka sejak satu jam yang lalu.
"Hari terakhir di Paris." Gumam Kirana pada disela bengongnya.
Rencananya, Kirana akan pulang ke negara asalnya, besok. Kirana akan 'hibernasi' sebelum nantinya jadwal kerjanya akan padat kembali. Maklum, kini Kirana sudah menjadi artis papan atas. Beberapa judul film, opera, ragam iklan hingga catwalk dengan brand fashion dunia pun sudah dia lakukan.
"Hmmm, jam 9 pagi. So early to go out. Tapi pengen jalan-jalan juga. Beli oleh-oleh buat mami kali ya."
Kirana sebenarnya masih lelah. Akan tetapi, keinginannya menjelajahi kota yang sebenarnya sudah sering dia kunjungi, serta niatnya membelikan oleh-oleh untuk maminya, tentu saja, Kirana mau tidak mau mulai beranjak dari baringnya.
***
Paris dengan suasananya yang tentram di musim gugur ini. Kirana sudah berkeliling dari satu toko ke toko lain untuk membeli oleh-oleh untuk keluarganya. Tidak hanya untuk kedua orangtuanya, dia juga membeli oleh-oleh untuk kedua adik laki-lakinya.
Ya, Kirana anak sulung dari pasangan Elena dan Alister Gautama. Kirana memiliki dua adik laki-laki yang berjarak 10 tahun, yang bernama Arganta dan Arjuna. Kebetulan, keduanya kembar.
Arjuna yang masih muda juga sudah menjadi musisi dunia sejak usia muda. Sekarang, Arjuna sedang melanjutkan pendidikan di salah satu kampus musik terbaik dunia yang ada di New York. Saat liburan pun, dia juga membantu mengelola studio milik kedua orang tuanya dan juga bekerja sama dengan label musik sebagai produser musik.
Sedangkan kembaran Arjuna yang bernama Arganta, tidak memiliki bakat seni yang menonjol pada dirinya. Sekarang, Ganta, panggilannya, sedang kuliah di Jakarta. Jurusan ilmu komunikasi. Arganta agak sedikit berbeda. Anaknya masih mau asyik-asyik dengan dunianya.
Meski begitu, Kirana sangat menyayangi kedua adiknya. Bahkan, dia sangat memanjakan keduanya. Apapun permintaan sang adik, dia wujudkan dengan usahanya. Meskipun, beberapa kali Kirana mendapatkan teguran dari maminya, tetapi Kirana tetap saja memanjakan kedua adiknya tersebut.
Balik ke Kirana sekarang. Tangan kiri memegang cone es krim yang dia beli di penjual yang ada di dekat hotel tempatnya menginap, dan tangan kanan melihat peta yang terpampang di layar ponselnya, Kirana melangkah dengan pasti ke tempat yang ingin dia tuju. Tidak jauh, ada sebuah kawasan belanja berbagai brand ternama dunia yang kalau di negara asalnya, bisa berharga ratusan juta hingga miliaran.
Berjalan 15 menitan, Kirana sudah sampai di area publik dimana toko-toko berderet rapi dan elegan. Kirana mulai memasuki satu per satu toko yang ada di sana sampai pada akhirnya yang dia ingin beli, sudah berada dalam genggamannya. Tidak sulit bagi Kirana dalam memilih barang mahal itu. Mau tas, sepatu, apparel atau asesoris pun, jiwa sosialita Kirana menggebu.
Meski begitu, Kirana membeli semua isi kantong belanja itu dengan penghasilannya sendiri. Tidak sedikit, tetapi bagi Kirana tidak apa sesekali mengeluarkan uang segitu.
Beberapa waktu kemudian.
Ternyata waktu yang dia gunakan untuk berbelanja sangat panjang. Saat keluar hotel tadi, matahari masih di atas kepalanya. Akan tetapi, saat keluar dari toko, matahari sudah mulai meredup. Jalanan kota Paris di sore hari begitu ramai. Apalagi akhir pekan, banyak wisatawan baik domestik atau asing seperti Kirana tumpah ruah di trotoar khusus pejalan kaki.
Walaupun dia terkenal, Kirana paling tidak suka dengan penjagaan ketat seperti bodyguard contohnya. Sempat kedua orang tuanya memberinya bodyguard wanita. Sayang sekali, bodyguard itu hanya mampu bertahan menjaga Kirana selama 3 bulan.
Kirana terus menyelinap dan mengerjai wanita itu karena dia begitu risih diawasi berlebihan.
Kirana suka berjalan keliling menjelajahi suatu tempat seorang diri. Selama ini dia bisa menjaga dirinya sendiri. Lagi pula, penampilannya selama menjadi 'orang biasa', Kirana sedikit tertutup. Mungkin jika tidak diamati dengan benar, media atau paparazi tidak akan mengira jika sosok itu adalah Kirana.
Sayangnya, keberuntungan Kirana tidak berlaku untuk sore ini. Saat berjalan santai di jalan pintas menuju ke hotel, ada sekumpulan remaja nakal. Sekitar 3 orang menghadang jalannya. Kirana lewat jalan tikus itu hanya mengikuti maps saja.
"Argent!" Salah satu remaja yang berdiri paling depan mengadahkan tangannya ke depan Kirana, diserati wajah tengil yang membuat Kirana mencibir kesal.
Remaja itu berencana memalak Kirana yang terlihat berduit. Dari mana mereka tahu? Ya dari kantong-kantong belanjaan yang dibawa oleh Kirana. Semua berasal dari brand terkenal.
"Je ne veux pas!" Tegas Kirana yang sedikit mengerti bahasa Prancis.
(Aku tidak mau!)
Maklum di keluarga besarnya ada yang dulunya lulusan pendidikan di kota ini. Dia juga sering mendapatkan tawaran manggung juga di Paris, membuat Kirana belajar bahasa lokal negara tersebut.
Remaja yang memalaknya tadi terlihat meludah ke samping. Suara-suara teman-temannya yang berdiri di belakangnya, seperti sedang memprovokasi emosi ketua mereka.
Remaja tadi terlihat menyatukan kedua tangannya. Dia pun mendekat ke arah Kirana yang mulai cemas. Meski begitu, dia berusaha tenang, agar tidak terlihat ketakutan. Semakin dia ketakutan, preman-preman kecil itu pasti akan senang.
Saat mereka semakin dekat, Kirana berteriak dengan kencangnya. Tas belanjaan tadi dia putar hingga mengenai salah satu dari mereka.
Awlanya, remaja-remaja itu hanya ingin menakuti Kirana. Akan tetapi, karena respon Kirana yang diluar ekspetasi, mereka pun jadi kesal. Mereka hendak menyerang balik Kirana. Gadis itu tampak mundur dan celingukan mencari celah untuk kabur. Sayangnya, dia malah terpojok.
"C'mon baby."
Kirana tidak menghiraukan mereka. Matanya tertuju pada ranting pohon yang tergeletak tidak jauh darinya. Kirana menendang burung remaja paling dekat dengannya, lalu dengan gerakan yang lincah dan lentur dia mengambil tongkat itu.
"Aaaaaargggggh! Tu es la fille folle!" Seru remaja yang terkena tendang Kirana tadi sambil memegang selakangannya yang terlindung celana jeans belel.
(Kamu adalah gadis gila!)
"Yes, I am." Kirana langsung memukul ketiga remaja itu membabi buta. Dia tidak peduli ketiganya meminta ampun padanya.
Akhirnya, ada petugas keamanan jalan yang melintas di ujung jalan itu. Petugas itu berlari menghampiri Kirana dan meminta penjelasan. Dikarenaka, Kirana membela diri, Kirana hanya dijadikan saksi dan ketiga remaja itu diamankan oleh kepolisian setempat.
***
Di belahan dunia lainnya, tampak seorang gadis mengepalkan kedua tangannya saat membaca artikel mengenai kesuksesan show dari Karina di Paris. Tidak dia pungkiri, sebagai seorang balerina juga yang bahkan senior Kirana, dia sangat iri dengan pencapaian Kirana. Selama ini, dia sudah berusaha keras dan banyak yang dia lakukan dari yang jalur halal hingga haram pun dia terjang demi mencapai puncak. Sayangnya, lagi-lagi dia kalah dengan juniornya tersebut.
"Sial! Kenapa dia lagi? Kenapa bukan aku yang ada di sana?" Kesal gadis tersebut.
Gadis itu terlihat berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, sambil menggigiti jari-jarinya. Otaknya begitu berisik memikirkan rencana apa lagi yang harus dia tempuh untuk menggantikan posisi Kirana saat ini. Posisi yang semua balerina impikan.
"Sepertinya, aku harus pakai cara lama. Kalau aku tidak bisa menyentuh dia dari luar, maka aku harus menghancurkannya dari dalam. Aha!" Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otaknya.
Dengan tergesa, gadis itu menghubungi seseorang yang bisa dia andalkan untuk melancarkan ide tersebut. Seseorang yang tidak mungkin menolak perintah darinya. Seseorang yang hidupnya pernah ditolong oleh keluarga besarnya di waktu lampau.
Setelah mengancam, gadis itu tersenyum puas saat orang suruhannya akhirnya mau melakukan hal gila yang sudah dia rencanakan.
"Mungkin cara halus dulu, baru lanjut ke cara yang lebih lembut lagi. Ha ha ha ha."
***