NovelToon NovelToon
Beyond The Realm Of Gods

Beyond The Realm Of Gods

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi / Budidaya dan Peningkatan / Mengubah Takdir
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Radapedaxa

Ketika Li Yun terbangun, ia mendapati dirinya berada di dunia kultivator timur — dunia penuh dewa, iblis, dan kekuatan tak terbayangkan.
Sayangnya, tidak seperti para tokoh transmigrasi lain, ia tidak memiliki sistem, tidak bisa berkultivasi, dan tidak punya akar spiritual.
Di dunia yang memuja kekuatan, ia hanyalah sampah tanpa masa depan.

Namun tanpa ia sadari, setiap langkah kecilnya, setiap goresan kuas, dan setiap masakannya…
menggetarkan langit, menundukkan para dewa, dan mengguncang seluruh alam semesta.

Dia berpikir dirinya lemah—
padahal seluruh dunia bergetar hanya karena napasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radapedaxa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1

Suasana hutan pagi itu begitu damai.

Burung-burung kecil berkicau di antara ranting, riuh rendah namun lembut di telinga.

Embun yang masih menempel di dedaunan berkilau terkena cahaya matahari pagi yang baru menembus kabut tipis.

Angin berhembus perlahan, membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang tumbuh di tepi danau.

Permukaan danau itu tenang, begitu jernih hingga bayangan awan tampak melayang di atasnya.

Dan di tepian danau yang hijau itu, duduklah seorang pria muda dengan wajah masam.

Ia memegang sebatang pancing dari bambu yang sederhana.

Benangnya melengkung tenang di permukaan air, namun sudah sekian lama tidak bergerak sedikit pun.

Li Yun menghela napas panjang, pelan dan berat.

“...Nggak dapet lagi,” gumamnya lemah. “Sepertinya ikan pun enggan memakan umpanku hari ini.”

Ia menatap air yang memantulkan wajahnya sendiri — rambut hitam acak-acakan, baju lusuh ala rakyat biasa, dan ekspresi campur antara bosan, lapar, dan sedikit putus asa.

Lalu, dengan nada setengah bercanda, ia menatap langit dan bergumam pelan,

“Ya, perkenalkan. Aku Li Yun. Seperti yang kalian lihat… aku seorang nelayan.”

Ia berhenti sejenak, lalu tersenyum miris.

“Eh, salah. Maksudnya, transmigrator yang entah bagaimana caranya malah nyasar ke novel kultivasi timur yang tadi malam sedang aku baca di laptop.”

Sebuah daun jatuh tepat di kepalanya.

“...Ya, bahkan langit pun mengejekku,” gumamnya kesal.

Beberapa waktu sebelumnya.

Li Yun membuka matanya perlahan. Cahaya terang langsung menampar wajahnya.

“Ugh… silau banget…”

Ia menutup mata lagi, lalu mengerjap beberapa kali. Suara burung terdengar di sekitarnya, dan aroma segar tanah membuat hidungnya sedikit geli.

Ia bangkit perlahan, mengucek mata, dan memandangi sekeliling.

Hutan luas. Pohon-pohon tinggi menjulang. Danau tenang di kejauhan. Tidak ada suara mobil, tidak ada gedung, tidak ada Wi-Fi.

Li Yun membeku.

“…Hah?”

Beberapa detik kemudian, wajahnya berubah dari bingung menjadi tak percaya.

“Apakah ini… aku bertransmigrasi!? Seperti di novel-novel!?”

Senyumnya melebar, matanya bersinar penuh harapan.

“Ini luar biasa! Sudah kuduga aku adalah protagonis sejati! Hahaha!”

Ia segera memeriksa pakaiannya — jubah sederhana berwarna abu-abu kebiruan, mirip pakaian kultivator pemula.

“Perfect. Bahkan bajunya pun udah kayak karakter utama.”

Dengan penuh semangat, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

“Sistem! Aku memanggilmu!”

Hening.

Hanya suara jangkrik dan angin yang berbisik.

Li Yun menatap langit.

“…Mungkin aku salah sebut.”

Ia menarik napas dalam, lalu berteriak lagi,

“Sistem! Aktivasi! Bukalah panel statusku! Halo, sistem! Aku siap jadi OP sekarang!”

Hening lagi.

Li Yun mulai berkeringat dingin.

Dia mengulanginya belasan kali.

Bahkan mencoba gaya anime — berteriak sambil menunjuk langit, menepuk dada, sampai menatap tangan dengan penuh keyakinan.

Namun yang datang hanya… angin.

Dia terdiam beberapa saat.

Lalu berbisik pelan, “...Mungkin aku udah kuat dari awal? Kayak MC yang langsung dewa gitu?”

Ia mengambil pose gagah, menatap pepohonan, lalu berkata dengan khidmat,

“Pukulan Surga!”

Dia mengayunkan tinjunya dengan gaya paling dramatis yang ia bisa.

Tidak ada cahaya. Tidak ada getaran. Bahkan seekor burung pun tidak kaget.

Li Yun menatap tangannya.

“…Apa ini bug dunia?”

Dia mencoba lagi. “Tendangan Petir!”

Diam.

“Tinju Naga Ilahi!”

Angin lewat.

“Serangan Final: Reinkarnasi Langit Ketujuh!”

Burung gagak terbang di atasnya sambil bersuara “Kraa!” seperti mengejek.

Li Yun mematung beberapa detik, lalu perlahan berlutut di tanah.

“...Apa-apaan ini,” desisnya lirih. “Aku nggak punya sistem. Nggak punya kekuatan instan. Nggak punya latar belakang. Bahkan mungkin… aku cuma orang biasa.”

Hening.

Lalu ia menepuk lututnya sendiri dengan keras, seakan baru sadar sesuatu.

“Oh, jadi begini ya. Aku transmigrator sampah.”

Beberapa detik kemudian, ia menatap langit dan berteriak,

“APA APAN INI!? KENAPA AKU NGGAK PUNYA KEKUATAN KHUSUS!? BAHKAN BASIS KULTIVASI PUN NGGAK ADA!? DASAR TAKDIR SIALAN!”

Suara teriakannya menggema di antara pepohonan, membuat sekumpulan burung beterbangan ketakutan.

Beberapa jam kemudian, Li Yun berjalan gontai di jalan setapak.

“Ya ampun… bahkan di dunia baru pun aku tetap jadi pecundang.”

Ia menendang kerikil kecil di depannya.

Kerikil itu memantul ke air sungai kecil di samping jalan, menimbulkan percikan mungil.

“…Minimal sekarang aku tahu aku punya bakat jadi nelayan,” gumamnya muram.

Setelah berjalan cukup lama, ia melihat sebuah kota kecil di ujung hutan.

Sebuah papan kayu besar bertuliskan Kota Qinghe berdiri di pintu masuk.

Li Yun tersenyum lemah.

“Mungkin di sini aku bisa cari petunjuk… atau minimal makanan.”

Kota itu sederhana, tapi ramai. Para pedagang berteriak menawarkan barang, anak-anak berlarian, dan sesekali tampak kultivator muda lewat dengan jubah indah dan pedang di punggung.

Li Yun menatap mereka dengan iri.

“Lihat tuh, bahkan yang lewat aja udah kayak tokoh utama level menengah…”

Lalu matanya menangkap sesuatu — sebuah kios kecil dengan papan bertuliskan:

‘Uji Basis Kultivasi dan Akar Spiritual! Cepat dan Akurat!’

Li Yun menatapnya dengan semangat.

“Oh! Mungkin kekuatanku terlalu dalam, jadi nggak bisa dirasakan biasa! Aku harus tes!”

Ia menghampiri kios itu. Di balik meja duduk seorang pria tua berjenggot putih dengan wajah ramah.

“Anak muda, mau menguji basis kultivasimu?”

“Tentu!” jawab Li Yun penuh percaya diri.

Orang tua itu tersenyum, “Kau sepertinya orang baru, ya? Baiklah, gratis untuk pertama kali.”

Li Yun bersorak dalam hati.

Akhirnya, ada keberuntungan juga di dunia ini!

Sang kakek mengeluarkan sebuah bola kristal berwarna biru muda.

“Letakkan tanganmu di sini. Biarkan bola ini membaca dasar kekuatanmu.”

Li Yun menatap bola itu seperti menatap masa depan.

Ia meletakkan tangannya dengan penuh gaya, lalu berbisik, “Saksikan, wahai dunia. Inilah kekuatan protagonis sejati!”

Beberapa detik berlalu.

Tidak ada cahaya. Tidak ada getaran.

Hanya bola kristal yang tetap bening seperti es.

Pria tua itu mengerutkan kening.

Beberapa saat kemudian, dia terbelalak.

“...Kau… kau tidak punya basis kultivasi sama sekali!”

Li Yun mengedip.

“Hah? Mungkin alatnya rusak?”

Pria tua itu semakin pucat.

“Tidak hanya itu… kau bahkan tidak memiliki akar spiritual!”

Kata-katanya menggema. Orang-orang di sekitar menoleh.

“Tidak punya akar spiritual?”

“Berarti dia sampah di antara sampah!”

“Takdirnya sudah selesai bahkan sebelum mulai!”

Li Yun membeku.

Kata-kata itu menancap di dadanya seperti duri. Ia tersenyum pahit, tapi sudut bibirnya berdarah sedikit.

“...Hidupku berakhir sebelum mulai, ya…” gumamnya.

Pria tua itu menepuk bahunya dengan lembut.

“Jangan putus asa, anak muda. Kadang, orang seperti kita masih bisa hidup tenang tanpa harus berkultivasi. Yang lebih penting, jangan bunuh diri ya.”

Ucapan itu membuat Li Yun makin ingin menangis.

Dia menunduk dalam-dalam.

Tenang tanpa kekuatan? Dunia ini penuh monster terbang dan orang yang bisa menghancurkan gunung dengan jentikan jari!

Ia pergi dengan langkah berat, meninggalkan tatapan iba orang-orang di belakangnya.

Senja mulai turun. Langit memerah, dan bayangan pepohonan memanjang.

Li Yun berjalan menuju tempat dimana ia muncul, menatap kedua tangannya.

“Kenapa aku, sih? Bahkan di dunia fantasi pun aku tetap nggak punya bakat…”

Langkahnya tiba-tiba tersandung sesuatu.

“Aduh! Sialan!”

Ia menunduk, hendak memaki batu penyebabnya.

Namun matanya melebar.

Yang ia injak bukan batu, melainkan sebuah kotak kayu besar setengah tertimbun tanah.

“Perasaan tadi ga ada tuh....Tunggu,” bisiknya pelan. “Apakah ini… harta karun pemula?!”

Matanya bersinar lagi.

“Ini pasti petunjuk! Aku tahu! Ini momen kebangkitanku! Hahahaha!”

Dengan semangat, ia menggali tanah sekitar kotak itu, membuka penguncinya, dan—

BOOOOM!!!

Ledakan cahaya besar meledak di sekitar hutan. Angin menerjang, dedaunan beterbangan, burung kabur ke segala arah.

Li Yun terlempar ke belakang, tubuhnya menabrak pohon dan pingsan sejenak.

Saat membuka mata, ia mendapati dirinya terbaring di halaman sebuah rumah besar bergaya klasik.

Udara di sekelilingnya tenang, harum bunga, dan di kejauhan ada kolam ikan kecil.

Li Yun menatap ke sekeliling, ternganga.

“…Wah. Dapet rumah.”

Ia bangkit perlahan dan menatap gerbang kayu besar di depan halaman.

Sebuah papan kayu tergantung di sana, bertuliskan:

“Kediaman Li.”

Mulutnya terbuka lebar.

“...Kediaman Li? Jadi ini milikku? Seriusan!?”

Ia menatap langit dengan mata berkaca-kaca.

“Ya Tuhan, aku tahu kau cuma bercanda tadi siang! Aku ternyata memang protagonis!”

Namun euforianya tak bertahan lama.

Begitu ia menendang gerbang dengan niat masuk, papan itu jatuh dan mengenai kepalanya.

“OUCH! Dasar rumah sialan!”

Ia menatap halaman itu dengan kesal.

“Jadi ini bukan artefak super, tapi cuma starter pack murahan kayak di game?! Aku ditakdirkan jadi petani gitu!?”

Tapi begitu masuk ke dalam, wajahnya mulai melunak.

Rumah itu memang sederhana, tapi bersih. Ada dua bangunan terpisah — rumah utama dan satu paviliun kecil di samping.

Halaman belakangnya luas, dengan sebidang tanah kosong.

Li Yun berdiri di tengah halaman, angin sore menyentuh wajahnya.

“...Yah, lumayanlah. Minimal ada tempat berteduh. Dunia boleh gila, tapi aku masih bisa hidup damai.”

Ia menarik napas panjang, memandang langit jingga.

Burung-burung kembali ke sarang. Danau di kejauhan berkilau terkena sinar matahari terakhir hari itu.

Li Yun tersenyum kecil.

“Kalau memang aku ditakdirkan jadi orang biasa… mungkin itu nggak seburuk itu.”

Ia menatap tangannya yang kotor, lalu berkata pelan,

“Lagipula, menikmati hidup tenang tanpa konflik merepotkan boleh juga..”

"Setidaknya di dunia ini..aku ingin hidup tenang, kehidupan ku sebelumnya sudah sangat menyedihkan.."

Dan tanpa ia sadari, dari kejauhan, di balik langit senja yang merah,

sebuah cahaya lembut berputar di atas rumahnya — tak terlihat mata manusia.

Energi halus mengalir ke tanah, menumbuhkan rumput dan bunga di sekelilingnya.

Burung-burung berhenti berkicau, seakan memberi hormat pada sesuatu yang tak kasat mata.

1
Kirana
true 😂
Davide David
lanjut thor💪💪💪💪
RDXA: siap laksanakan 🔥
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!