NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:715
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penebusan

Hari itu Luna menjemput Elio yang sudah menyelesaikan bakti sosialnya.

Di perjalanan pulang, mereka kebetulan melihat stand disebuah kedai kecil bertuliskan pamflet "Baca Keberuntunganmu".

Jelas itu seperti tempat ramalan. Mereka memutuskan iseng masuk untuk ingin tahu jalan hidup mereka.

Mereka masuk dan disambut oleh seorang peramal wanita. Didepan meja sang peramal, Luna duduk bersebelahan dengan Elio.

Mereka tampak fokus mendengar setiap kata yang keluar dari bibir si peramal.

"Kalian saling mencintai?". itu terdengar seperti pertanyaan namun lebih ke basa basi.

Elio dan Luna saling menatap dan mereka mengangguk cepat. Peramal itu menarik napas berat.

“Dengan berat hati aku harus mengatakan ini, Kalian tidak bisa bersama.”

Deg. Hati mereka berdua serentak terasa seperti dihantam batu. Pasangan itu hanya bisa saling memandang.

“Hmm, ya itu memang benar. Pekerjaan kami memang tak mengizinkan kami menjalin hubungan,” ucap Luna sambil menyeringai, berusaha terdengar santai.

“Soal profesi bisa saja kalian berhasil melewatinya. Tapi yang lebih besar bukan itu,” potong sang peramal.

Luna langsung menajamkan pandangan. “Apa maksudmu?”

“Aku melihat benang merah antara kalian tidak tersambung,” jawab sang peramal datar.

Luna dan Elio saling berpandangan, menunggu penjelasan.

“Nona, kau tidak bisa menjalin hubungan, apabila kau yang mencintainya duluan ,” lanjutnya.

“Kenapa?” suara Luna cepat, mulai meninggi.

"Itu karena kutukan leluhur ayahmu yang menutup jalan kebahagiaan kalian.”

Wajah Luna mengeras, tak percaya dengan apa yang baru ia dengar.

“Kalian tidak akan bahagia, dan orang yang kau cintai itu akan terus tertimpa kesialan.”

“Apa-apaan itu!” seru Luna, kesal. Tangannya tanpa sengaja menyentak meja di depannya hingga cangkir di atas meja berguncang.

“Sayang, tenanglah.” Elio buru-buru menahan tangan Luna, berusaha menenangkannya.

“Aku hanya tidak menyangka, ada orang yang mencari uang dengan cara begini.” ketus Luna sambil memalingkan muka.

Wanita itu tetap menatap Luna dengan mata yang serius.

“Aku bicara jujur, Nona. Kutukan dari leluhur ayahmu sampai kepadamu. Ingatlah itu.”

Luna enggan mengakuinya, namun apa yang dikatakan si peramal itu ada benarnya. Yang pertama kali jatuh cinta diantara mereka adalah Luna.

***KILAS BALIK***

Kisah cinta Elio dan Luna bermula beberapa bulan lalu. Itu berawal dari hari peringatan seratus hari kepergian ayah Luna.

Seharian itu Luna hanya mendekam di kamar, ia tak ingin beranjak dari ranjangnya.

Brak!!

Pintu kamarnya tiba-tiba terbuka keras. Joan, kakak laki-lakinya berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh amarah.

“Apa ini, Luna?” tanyanya sambil mengangkat selembar kertas yang kusut di tangannya.

Luna tersentak. Ia mengenalinya, kertas itu adalah catatan tentang judul tesisnya yang sudah ditandatangani oleh dosen pembimbingnya, untuk melakukan penelitian di wilayah yang dilanda konflik perang.

“Dari mana Kakak mendapatkannya?” tanyanya kaget.

Baru saat itu ia menyadari ibunya (Ana), berdiri di belakang Joan. Sang ibu terlihat terisak.

"Pasti Mama yang menemukannya, aku benar-benar ceroboh," pikir Luna.

“Apa maksudmu? Kau ingin pergi ke daerah konflik? Mau bunuh diri, hah?” suara Joan meninggi.

Luna menunduk, tak membalas sepatah kata pun.

“Nak, kenapa?” tanya ibunya dengan suara bergetar.

“Aku cuma ingin menyelesaikan kuliahku. Sekaligus menjadi orang yang lebih berguna,” jawab Luna dengan suaranya yang serak.

“Mungkin dengan ilmu ini aku bisa membantu banyak orang. Setidaknya, itu bisa menebus kesalahanku yang mengakibatkan Papa pergi.” katanya sambil menoleh ke dinding, matanya mulai berkaca-kaca.

Ruangan itu hening sejenak. Hanya isak dari Ibunya yang terdengar.

Ayah Luna meninggal akibat kecelakaan. Saat itu kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat. Pertengkaran mereka bagi Luna sudah jadi pemandangan biasa sehari-hari.

Namun hari itu ia tak tahan lagi. Ia mengemasi barang-barangnya dan pergi meninggalkan rumah. Ayahnya mengejar dalam keadaan cemas, tetapi naas, kecelakaan merenggut nyawanya sebelum sempat tiba di rumah sakit.

Sejak itu Luna menanggung rasa bersalah yang tak kunjung padam, hingga ia memutuskan meneliti trauma korban perang sebagai tesis jurusan psikologinya.

Ana melangkah mendekat dan memeluk Luna erat-erat. Dari luar pintu, Gunawan (pamannya) mendengar semua percakapan itu, ia pun ikut melangkah masuk ke kamar Luna.

“Kami paham apa yang kau rasakan,” ucap Gunawan.

“Tapi bukan begini caranya. Kalau kau pergi, bagaimana dengan Mamamu?. Jika ingin menebus kesalahan, masih banyak yang bisa kau lakukan di sini.” lanjutnya.

Luna terisak dipelukan Ibunya. Tangis mereka pecah begitu saja. Joan, yang melihat itu, matanya mulai berkaca-kaca menatap ke atas langit-langit kamar. Seketika dia merobek kertas itu.

“Sudah, tak ada alasan lagi untuk kau pergi,” katanya tegas.

Setelah makan malam, Gunawan dan istrinya, Listi masih berada di rumah itu. Listi menatap Luna dan bertanya lembut

“Luna, bagaimana kalau kau ikut paman saja ke agensi? Kau tahu belakangan ini banyak artis yang memutuskan mengakhiri hidup karena depresi."

Listi melanjutkan, "Orang seperti mereka sebenarnya membutuhkanmu. Tante pikir kau bisa membantu menjaga kesehatan mental mereka.”

Gunawan mengangguk. “Kau tahu, anak-anak sekarang cepat rapuh. Kebetulan di agensi, ada boy group yang debut sudah dua tahun, tapi mereka punya banyak haters. Aku khawatir mereka tertekan. Aku juga tak bisa begitu saja membubarkan mereka.”

Luna menarik napas panjang, menunduk, namun tak memberi jawaban.

Gunawan melanjutkan, “Besok paman akan menjemputmu. Kau belum pernah sekalipun mampir ke gedung baru paman, kan?”

“Baiklah,” jawab Luna pelan.

Mendengar itu, Ana terlihat sedikit lega. Ia menggenggam tangan Luna erat, menaruh harap bahwa di bawah naungan pamannya, Luna setidaknya tak akan pergi ke tempat berbahaya untuk sementara waktu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!