Di daratan yang sangat luas, terbentang lima benua besar yang memiliki ratusan penguasa. Masa dimana peperangan antar kerajaan di mulai, masa dimana penguasa berambisi menguasai daratan. Perang, politik, birokrasi, kekuatan, kekuasaan, romance, dan sejarah peradapan menyatu dalam kisah ini.
ini hanya cerita fiksi belaka, imajinasi yang beradu dengan sejarah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps - 23
Mereka berdua mendekati rombongan suplay itu dari dalam semak-semak.
"Apa rencanamu.?" tanya Marco
"Jarak sombongkan itu ke camp musuh masih sangat jauh. Dan melihat ada 3 gerobak dan di jaga oleh puluhan prajurit, pastinya mereka membawa senjata dan makanan."
"Ah, apa kau yakin.?"
"Hm, ini ujian untuk kita Marco, kita ikuti mereka dari belakang dan menghabisi satu persatu prajurit disana. Kau sebelah kiri, dan aku sebelah kanan. Urutannya mulai dari gerobak paling belakang, lalu tengah, setelah itu paling depan. Habisi mereka dalam kegelapan, matikan obor sebisa mungkin. Oke."
"Aku paham."
Mereka berdua pun bergerak dan berpencar, Rudy mengambil arah berlawanan, ia menyeberangi jalan dan bergerak perlahan mendekati rombongan itu.
Lalu Marco sudah siap di posisinya, tepat di belakang gerobak. Rudy pun memberikan kode untuk membunuh dua prajurit yang ada di belakang.
Dengan gerakan gesit, ia menutup mulut prajurit itu dan menusuk lehernya, JLEB JLEB. keduanya pun langsung tumbang. Rudy langsung bergabung disana,
Didepan, para pembawa barang sedang mengobrol dan menyanyi.
"Wahai prajurit timur, injakkan kaki di tanah leluhur, hentakkan kakimu, angkat senjatamu, lindungi tanah kelahiran, Florensia tak terkalahkan.... " Nyanyia mereka.
Rudy pun memberikan isyarat. Marco langsung bergerak ke kiri gerobak dengan posisi membungkuk, dan Rudy sebelah kanan.
Srak, Srak. "Uuh", " Arrgh"
Saat mereka berhasil menguasai 1 gerobak, Rudy melihat isinya. Dan tanpa disadari oleh prajurit yang ada di gerobak depan, satu persatu prajurit tumbang disana, Bahkan dua gerobak di belakangnya sudah tidak bergerak.
"Berhenti Marco."
"He.? apa yang kau katakan.? tinggal satu gerobak lagi"
"Biarkan dia ke Camp militer, mereka bisa mencurigai musuh jika suplay tidak terkirim. Jadi sisahkan satu saja, dan angkut maya-mayat prajurit itu. Kita bawa ke camp kita."
"Apa? kau gila ya, bagaimana kita bisa membawa dua gerobak sekaligus, apalagi kita tidak punya kuda." sahut Marco.
Rudy tidak menghiraukan nya dan langsung menaikkan jasad prajurit musuh.
"Kita tinggalkan saja mereka disini, dan ambil sebagian makanan saja"
Brek. suara jasad yang di lempar ke atas gerobak.
"Dari pada kau mengoceh seperti itu, lebih baik bantu aku, dan bersihkan darah yang berceceran di tanah."
"Haish"
Mereka berdua pun menderek gerobak itu melalui jalan yang sudah ada. Tapi mereka tidak tau, jalan ke arah camp mereka.
"huh huh, apa kita tersesat.?" tanya Marco
"Sebentar."
Rudy pun mengambil ranting dan menggambar di tanah.
"Kalau aku ingat-ingat, Camp ada disini, lalu kita berburu kesini, jalurnya ada berbelok tapi intinya ke sini, lalu ada camp musuh, dan kita mengikuti jalan kesini. Artinya kita hanya perlu mengambil jalan ke kiri." kata Rudy.
"Aku gak tau jalan pikirmu, tapi ya sudahlah." sahut Marco.
"Hm, gunakan aura di kaki dan tanganmu. itu bisa membantu menarik gerobak tanpa capek-capek." kata Rudy.
"He.? gimana caranya.?"
"Haish, kau hanya perlu memusatkan energi aura ke kaki, fokus dan rasakan energinya."
"Sesimpel itu kah.? baiklah aku coba."
Wing. kaki dan tangan Marco pun bercahaya, sebuah aura keluar begitu saja.
"Nah kan." sahut Rudy.
"Wah kau benar Rudy, kenapa tidak dari dulu ya. hahaha."
Berjam-jam mereka menderek gerobak, sampai akhirnya mereka sampai di camp mereka.
"huh huh, capek sekali, untuk saja aku sudah meningkatkan stamina ku. jika tidak, aku bisa pingsan dijalan." kata Marco.
"Kita tidak bisa membawanya naik ke sana, terlalu berat, jadi angkat satu-satu mayat ini dan buang ke tumpukan mayat."
Marco pun langsung memberikan hormat.
"Laksanakan perintah. hahahah" sahut Marco dan langsung mengangkat jasad itu.
"Hmm."
....
[Camp Musuh]
Prajurit yang membawa gerobak paling depan, sampai di camp. Gerobak itu di derek dengan dua kuda, dan pengemudinya sedikit mabuk.
"Makanan datang." teriaknya. Semua prajurit pun langsung mengerumuninya.
"Wah, akhirnya kita punya stok makanan untuk besok."
Saat di buka, ternyata isinya hanyalah senjata dan tidak ada makanan sama sekali.
"Mana makanannya.?"
"Eh eh.?" sahut prajurit yang mabuk sambil melihat kebelakang.
"Ha.? dimana gerobak yang lainnya.?" sahut prajurit itu.
Karena sudah banyak prajurit disana, ia sendiri tidak mengenali prajurit penjaga yang pergi bersamanya.
"Kalian, kalian pasti sudah mengambilnya kan, kalian sudah mencurinya kan.?"
"Apa yang kau katakan, kau datang kemari hanya membawa satu gerobak, dimana gerobak lainnya.?"
"Tidak mungkin, jelas-jelas ada tiga gerobak. kalian pasti sudah mengambilnya saat aku sampai disini."
"Sialan, kau mau membohongi kami ya, jelas-jelas kau datang hanya satu gerobak."
Keadaan mulai ricuh, bahkan prajurit pembawa suplay hampir di adili masa disana. Sampai akhirnya seorang Kapten datang.
"Berhenti" teriaknya.
"Ah, kapten."
"Ada apa ribut-ribut.?"
"Dia membohongi kita Kapten, katanya dia membawa tiga gerobak yang berisi makanan dan senjata, tapi nyatanya dia datang hanya satu gerobak bersisi senjata."
Kapten itu pun menoleh ke prajurit itu dengan serius.
"Benarkah?"
Prajurit itu langsung berlutut di depan kapten.
"Maafkan saya Kapten, aku benar-benar berkata jujur, ini surat suplay dari markas." kata prajurit itu sambil memberikan surat pengiriman.
Kapten pun membacanya dengan teliti.
"Dua gerobak berisi makanan, satu gerobak berisi senjata, dan 18 prajurit penjaga."
"Hm, lalu dimana dua gerobak lainnya.? itu berisi makanan untuk suplay prajurit selama 1 minggu, dan makanan untuk para pejabat militer disini. Apa kau ingin membunuh prajurit disini.?" teriak kapten.
"Tidak kapten, saya benar-benar tidak tau dimana dua gerobak sisanya. Saat aku sampai disini, tiba-tiba hanya ada satu gerobak saja. Sepertinya ada yang mengambilnya saat aku sampai disini."
"Apa kalian melihat dua gerobak itu.?" tanya kapten.
Senua prajurit pun hanya menggelengkan kepala.
"Tangkap dia, dan cari dimana dua gerobak sisanya."
"Laksanakan perintah."
"Ampuni aku kapten, aku tidak bersalah." kata prajurit itu sambil di seret.
"Sepertinya ada penghianat di antara para prajurit."
....
[Cam Militer - Tempat Rudy]
Rudy dan Marco sudah membuang jasad ke tumpukan mayat dan membakarnya. Lalu, mereka juga mengambil stok makanan dan di pindahkan kedalam tenda.
Dua gerobak yang mereka bawa, di lempar dan di bakar di tumpukan mayat.
"Kita makan enak hari ini Rudy."
"Ya, ada beberapa handuk dan daging. mereka benar-benar kaya memberikan prajurit makanan yang kayak."
"Ah, lalu, kenapa kau membiarkan satu gerobak sisanya.? apa isinya bukan makanan.?"
"Gerobak paling depan, isinya senjata. tapi bukan masalah isinya. Tapi adu domba internal. Mereka pasti kebingungan setelah kehilangan dua gerobak berisi makanan. Melihat pasukan Andorra tidak bisa melakukan hal ini, jadi mereka pasti mencurigai prajuritnya sendiri." jawab Rudy.
"Ah, aku paham. Kau sudah menciptakan penghianat bayangan ya. Hahaha, cerdas sekali kau. Mereka pasti sibuk mencari gerobak sisanya dari pada membahas strategi militer."
"Ya begitu lah. Sebenarnya kita bisa saja membunuh semua penjaga secara terang-terangan. Tapi di masa perang, hal itu tidak efektif. Strategi paling jitu adalah melemahkan pasukan mereka dari dalam. Ya meskipun itu hanya kebetulan si." sahut Rudy
"Hahaha, kebetulan yang beruntung. Sekali dayung dapat dua ikan. Makanan dan penghianat bayangan."
....