Seorang gadis yang berasal dari keluarga sederhana, baru saja lulus SMA. Namun tiba-tiba Ayahnya yang pemabok dan suka main judol, memaksanya untuk menikah dengan saudagar kaya yang memiliki 3 istri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ncess Iren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
1. Perkenalan
Hai apa kabar kalian semua, perkenalkan namaku Alisya. Biasa di panggil orang tuaku dan temen-temenku dengan sebutan Sasa. Lucu juga sih serasa masih kecil aja, padahal seminggu lagi hari kelulusan ku loh.
"Oh iya di sekolah ini aku mempunyai seorang teman, ya namanya Rida dia anaknya rame. Dan poin terakhir dari perkenalanku, aku itu jomblo abadi karena aku tidak pernah pacaran."
Seperti biasa hari itu Sasa pulang dari sekolah, langsung membereskan rumah. Karena sudah sebulan ini ibunya sakit-sakitan, sudah di bawa ke rumah sakit tapi tidak membuatnya lebih baik.
Semakin hari penyakitnya makin parah, oleh karena itulah Sasa sebagai anak perempuan Satu-satunya. Mengerjakan pekerjaan rumah sedangkan adiknya seorang laki-laki, dia masih duduk di bangku SMP.
Ayahnya, Pak Seno itu orangnya temperamen kerjanya serabutan. Kalau anak-anaknya atau istrinya, yaitu Bu Yuni melakukan kesalahan maka siap-siap aja mereka dapat pukulan.
Sasa sering mendapat pukulan, cubitan bahkan juga cambukan dari Bapaknya apalagi kalau dia itu sedang mabok. Semua orang menjadi sasaran, saat ini Ibu Yuni terbaring sakit di atas tempat tidur tubuhnya lemah dan kurus kering.
"Pak, kenapa Ibu ngga di bawa ke rumah sakit?" tanya Sasa di suari hari, bukan tanpa alasan dia berkata begitu karena sudah tidak tega melihat ibunya.
"Kamu pikir rumah sakit itu punya mbahmu? Di bawa ke rumah sakit itu kan butuh biaya!!" bentak Pak Seno, dengan kedua bola mata yang hampir keluar.
"Sasa tau Pak, rumah sakit itu butuh biaya. Tapi sampai kapan Bapak membiarkan Ibu seperti itu?" tanya Sasa, dengan air mata yang sudah berlinangan membasahi wajahnya.
Pak Seno terdiam, sejenak pria paruh baya itu nampak berpikir. Dia masih ingat ketika pertama kali bertemu istrinya, di minimarket perempuan itu memiliki paras yang ayu. Kulitnya bersih rambutnya panjang, matanya bening, tapi setelah Seno menikahinya hidupnya jadi berubah.
Kemiskinan yang menderanya membuat wajahnya, lebih tua dari usianya.
"Baiklah, kamu jaga Ibu kamu dulu, bapak akan mencari pinjaman." ucap Pak Seno, lalu ia pun keluar dari rumah dengan menaiki sepeda motornya.
Sepertinya Pak Seno menuju ke sebuah rumah yang cukup besar di situ, beliau itu orang terkaya di kampung itu yang tak lain adalah rumahnya Pak Yudi. Namun Pak Seno ini tidak tahu, bahwa Pak Yudi itu orangnya sangat keras dan kejam.
Tok
Tok
Tok
Ceklek pintu terbuka seorang pria, berbadan tegak sedang berdiri menatap tajam kearah Pak Seno.
"Siapa? ada perlu apa?" tanya laki-laki itu
"Assalamu alaikum maaf Pak, apakah Pak Yudi nya ada?" Pak Seno malah balik bertanya
"Hmm, dengan siapa ini?" tanya laki-laki itu lagi
"Seno." jawab Pak Seno singkat
"Tunggu sebentar."
"Makasih."
Tanpa menjawab apapun pria itu masuk ke dalam rumah, lalu memberitahukan tentang tamu yang ingin bertemu dengannya. Untungnya si pemilik rumah belum pergi ke luar kota, dan masih ada beberapa hari beliau sedang cuti. Karena kebetulan putranya si Yesaya menyuruhnya untuk, memenuhi panggilan dari dosen. Karena kelakuan putranya itu, menyebabkan anak orang masuk rumah sakit.
"Maaf Pak ada yang mencari Bapak." ucap Anto
"Ada perlu apa." sahut Pak Yudi tanpa menoleh
"Katanya sih ada perlu Pak, sepertinya dia orang miskin." ucap Anto, yang di angguki oleh Pak Yudi.
Akhirnya Pak Yudi melangkah keluar untuk menemui Pak Seno.
"Ehemm." Pak Yudi berdehem, setelah sampai di hadapan Pak Seno.
"Assalamualaikum Pak, maaf kalau saya mengganggu istirahat Bapak." ucap Pak Seno, dengan wajah tertunduk namun dengan sebuah harapan.
"Katakan saja langsung ada keperluan apa, kamu datang kerumahku. Oya nama kamu siapa?" tanya Pak Yudi angkuh
"Saya datang kesini bermaksud mau pinjam uang Pak, nama saya Seno." jawab Pak Seno, dengan kepala yang tetap tertunduk.
"Hemm mau pinjam berapa? kamu punya jaminan apa?" tanya Pak Yudi
"Saya hanya punya rumah kecil dan sepeda motor."
"Kamu punya anak gadis?" tanya Pak Yudi lagi, dan Pak Seno langsung mengangguk. Seketika Pak Yudi tersenyum menyeringai, dan mengangguk-anggukan kepalanya. Kemudian ia melangkah pergi ke belakang, menuju ke kamarnya.
Tak berapa lama beliau keluar lagi, sambil membawa segepok uang berwarna merah. Sesaat lalu uang itu dia lempar ke atas meja, dan Pak Yudi memanggil seorang laki-laki lain lagi dan menyuruhnya mengeluarkan selembar kertas.
Kemudian Pak Yudi menulis beberapa kalimat, di bagian paling bawah ada namanya yang sudah di tanda tangani olehnya. Dan nama Pak Seno berikut kolom buat tanda tangannya, lalu Pak Yudi menyodorkan surat itu ke hadapan Pak Seno.
"Silahkan di baca, kalau sudah mengerti bubuhkan tanda tangan di kolom yang tersedia." ucap Pak Yudi sambil tersenyum menyeringai
Karena Pak Yudi yakin sekali, kalau orang yang ada di hadapan nya ini tidak bisa membaca.
"Sebelumnya maaf Pak saya tidak bisa tanda tangan." ucap Pak Seno sambil tersipu, Pak Yudi tersenyum miring.
"Yaudah gapapa kalau begitu cap jempol aja Pak." sahut Pak Yudi, kemudian menyuruh orang suruhannya untuk mengambilkan tinta. Setelah semuanya beres, dengan senyum sumringah Pak seno segera meninggalkan rumah besar itu.
Dalam hati ia sudah berkhayal yang bukan-bukan, selain untuk berobat istrinya tentu saja dia ingin berjudi dan ber mabuk-mabukan lagi.
"Hemm daripada uang ini untuk mengobati Yuni yang belum tentu akan sembuh, mending uangnya aku pakai buat cari cewek cantik dan minum." gumamnya dengan suara lirih
Sesampainya di rumah ia mendapati putrinya masih betah menonton tv, sebetulnya hatinya kesel berarti malam ini dirinya tidak bisa bersenang-senang.
"Kamu belum tidur Sa?" tanya Pak Seno dengan tatapan yang tidak suka
"Walaikumsalam.. gimana Pak, dapat uangnya? Bapak pinjam sama siapa?" bukannya menjawab, Sasa malah memberondongnya dengan pertanyaan.
"Kamu itu kebiasaan banget ya, kalau di tanya malah nanya balik." jawab Pak Seno
"Hehe.. iya maaf Pak, tapi Bapak dapat kan uangnya?" Sasa mengulangi pertanyaan nya, yang tadi belum di jawab oleh Bapaknya.
"Iya nih besok bawa Ibu kamu berobat ya, tapi maaf Bapak tidak bisa antar. Bapak ada kerja." sahut Pak Seno, sambil menyodorkan beberapa lembar uang berwarna merah.
Sasa yang tidak menaruh curiga pun, mengambil itu dengan wajah berbinar. "Alhamdulillah akhirnya Bunda bisa berobat." gumamnya, setelah itu ia berlalu menuju ke kamarnya karena kebetulan matanya juga sudah sangat mengantuk.
"Terimakasih ya Pak, kalau gitu Sasa mau tidur dulu. Besok Sasa akan bawa Bunda berobat, ngga papa kalau Bapak sibuk. Sasa bisa minta bantuan mang Sarno." ucap Sasa, sambil berlalu meninggalkan ruang tamu.
"Ada untungnya juga punya anak yang polos, hanya dikasih uang yang tidak ada seperempatnya pun dia sudah senang." gumam Pak Seno, setelah Sasa sudah masuk ke kamarnya.
Tapi tidak pernah memikirkan bagaimana cara mengembalikan uang itu, yang jumlahnya cukup banyak.
*Oke sampe disini dulu untuk part awal dari cerita ini, semoga saja kesana nya banyak plot twist nya terimakasih bye*
[ ncess ]