NovelToon NovelToon
Istri Kecil Dokter Dingin

Istri Kecil Dokter Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Duda / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua / Dokter
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alin Aprilian04

Amira, wanita cantik berumur 19 tahun itu di jodohkan dengan Rayhan yang berprofesi sebagai Dokter. Keduanya masih memiliki hubungan kekerabatan. Namun Amira dan Rayhan tidak menginginkan perjodohan ini.

Rayhan pria berumur 30 tahun itu masih belum bisa melupakan mendiang istrinya yang meninggal karena kecelakaan, juga Amira yang sudah memiliki seorang kekasih. Keduanya memiliki seseorang di dalam hati mereka sehingga berat untuk melakukan pernikahan atas dasar perjodohan ini.

Bagaimana kisah cinta mereka selanjutnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin Aprilian04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pingsan

"Diam, Amira. Atau aku akan berbuat kasar!"

"Kamu gila, Noah. Kamu jahaatt!" Amira berteriak, air matanya kini luruh membasahi pipinya. Ia tahu bahwa semua ini adalah akibat dari dosa-dosanya pada orang tua dan juga suaminya.

"Terserah katamu, yang pasti aku ingin menikmati mu hari ini!"

"Tolooonngg, tolooonnngg!" Amira berteriak.

"Shuuttt, jangan berisik. Percuma tidak akan ada yang mendengar!"

Noah menurunkan tubuh Amira di rumah kosong itu. Ia membuka paksa jilbab Amira hingga kini terlihat rambut coklat dan panjang terurai indah itu. Noah pun menyeringai jahat, ia mengungkung tubuh Amira dan hendak mencium gadis mungil itu.

"Toloonggg!"

"Euh!"

Amira menendang benda berharga milik Noah, membuat pria itu kesakitan. Amira berlari dengan kencang, namun lagi-lagi Noah kembali menangkapnya.

Plak

Satu tamparan keras kini bersarang di pipi Amira, membuat tubuh Amira terhunyung ke belakang dan sudut bibirnya mengeluarkan sedikit darah. Amira seketika terkejut kala Noah kini membuka kemejanya. Pria itu menatap lapar dirinya seperti singa yang hendak menerkam mangsanya. Amira beringsut mundur memapah tubuhnya. Ia menggelengkan kepalanya kuat, raut wajahnya penuh dengan ketakutan. Seluruh tubuhnya bergetar. Ia terus menyebut asma Allah dalam hatinya.

"Jangan macam-macam, Noah!"

"Kamu kira aku akan mengabulkannya? Semakin kamu berontak semakin aku merasa tertantang!" Noah menghampiri Amira, ia mengungkung tubuh Amira hingga wanita itu tak bisa bergerak sama sekali.

"Toloooonngg!" Amira berteriak dengan kencang. Sekuat tenaga ia melawan, namun tenaganya jelas kalah jauh dengan pria bertubuh tinggi itu.

"Tolooongggg!"

Noah semakin gencar hendak menciumnya.

Buk buk

Tiba-tiba seseorang datang menyelamatkannya. Pria bertubuh tinggi dengan jaket berwarna hitam  memukul Noah tanpa ampun. Tangan besarnya memukul rahang kokoh Noah berkali-kali hingga Noah tersungkur ke tanah.

"Berani-beraninya kamu mengganggu milikku!" Kaki Rayhan menendang tubuh Noah tanpa ampun.

"Aaarrgggg, ampun!" Noah tak bisa melawan, ia kalah telak. Pukulan Rayhan sangat keras meluluhlantakan tubuhnya.

"Laki-laki brengsek seperti mu harus di beri pelajaran!"

Buk buk

Rayhan seolah belum puas, baru kali ini ia memukul orang lain. Dadanya terasa sesak melihat istrinya hendak di lecehkan. Pukulan demi pukulan keras yang di layangkannya membuat Noah seketika tak sadarkan diri dengan bibir yang mengeluarkan darah segar.

"Laki-laki kurang ajar!" Teriak Rayhan seperti kesetanan. Amarahnya memuncak, kobaran api rasanya menjalar ke sekujur tubuhnya.

"Stop, Ray. Dia bisa mati!" ujar Rasyid.

"Aarrgghh!" Teriak Rayhan kembali menendang perut Noah.

Rayhan pun berhenti memukul pria itu yang telah melecehkan istrinya. Raut wajahnya di penuhi semburat kemarahan.

"Aku takut, Kak!" Amira menangis, ia memeluk Rasyid yang kini ada di hadapannya. Menenggelamkan wajahnya di dada bidang sang Kakak. Tangannya mencengkram punggung sang Kakak melampiaskan rasa takutnya.

"Tenang ada Kakak disini!" Rasyid mengusap kepala Amira. Ia merasa iba dengan penampilan sang adik yang penuh dengan luka lebam di wajahnya.

"Apa ada yang sakit?" Rayhan berjongkok menatap Amira dengan perasaan sedih. Tangannya mengusap darah di sudut bibir kemerahan itu tak tega.

Amira menggeleng kuat, ia kini beralih memeluk Rayhan. Merasa berdosa pada pria yang sudah menjadi suaminya ini. Yang selama ini jelas-jelas selalu menjaganya.

"Aku takut, Mas. Aku takuutt!" Amira menangis di pelukan Rayhan.

"Ada Mas disini, semuanya aman." Rayhan mengelus-elus pundak Amira.

"Dia jahat, Mas. Amira takuttt!"

"Shuttt, sayang. Sekarang kamu aman." Rayhan mengecup puncak kepala Amira beberapa kali.

"Kita pulang sekarang, okay?" Rayhan kini menatap wajah Amira yang begitu kacau. Tangannya mengelus lembut air mata di pipi istrinya tersebut. Hatinya sakit melihat wanita yang selalu ia jaga menjadi babak belur seperti ini.

Amira mengangguk, Rayhan pun membantu Amira berdiri. Namun baru dua langkah berjalan, Amira tak kuat menopang tubuhnya. Kakinya lemas, pandangannya kabur. Dan berakhir tak sadarkan diri di pelukan Rayhan.

"Astagfirullah!"

"Hey, Amira!" Rayhan menepuk pelan pipi sang istri  dengan perasaan cemas.

"Amira!" Rasyid khawatir, matanya berkaca-kaca menatap Amira tak tega.

"Dia pasti trauma, Ray. Kita bawa ke Rumah sakit saja sekarang!"

Rayhan segera mengangkat tubuh Amira ke dalam pangkuannya. Rasyid membukakan pintu mobil. Dan kini Amira berada di pangkuan Rayhan.

***

Rayhan menatap nanar wanita yang saat ini tengah terbaring di atas ranjang. Ia memasang infusan pada tangan mungil nan halus itu. Wajah Amira terlihat sangat pucat, bahkan bibirnya terlihat memutih. Bagian wajahnya terlihat lebam dan membiru akibat pukulan yang di layangkan Noah.

Ummi Salma dan juga Abi Rafiq kini meratapi putri kesayangannya. Setelah di beri tahu kejadian ini, keduanya seperti di sambar petir di siang bolong.

Abi Rafiq duduk di sebelah sang putri, ia menggenggam tangan Amira dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya hancur melihat anak yang selalu ia jaga selama ini di lecehkan oleh seorang pria. Ketakutan terbesarnya selama ini ternyata menjadi kenyataan.

Sedangkan Ummi Salma sejak tadi terus saja menangis. Wanita lemah lembut itu tak henti menggenggam tangan sang putri. Ia merasa khawatir akan terjadi apa-apa pada Amira.

"Kenapa bisa terjadi seperti ini, Nak?" Abi Rafiq menatap sang menantu.

"Rayhan gak tahu, Bi. Saat itu Amira ikut ke Rumah Sakit, dan pulangnya kami mampir dulu ke Masjid untuk shalat. Amira menyuruh Rayhan untuk duluan masuk ke dalam mesjid, dan setelah masuk ke dalam mobil lagi Amira sudah tidak ada, BI."

"Ya Allah!" Abi Rafiq mengusap wajahnya gusar.

"Untungnya Kakak dari dulu melacak Amira dari handphonenya, Bi. Jadi kemanapun Amira pergi Kakak tahu. Kalau ngga, Kakak gak tahu Amira bakal selamat atau ngga!"

"Alhamdulillah, Ya Allah engkau masih menjaga anakku!" Gumam Ummi Salma.

"Insyaallah, Amira gapapa, Mi, Bi. Hanya luka lebam di wajahnya. Dan itu insyaallah tidak akan fatal," ujar Rayhan yang memeriksa Amira.

"Beneran gapapa kan, Nak?" Ummi Salma bertanya.

"Iya, insyaallah, Mi. Cuman mungkin akan ada rasa trauma yang cukup mendalam. Tapi insyaallah Rayhan akan membantu menyembuhkannya."

"Makasih yaa, Nak." Ummi Salma mengusap lengan Rayhan.

"Alhamdulillah Amira masih bisa terselamatkan, Mi, Bi. Pria itu inshaallah belum berbuat macam-macam sama Amira. Allah masih melindungi dia!" ujar Rasyid.

"Alhamdulillah!" Abi Rafiq yang tadi terlihat sangat hancur kini sedikit tenang.

"Ini semua bukan salah Rayhan,  Abi ataupun Ummi. Ini kecerobohan Amira. Semoga ini menjadi pelajaran besar baginya. Titik baliknya untuk kembali berubah seperti dulu," ujar Rasyid.

"Amiin." Semua orang mengaminkan.

***

Jam kini menunjukan pukul 02 malam. Amira baru saja terbangun, manik mata indah itu pun terbuka perlahan. Amira sadar, ia menatap ke sekelilingnya dimana semua orang sedang tertidur. Dan ia sedikit terkejut melihat Rayhan yang tengah tertidur di sebelahnya menjaganya. Tangan kanan pria itu menggenggam tangannya.

Tanpa sadar Amira tersenyum, ia menatap pria berwajah tampan itu yang tampak kelelahan. Ia teringat akan kejadian tadi dimana Rayhan menyelamatkannya. Rasa haru dan kagum kini seketika saja bersarang di hatinya.

Tangan Amira mengelus rambut Rayhan, hingga tak lama kemudian pemilik rambut lebat itu terbangun dari tidurnya.

"Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Amira!" Rayhan mengusap wajahnya, menyesuaikan dirinya yang masih di liputi rasa kantuk.

"Iya, Mas!" ujar Amira.

"Bagian mana yang sakit hmmm?" ujarnya lembut.

"Alhamdulillah gak, Mas. Cuman badannya aja yang lumayan linu."

"Alhamdulillah kalau gitu," Rayhan menatap Amira terus menerus dengan tatapan yang penuh rasa bersalah.

"Ngapain si liatin terus, Mas?" Amira mengusap wajah Rayhan kasar.

"Nggak, kamu cantik!" Rayhan tersenyum, sebisa mungkin ia tak mau membahas kejadian itu agar Amira merasa aman.

"Ish, mulai deh gombal!" Amira mendelik kesal.

"Jutek amat sih!"

Amira mengerucutkan bibirnya. Namun berbeda dengan hatinya yang saat ini terasa bergetar tak karuan.

***

Amira menatap jam dinding di kamar rawat rumah sakit VVIP itu. Terlihat jam masih menunjukan pukul 03 malam hari. Ia baru saja terbangun dari tidurnya dan melihat sang suami sedang membaca Al-Quran. Tak seperti biasanya, kali ini ada getaran dalam hatinya ketika mendengar ayat-ayat suci Al-qur'an. Seolah-olah ada panggilan dalam hatinya untuk ingin kembali ke jalan Allah. Ia merasa selama ini sudah terlalu jauh. Sudah banyak maksiat yang ia lakukan. Sehingga Allah memberinya pelajaran lewat ujian semalam.

Rasa hangat dalam hati ketika mendengar ayat-ayat Allah itu kembali menggema di dadanya. Hatinya berdesir hebat kala nama Allah di sebutnya. Sehebat apapun dosa yang di perbuat, Allah tidak pernah membenci. Bahkan menegur untuk kembali pada jalan yang benar.

Amira berjanji pada dirinya sendiri akan berubah menjadi manusia yang lebih baik. Setidaknya ia akan kembali pada dirinya yang seperti dulu. Teguran ini cukup mengingatkannya bahwa jauh dari Allah hidup akan sangat berantakan. Tak ada kedamaian dan penuh dengan permasalahan.

Amira lalu menatap laki-laki yang menjadi suaminya itu tampak konsisten menjalankan shalat tahajud dimanapun dan kapanpun. Pria itu tampak khusuk beribadah dengan kaos oblong dan juga sarung berwarna coklat kesayangannya. Mata Amira berbinar, benar kata orang tuanya bahwa mereka tidak akan memilihkan yang buruk baginya. Mereka akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi anaknya.

Amira akan berusaha untuk belajar mencintai Rayhan, karena untuk menaruh seseorang dalam hati tak semudah itu. Harus ada proses di dalamnya. Namun ia akan berusaha membuka hati  meski sulit rasanya.

"Assalamualaikum warahmatullah!"

Rayhan menyudahi shalatnya. Lalu Amira melihat pria itu berdo'a mengadahkan tangannya pada sang pencipta.

"Ya Allah, berkahilah rumah tangga kami. Berikanlah hidayah pada istri hamba. Berikanlah kelembutan dalam hatinya. Hadirkan cahaya iman dalam jiwanya. Hamba ingin menjalani rumah tangga yang penuh kedamaian dan terdapat Rahmat di dalamnya. Ya Allah engkau maha membolak-balikkan hati manusia, engkau yang memiliki kendali atas semuanya. Kumohon gerakanlah hati istriku. Dan mampukan aku untuk mendidiknya menjadi pribadi yang lebih baik."

Amira menitikan air mata mendengar keluhan do'a sang suami. Tak menyangka jika pria itu benar-benar begitu baik. Selama ini memang hatinya saja yang kotor, yang menatap Rayhan penuh kebencian.

Pria itu kini terlihat menghampirinya, Amira pura-pura tertidur memejamkan matanya. Dan betapa terkejutnya ia saat bibir Rayhan kini mengecup keningnya.

Deg

Jantung Amira terasa berdetak lebih kencang. Pertanda apakah ini?

"Semoga jadi istri shalihah!" ujarnya.

Amira tertegun, matanya kembali mengeluarkan cairan bening.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!