NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:50k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

1. Jejak Pertama-- Warisan Yang Terbangun

Hujan menetes malas di luar jendela, mengetuk pelan balkon kamar yang belum lama ditempati Aylin dan Akay. Tirai tipis menari diterpa angin laut, membawa masuk aroma garam dan dingin yang menusuk kulit.

Aylin berdiri di sana, membiarkan embun mengaburkan pandangannya ke kota yang belum sepenuhnya tidur. Jaket tipisnya setengah terbuka, tapi ia tak menggigil—bukan karena udara yang hangat, melainkan karena pikirannya terlalu riuh untuk merasakan dingin.

Di tangannya, sebuah liontin kecil tergenggam erat. Glow in the dark—bercahaya samar dalam remang. Warisan satu-satunya dari kakek yang tak sempat ia kenal dekat, tapi jejaknya selalu terasa… seolah waktu hanya menunda pertemuan, bukan memutuskan ikatan.

Ibu jarinya perlahan mengusap permukaan liontin itu. Tua. Bergores. Tapi bersih. Seperti sesuatu yang terus dijaga… meski tak selalu dipahami.

"Apa kau benar-benar meninggalkan sesuatu untukku, Kek?" batinnya lirih. "Atau cuma nama dan kutukan yang harus kutanggung seumur hidup?"

Ingatan Aylin kembali pada saat ia pulang ke rumah neneknya satu minggu lalu, tiga hari sebelum pesta pernikahannya.

“Masih sama... bau kayu tua, debu, dan lilin lavender kesukaan Nenek.”

Langkah Aylin menyusuri lorong rumah tua bergaya joglo itu. Setiap derit lantai seperti menyapa dengan kenangan. Rumah ini memang sudah lama ia tinggalkan sejak nenek Ros meninggal. Hanya beberapa pelayan yang merawatnya. Tapi entah kenapa malam ini, beberapa hari sebelum pesta pernikahannya dengan Akay, dia merasa harus datang. Sendirian.

“Harusnya aku bilang ke Akay… tapi dia pasti bakal nyuruh pengawal lagi,” gumamnya pelan.

Dia berhenti di depan pintu kamar neneknya. Tangannya sempat ragu sebelum mendorongnya pelan. Hembusan udara dingin menyambutnya. Tidak ada yang berubah. Rapi, bersih, seakan nenek Ros baru pergi kemarin.

“Kenapa aku malah ke sini?” tanyanya sendiri sambil menyapu pandangan ke sekeliling. Lalu matanya jatuh pada satu titik.

Lukisan tua.

Bingkainya masih sama. Tapi... mata Aylin tertuju pada boneka Semar kecil di bawah lukisan itu. Boneka aneh yang selalu dibersihkan Nenek tiap pagi. Terutama bagian jempolnya.

“Biar dia tetap ngasih restu,” Aylin menirukan nada neneknya sambil tersenyum kecil. “Aneh banget sih, Nek.”

Aylin mendekat. Iseng, dia menempelkan jempolnya ke jempol boneka.

KLIK!

“Apa tuh?” Dia melompat kaget.

Lukisan bergeser. Sebuah celah di dinding terbuka perlahan. Brankas. Tapi… lebih mengejutkan lagi, brankas itu langsung terbuka. Seolah… memang sedang menunggunya.

“Gila... ini kayak film banget.”

Dengan napas tak stabil, Aylin mengintip ke dalam. Hanya ada satu liontin glow in the dark dan selembar catatan lusuh. Ia mengambil keduanya. Tangannya sedikit gemetar saat membuka catatan itu.

"Hanya liontin ini dan darah cucuku yang bisa membuka rahasia yang terpendam—rahasia yang akan mengguncang dunia gelap dan terang."

“Cucuku…? Maksudnya… aku?”

"Aku adalah cucu satu-satunya dari pihak kakek. Nenek selalu bilang begitu."

Aylin mundur setapak. Kepalanya mulai penuh. Dongeng masa kecil menyerbu seperti ombak.

"Aylin, dengarkan nenek. Kakekmu adalah orang yang mengubah jalannya dunia... dia tidak hanya dikenal di dunia terang. Tapi juga di dunia yang gelap, dunia yang tidak pernah kamu tahu..."

Neneknya bercerita tentang kakek yang katanya bisa mengendalikan dunia gelap dan terang. Pria pemberani yang memimpin bayangan dan cahaya. Semua cerita itu… selalu dikira fiksi. Cuma bumbu pengantar tidur.

“Jangan bilang... semua itu nyata, Nek?”

“Jika ini benar... berarti semua yang nenek ceritakan, mungkin adalah kenyataan.”

Pikirannya berputar liar. Nenek Ros tak pernah benar-benar melarangnya ikut balapan liar. Bahkan kadang kasih uang tambahan kalau menang.

Dan pelatihan itu…

Pria-pria tua yang diam-diam melatihnya bela diri, menembak, mengoperasikan senjata…

“Aku tak bisa membiarkanmu terjebak dalam dunia itu. Tapi jika itu yang kamu pilih, aku akan pastikan kamu bisa bertahan di dunia yang berbahaya itu.”

Begitu kata neneknya waktu itu, tanpa rasa takut.

“Aku kira cuma biar bisa jaga diri. Tapi... ternyata...”

Aylin memandang liontin di tangannya. Dunia yang ia kenal selama ini... terasa seperti bohong.

“Kalau semua ini benar… aku siapa?”

Brummm!

Suara mobil terdengar dari luar. Akay. Aylin belum bergerak. Matanya masih terpaku pada liontin di tangannya.

Untuk pertama kalinya… Aylin merasa takut.

Bukan karena balapan, bukan karena kejaran polisi. Tapi karena rahasia besar yang baru saja ia buka—dan mungkin akan mengubah segalanya.

Kembali pada saat ini

Pintu balkon bergeser. Tanpa suara. Tapi Aylin tahu dia datang.

"Belum tidur?" tanya Akay pelan. Suaranya berat, dalam, tapi tidak memaksa.

Aylin tak menoleh. "Kalau aku bilang, aku belum siap jadi istrimu… kamu akan mundur?"

Butuh waktu beberapa detik sebelum Akay menjawab, "Terlambat. Aku sudah jadi suamimu. Mundur bukan pilihan."

Hening.

Aylin menghela napas. "Aku keras kepala. Susah diatur. Dan aku benci lelaki pengkhianat."

"Lucu," Akay mendekat. "Kamu sudah menikahi satu."

"Karena nenekku maksa," gumamnya, menahan getir, mengingat neneknya yang telah berpulang. "Dia menikahkan aku dengan orang yang tak aku kenal sama sekali. Pria bermulut pedas dan otoriter yang menyebalkan."

Akay menyunggingkan senyuman penuh arti. Ia memeluk Aylin dari belakang dan berbisik, "Oh, ya? Tapi sekarang mulutku tidak pedas lagi, tapi cuma sama kamu." Akay mengecup leher Aylin lembut, hangat, tapi membawa getaran hasrat.

Aylin merasa bulu kuduknya meremang. Tapi berusaha bersikap biasa saja. "Kalau kamu cuma kasihan, aku minta jangan pura-pura cinta. Aku tahan hidup sendirian, tapi aku nggak tahan ditinggalin," suara Aylin pecah. "Ayahku ninggalin ibuku demi wanita lain. Dia nggak pernah peduli aku hidup atau mati."

Akay menatapnya lama, lalu bicara pelan.

"Kalau kamu takut aku akan kayak ayahmu, kamu salah orang."

Aylin memalingkan wajah, menahan sisa luka yang menggenang di matanya.

"Ay, aku tahu kamu liar. Pemberontak. Ganas. Tapi kamu juga jujur. Kuat. Dan... istimewa."

"Kata siapa?"

"Kata aku." Senyumnya nyaris tak terlihat. "Dan aku nggak akan pergi."

Aylin tersenyum masam. "Aku sudah membawamu dalam bahaya saat balapan kemarin. Aku tak ingin kau terseret lagi dalam bahaya karena aku."

Akay memutar tubuh Aylin hingga mereka saling berhadapan. "Hidup ini nggak selalu mulus dan lurus. Bahkan jalan tol pun nggak bisa tetap lurus. Meski kau menjauhkan aku karena takut aku terseret bahanya karenamu, aku akan tetap kembali ke sisimu. Aku tak akan meninggalkan kamu seperti ayahmu. Percayalah, aku akan tetap disampingmu... apapun yang terjadi. Hidup dan mati."

Aylin terdiam. Ia menatap Akay dalam seolah mencari kebohongan di sana. Tapi ia tak menemukannya. Hanya ada cinta dan ketulusan di sana.

Dalam hati ia bergumam, "Apa aku harus menceritakan tentang liontin ini pada Akay?"

Akay menarik Aylin ke dalam pelukannya seolah tak tahan lagi melihat jarak di antara mereka. Tanpa peringatan, ia mengangkat dagu Aylin, menatap dalam mata yang selalu membuatnya gila.

“Kamu bikin aku kehilangan kendali,” desisnya.

Belum sempat Aylin berkata apa-apa, bibir Akay sudah membungkamnya. Bukan sekadar ciuman, tapi ledakan—seperti sumbu yang akhirnya terbakar setelah terlalu lama dibiarkan kering.

Tangan mereka saling mencengkeram, menarik satu sama lain lebih dekat, lebih dalam. Tidak ada ruang tersisa, hanya desir napas dan suara rintih kecil yang lepas dari sela keintiman.

Ciuman itu bukan karena nafsu. Tapi karena butuh. Butuh diyakinkan, butuh dimiliki, butuh dipercaya.

Dan di balik sentuhan bibir itu, ada janji yang tak terucap: Aku di sini, untuk kamu.

Dan saat Aylin memejamkan mata, ia tahu… ia sudah jatuh terlalu dalam. Tapi entah kenapa, untuk pertama kalinya, ia tak ingin diselamatkan.

Mereka bukan lagi dua orang asing yang disatukan perjanjian. Di detik itu, mereka adalah dua jiwa yang saling mencari—dan akhirnya menemukan.

Kilat menyambar di kejauhan, namun tak bisa mengalihkan perhatian dua insan yang saling menyecap keindahan dalam hubungan intens mereka.

Di dalam kamar, ponsel Akay bergetar. Sebuah pesan masuk—tanpa nama.

“Liontin glow in the dark adalah kuncinya. Jangan biarkan mereka tahu lebih dulu.”

...🔸🔸🔸...

..."Bukan perjanjian yang menyatukan, tapi kerinduan yang tak pernah bisa dijelaskan."...

..."Saat dua jiwa saling mencari, pintu neraka pun akan dilewati."...

..."Nana 17 Oktober"...

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Fadillah Ahmad
Yang Ini Juga Kak Nana, kalimatnya juga berulang kak. 🙏🙏🙏
Fadillah Ahmad
Kak Nana, Kok Kalimatnya Berulang kak? Apa memang Seperti itu kak?
abimasta
hannya darah wardhana yang bisa membuka pintunya
Siti Jumiati
selalu q tunggu episode selanjutnya ya ka
Anonim
dipandu oleh Kazehaya dan Emeli mereka semakin masuk ketujuan.
Tim tidak boleh sembarangan menyentuh dinding bisa berakibat fatal.
Pasukan Black Nova dengan Tereza dan pasukan Balthazar dengan pria bertato tribal sudah menuju jalur yang Aylin dan Tim lalui. Semoga ada mahkluk yang bangkit lagi untuk mengacaukan dua musuh tersebut biar kocar kacir /Facepalm/
Semoga segera ditemukan formula tersebut secara yang berhak sudah ditempat yaitu Aylin.
Puji Hastuti
Tetap solid team nya aylin, go go go
Puji Hastuti
Apa yang akan terjadi selanjutnya,???
phity
hanya aylin yg bisa membuka selanjutnya....
Nana Colen
lanjut lagi thooooor
abimasta
nusuh sudah mengintai hati2 aylin dan team
Puji Hastuti
Akan ada ketegangan lagi
Felycia R. Fernandez
semoga kalian dimakan ikan monster 😆😆😆😆
tamat 1 musuh Aylin
Felycia R. Fernandez
untuk sementara???? 🤔🤔🤔🤔
Felycia R. Fernandez
maksa banget ya...
Felycia R. Fernandez
😆😆😆😆😆
Felycia R. Fernandez
berenang tenang,udah kek Godzilla aja nih ikan monster 😅
Siti Jumiati
lanjut kak udah penasaran dengan kelanjutannya,tidak bisa ditebak,kakak emang keren./Good/
Hanima
lanjut kk
Anonim
CEO Muda Black Nova tak mau tahu apapun perintahnya mesti dijalankan oleh anak buahnya tanpa boleh ada alasan apapun.
Balthazar menginginkan formula didapatkannya lebih dulu wkwkwk...yang masuk ke area penyimpanan formula Aylin dan tim, gimana Balthazar mau lebih dulu mendapatkannya.
Pria bertopeng ini seakan sebagai penadah saja wkwkwk....menunggu di hasil akhir /Facepalm//Facepalm/
Kalau kapal selam Black Nova dan kapal selam Balthazar benar-benar tabrakan tamat ya ...masih aman tidak tabrakan/Facepalm/
Pasukan Black Nova meluncur keluar dari kapal selam.
Pasukan Balthazar disuruh Balthazar ikut keluar dari kapal selam mengikuti apa yang dilakukan pasukan Black Nova. kurang kreatif ini Balthazar /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Felycia R. Fernandez: aku berharap tadinya kapal mereka saling bertabrakan waktu di serang ikan monster ,biar mengurangi musuh musuh yang ngejar Aylin 😆😆😆
total 1 replies
Anonim
Neil emosi mengetahui Kazehaya tahu jalan menuju laboratorium.
Dengerin tuh Neil apa yang dijelaskan sama Kazehaya yang pernah bekerja di Laboratorium. Memang jalannya harus kembali ke reruntuhan dulu Neil...emosi amat nih pak tua.
Tanpa peta ya tidak tahu di mana letak formula kedua. Neil ini menyebalkan sepertinya ada maksud tersendiri. Kazehaya jelas setia sama Wardana terbukti dari awal mendampingi Aylin. Neil kan baru muncul di sesi yang Aylin mesti butuh perlindungan dan Andi-lah yang ditunjuk melindungi Aylin. Kazehaya juga tahu medannya yang saat ini mereka berada. Aylin tepat meminta Kazehaya yang memimpin mereka saat ini.
Dua kelompok musuh sudah sampai juga dilokasi Aylin dan tim berada, bahkan turun menyelam benar-benar niat banget untuk sama-sama menguasai formula /Facepalm/.
Berat ya untuk mendapatkan sesuatu yang berguna bagi keselamatan dunia, Wardana merepotkan cucunya ini bahkan mempertaruhkan nyawa Aylin dan tim wkwkwk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!