Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebakaran
"minggir"
"Awas"
"Tambah airnya"
Teriakan dan jeritan menggema bercampur dengan lalu lalang manusia yang berusaha memadamkan kobaran api di sebuah rumah yang cukup megah. Pemadam kebakaran sudah tiba dan berusaha memadamkan api yang masih berkobar dengan semprotan air tiada henti. Beruntung ada beberapa sumber air milik warga yang bisa membantu sehingga bisa lebih cepat teratasi.
Butuh waktu 4 jam lebih bagi petugas damkar dibantu warga memadamkan api. Oh tentu saja belum dilakukan pembersihan puing dan lainnya.
Warga berusaha membantu membereskan puing yang berserakan di bagian luar garis polisi. Karena di dalam ada pihak kepolisian yang cek lokasi. Pak Hamid selaku RT membantu dan mengarahkan warga untuk mencari barang ataupun benda yang diselamatkan. Di saat mengarahkan warga itu Pah Hamid didatangi Bu Rami istrinya .
"Pak sebaiknya Bapak ikut pulang dulu. pak Daud sudah siuman dan langsung histeris" ucap Bu Rami dengan wajah terlihat cemas. Pak Hamid menatap istrinya dan langsung beranjak menuju rumahnya yang tidak terlalu jauh dari lokasi tanpa menjawab sepatah katapun. Bu Rami bergegas mengikuti suaminya itu kembali ke arah rumah mereka.
Pak Daud adalah pemilik rumah yang kebakaran dini hari tadi. Setelah berteriak histeris selama lebih dari sejam dan mengamuk berusaha masuk ke rumah mencoba menyelamatkan anak dan istrinya Pak Daud pingsan dan dibawa ke rumah Pak Hamid.
Ya di rumah besar tersebut ada istrinya Bu Hana dan anaknya yang baru berusia 7 bulan yaitu Kinanti. Mereka berdua kemungkinan terjebak di kamar anaknya. Pak Daud keluar rumah saat api sudah membesar dan sulit dimasuki. Sementara art mereka mbak Inah dan suaminya kebetulan sedang berada di rumah kerabatnya yang akan mengadakan pernikahan di kecamatan sebelah.
Saat Pak Hamid dan Bu Rami pergi menuju rumah mereka sebuah mobil SUV hitam berhenti. Tak lama ada 3 orang yang keluar dan mencoba masuk melewati garis polisi namun di cegah petugas.
"Kami keluarga pemilik rumah ini" ujar salah satu dari mereka. Seorang perempuan sekitar tiga puluh tahunan yang terlihat anggun dan cantik.
"Tetap tidak bisa masuk Bu, sedang dilakukan pemeriksaan. Pemilik rumah ini dibawa ke rumah Pak Rt. Bisa coba kesana bu".ujar petugas.
"Keluarga Pak Daud ya Pak, Bu. Mari saya antar ke rumah Pak Hamid, Pak Daud dibawa kesana" Ujang salah satu warga langsung mendekati dan berbicara dengan mereka.
Ketiga orang tersebut langsung menengok ke arah Ujang dengan sedikit mengernyit, maklum Ujang sejak dinihari membantu pemadaman api dan membantu mengevakuasi beberapa tetangga terdekat Pak Daud. Meskipun hampir tidak terdampak karena jarak rumah tidak rapat, namun cukup melelahkan mengevakuasi manusia dan barang. Ujang seperti manusia yang tidak mandi selama tiga hari.
"Betul, bu silahkan diikuti dan temui di rumah RT" petugas polisi kembali menambahkan saat dilihatnya ketiga orang tersebut belum bergerak.
Akhirnya ketiga orang tersebut bergerak mengikuti Ujang menuju rumah Pak Hamid.
****
Di rumah Pak Hamid, terlihat Pak Daud tergugu menangis setelah tadi kembali histeris. Namun salah satu petugas kesehatan dari pihak kepolisian yang ada disana cukup sigap karena sebelum semakin histeris Pak Hamid langsung disuntik obat penenang. Dan saat ini hanya bisa menyandarkan badan di sofa ruang tamu Pak Hamid sambil memanggil nama istrinya Hana.
Saat kebakaran berlangsung, entah di mana anak dan istrinya, karena Pah Daud baru terbangun setelah api cukup besar dan terasa panas. Selain itu sudah banyak barang berjatuhan dan atap serta jendela kayu yang terbakar.
Pak Daud langsung keluar dan histeris sementra para warga baru berdatangan setelah kentungan di pukul para warga yang sedang ronda melihat kobaran api.
Sampai saat ini keberadaan Bu Hana dan anaknya sama sekali belum jelas. Saat mencoba ada yang masuk mereka tidak bisa menemukannya, apalagi api semakin besar dan tidak bisa menjelajahi seisi rumah.
" Assalamualaikum,"
"Waalaikum salam, ada apa Jang?" Tanya Pak Hamid
"Ini Pak antar kerabat Pak Hamid" jawab Ujang sambil mundur. Tak lama muncul ketiga orang yang diantarnya.
"Oh silahkan masuk" ujar Bu Rami mempersilahkan.
Ketiganya langsung masuk dan segera mendekati Pak Hamid yang berada di sofa
"Bang kamu terluka?" Tanya perempuan yang ternyata bernama Dina
" Abang selamat Din, tapi kakak dan keponakanmu tidak" jawabnya dan langsung disusul tangisan pilu yang kembali keluar dari mulut pak Daud. Dina menghembuskan nafasnya berusaha tenang. Begitu juga dengan kedua orang laki-laki yang bersamanya.
"Abang tidak bisa menyelamatkan mereka dan sekarang belum tahu nasibnya seperti apa huhuhu...." pak Daud semakin keras menangis. Dina yang adalah adik kandungnya mengusap lengan sang kakak berusaha menenangkan.
"Abang harus kuat ya bang. Sekarang lebih baik Abang ke rumah sakit saja dulu dicek" Henry yang juga adik kandung Daud berucap. Tak ada jawaban dari Daud hanya tangisan yang menyayat hati yang terdengar. Semua yang di ruangan membiarkan Pak Daud menangis selama beberapa saat sampai akhirnya berhenti.
"Abang mau menunggu kabar pihak polisi yang cek rumah. Abang harus tahu dan lihat kondisi Hana dan Kinan" jawabnya sedikit tenang.
Ketiga adiknya hanya diam.
" Bapak,ibu silahkan minum. Pak Daud juga ya. Saya siapkan sarapan Pak Daud supaya Bapak tetap sehat dan kuat." bu Rami keluar membawa beberapa gelas dan 2 teko yang terisi teh dan kopi. Lalu ada sepiring roti bakar yang disiapkan untuk Pak Daud.
Pak Daud sebetulnya tidak berminat makan, namun atas desakan adik dan tetangganya akhirnya dia mau makan roti. Dia sadar ada banyak hal yang harus dilakukannya setelah ini.
***
Di lokasi kebakaran alias rumah Pak Daud, tim dari kepolisian akhirnya selesai memeriksa lokasi untuk diolah dan dicari kesimpulan penyebab kebakaran. Sementara tim inafis dari Polri sudah bersiap kembali. Di dalam ambulance saat ini ada 2 jenazah dewasa dan bayi yang gosong hampir tidak dikenali. Keduanya ditemukan di dapur. Kemungkinan besar mereka terbangun untuk menghangatkan susu buat si bayi. Dan saat kebakaran terjadi mereka tidak dapat menyelematkan diri, mungkin terlambat menyadari.
"Beres ndan, kami akan kembali ke kantor. Sebagian masih disini berjaga dan mengumpulkan bukti lain untuk pendukung. Wawancara dengan warga dan saksi pun sudah dilakukan"
Laporan itu terdengar dari salah satu anggota polisi yang ditanya oleh Kapolsek setempat. Setelah itu mereka kembali. Sementara Pak Martin selaku kapolsek didampingi dua anggotanya mendatangi rumah Pak Hamid.
Tentu saja selain memastikan kondisi Pak Daud, mereka perlu keterangan darinya selaku pemilik rumah.
Sementara itu Bi Inah dan Pak Burhan yang merupakan art di rumah Pak Daud juga baru tiba. Mereka segera berangkat ke rumah majikannya saat diberitahu oleh salah satu warga yang mengenalnya dengan baik.
Mereka berdua menangis dan terlihat shock melihat rumah majikannya yang sudah menjadi abu. Bi Inah langsung menangis histeris dan Pak Burhan memeluknya berusaha menenangkan istrinya. Meskipun matanya terlihat berkaca-kaca dia lebih bisa mengendalikan diri.
Beberapa warga yang ada disana mendekati mereka lalu mengucapkan belasungkawa dan berusaha menghibur. Setelah lebih dari tiga puluh menit meratapi rumah majikannya, mereka berdua beranjak menuju rumah Pak Hamid. Warga sudah memberitahu kalau Pak Daud ada di rumah Rt mereka. Bagaimanapun Bu Inah dan Pak Burhan harus melihat kondisi mereka.
Saat datang ternyata Pak Daud sedang dipapah keluar menuju mobil yang mendekat. Rupanya salah satu adik Pak Burhan tadi mengambil mobil yang terparkir tak jauh dari rumah Pak Daud yang terbakar. Anggota Polisi pun tampak juga di belakang Pak Daud membersamai.
"Pak.." teriak Bi Inah lalu berlali dan bersimpuh di kaki Pak Daud. Tak ada kata yang terucap. Pak Burhan berjongkok dan memeluk istrinya. Lalu mengajaknya berdiri.
Pak Daud memejamkan mata lalu berkata.
"Tak apa Inah, aku harus ke rumah sakit dulu. Kamu kembalilah ke rumah saudaramu itu. Aku akan segera menghubungi jika sudah kondusif "
"Maaf Pak" ujar Bi inah terbata-bata.
Pak Daud menepuk pundak Bi Inah dan melakukan hal yang sama pada Pak Burhan. Setelah itu baru masuk mobil dan menuju rumah sakit. Anggota polisi mengikuti mobil SUV hitam yang dikemudikan adik Pak Daud tersebut dengan mobil patroli. Mereka harus ikut ke Rumah sakit karena belum mendapatkan keterangan dari Pak Daud.
Sementara Bi Inah dan Pak Burhan menolak tawaran para tetangga untuk mampir dan beristirahat dahulu. Dia lebih memilih untuk kembali ke rumah kerabatnya.