Menjadi wanita single parent untuk anak laki-laki yang ditemukan di depan kosnya saat kuliah dulu membuat Hanum dijauhi oleh orang-orang terdekatnya bahkan keluarganya karena mereka mengira jika anak itu adalah anak Hanum dari hasil perbuatan di luar nikah.
Hanum hanyalah sosok figuran bagi orang di sekitarnya. Terlihat namun diabaikan begitu saja oleh mereka. Walau begitu Hanum tak mempermasalahkannya karena menurutnya cukup ada anak laki-laki itu di hidupnya itu sudah cukup membuatnya bahagia.
Menjadi sosok figuran ternyata terus berlanjut di hidup Hanum saat ia memutuskan menerima permintaan menikah dengan seorang pria anak dari Dekan fakultasnya yang telah membantunya menyelesaikan studynya saat kuliah dulu.
"Bagaimana bisa Mama memintaku menikahi wanita beranak satu itu?!" Pertanyaan berupa hinaan itu terdengar oleh telinga Hanum dari pria yang berstatus sebagai calon suaminya.
Kehidupan rumah tangga yang ia harapkan dapat bahagia ternyata justru sebaliknya karena pria yang telah menjadi suaminya itu hanya menganggapnya sosok figuran yang hanya terlihat tapi tidak dianggap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayi siapa ini?
Hanum menatap awan yang terlihat gelap diikuti angin yang berhembus sangat kencang setelah ia keluar dari dalam ruangan dosen pembimbingnya sore itu. Cuaca kota Bandung satu minggu belakangan ini cukup buruk jika sudah sore hari seperti saat ini. Hanum sudah dapat menebak apa yang akan terjadi sebentar lagi. Apa lagi jika bukan hujan deras yang akan segera turun dan ia akan kembali kehujanan pulang ke kosnya yang berjarak dua kilometer dari kampus.
"Hanum, kenapa masih di sini?" Suara dosen pembimbing Hanum yang baru saja keluar dari dalam ruangannya mengagetkan Hanum.
"Agh, ya. Ibu." Ucap Hanum.
"Hari sudah semakin gelap dan sebentar lagi akan turun hujan. Sekarang lebih baik kau segera pulang agar tidak kehujanan lagi di jalan!" Titah Bu Shanty dosen pembimbing Hanum sekaligus dekan di fakultas ia menuntut ilmu.
Hanum mengangguk-anggukkan kepalanya lalu berpamitan pada Bu Shanty untuk pergi ke parkiran motornya. Bu Shanty mengiyakannya dan menatap Hanum pergi dari hadapannya.
"Anak itu... bukannya pulang malah melamun lebih dulu." Bu Shanty menggeleng-gelengkan kepalanya lalu beranjak menuju parkiran mobilnya.
Kini Hanum sudah berada di parkiran motornya. Dibukanya jok motornya lalu dikeluarkannya mantel dari dalam jok motornya. Hanum segera memakai mantel dan helm lalu menghidupkan mesin motornya dan melajukannya dengan kecepatan sedang menuju kosnya berada. Walau hujan belum turun tapi Hanum sudah siap siaga dengan mantel bewarna pink pastel melekat di tubuh mungilnya.
"Nah, aku kehujanan!" Ucap Hanum saat hujan mulai turun membasahi mantel yang ia kenakan.
Hanum menambah laju motornya agar cepat sampai di kosannya. Beberapa pengendara motor yang sejalan dengannya nampak menepi karena hujan mulai turun dengan deras namun Hanum memilih tetap melajukan motornya menuju kosannya. Lagi pula saat ini Hanum sudah mengenakan mantel di tubuhnya jadi tidak ada lagi alasan untuk Hanum berhenti bersama pengendara motor yang lainnya.
"Akhirnya sampai juga." Hanum bernafas lega setelah sampai di depan kosannya. Dibukanya mantel yang ia pakai lalu digantungnya di depan kosannya. Setelahnya Hanum pun masuk ke dalam kosannya.
Tanpa pikir panjang Hanum segera membersihkan tubuhnya yang sudah lengket setelah beraktivitas seharian di kampus ditambah terkena hujan saat di jalan.
*
Hujan masih terdengar cukup deras di luar sana. Hanum yang sudah selesai mandi dan kini sedang mengistirahatkan tubuhnya di atas ranjang sambil membaca novel online kesukaannya dikagetkan dengan suara tangisan bayi yang terdengar dari luar kosannya.
"Seperti tangisan bayi." Ucap Hanum setelah menghentikan bacaan novelnya.
Oek
Oek
Suara tangisan bayi itu semakin terdengar jelas dan keras. Hanum segera bangkit dari atas ranjang dan melangkah ke arah pintu kosnya. Saat pintu kos telah terbuka, Hanum terkejut saat melihat sosok bayi mungil yang berada di dalam keranjang di depan kosnya.
"Bayi siapa ini?" Tanya Hanum. Hanum melihat ke sekitarnya. Tidak terlihat siapa pun di sekitar kosnya selain pengandara motor yang berlalu lalang.
Suara tangisan bayi yang terdengar semakin keras membuat Hanum segera mendekatinya lalu mengambil bayi itu dari dalam keranjang.
"Bayi siapa ini? Siapa yang meletakkannya di depan kosku?" Tanya Hanum sambil menatap iba bayi mungil di tangannya.
Tidak ingin banyak pikir Hanum segera membawa bayi mungil yang sudah kedinginan itu ke dalam kosnya dan tak lupa membawa keranjang bayi tersebut.
***
Selamat datang di karya baru Shy🤗
tidak mudah berada di posisi Calista yang dulunya sama2 saling mencintai tapi Calista benar2 sadar Dio bukan jodohnya.
good Calista....semoga kau segera mendapatkan pengganti cintamu.