Putusin Aja!

*Aku harus pergi, itu ialah kau yang harus bahagia.

Namun bila kau adalah kebahagiaanku, bagaimana aku bisa pergi?

~ Jalan Buntu ~

Mulutku berkata, aku telah melupakannya. Namun hatiku berbisik, kamu berbohong*.

🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂

Shara telah sampai di rumahnya, pelukan sang Umi menyambut kedatangannya.

"Ara, putri Umi," cium Merry pada pipi kanan dan kiri Shara.

"Assalamuallaikum, Umiku." Shara membalas pelukan hangat itu.

"Wa'allaikumussalam, sayang."

"Bagaimana liburanmu? Menyenangkan?" tanya Merry sembari menggandeng putrinya masuk ke dalam rumah.

"Alhamdulillah, Umi. Penuh kenangan."

Merry mengerutkan keningnya, ia bertanya-tanya kenangan apa yang putrinya dapatkan selama berlibur di kota Kembang.

"Oh, ya? Kenangan apa itu sayang?" tanya Merry.

"Nanti saja ceritanya, aku lelah Umi." Shara menjatuhkan tubuhnya pada sofa.

Merry mengusap pucuk kepala putrinya, ia lega karena sang putri telah pulang dengan selamat.

"Ya sudah, Umi tinggal ke dapur dulu," ucap Merry.

Shara mengangguk sembari tersenyum pada Umi-nya. Sejenak ia memejamkan matanya, merasakan keletihan pada tubuhnya. Tanpa ia minta, bayangan Sakha tiba-tiba saja melesat dalam benaknya.

"Astagfirulloh, kenapa aku selalu mengingatmu?" Shara termenung.

"Aku merindukanmu," ucap Shara dalam hatinya.

***

Airin masih memperhatikan Sakha yang terdiam seribu bahasa, ia ingin memulai percakapan namun melihat sikap sang kekasih yang seperti tengah memikirkan sesuatu, membuat Airin mengurungkan niatnya.

"Kita pasti bisa melewati ini," akhirnya kalimat itu terucap dari mulut Airin.

Sakha masih tetap diam, beberapa kali ia menghela nafasnya. Pikirannya kini kacau, ia telah berbohong pada kedua orang tuanya. Itu membuatnya sangat menyesal.

"Aku bisa menjadi seperti apa yang orang tuamu mau, aku mau melakukan apapun yang mereka minta. Orang tuamu ingin aku seperti apa? Atau ingin aku berbuat apa?" Airin terus melempari Sakha dengan pertanyaan-pertanyaan yang terlintas di benaknya.

"Rin, ini bukan tentang apa yang orang tua aku mau atau apa yang bisa kamu lakukan! Tapi ini tentang restu, tentang ridho orang tua." Sakha berucap dengan nada membentak, bibirnya gemetar.

Airin terkejut, baru kali ini Sakha membentaknya. Baru kali ini kekasih yang selama ini bersikap manis padanya, bisa berbicara dengan nada tinggi padanya.

"Apa ini karena Shara?" Airin mulai berkaca-kaca.

"Kok jadi bawa-bawa Shara?" Sakha mengerutkan keningnya.

Airin mengangkat kepalanya, menyeka air matanya yang meluncur tanpa bisa ia kendalikan.

"Sakha, aku tahu kamu punya perasaan lebih sama dia."

Sakha terdiam, ia tak mampu lagi menutupi perasaannya dari Airin.

"Jangan bahas Shara, dia tidak ada hubungannya dengan ini." Sakha melemahkan suaranya.

"Kenapa? Segitu istimewanya dia?" Airin terisak.

"Kau baru mengenalnya, bisa saja dia pura-pura jadi perempuan baik!" Seru Airin, emosinya mulai mencuat ke permukaan.

"Cukup! Jangan bicara yang tidak-tidak tentang Shara. Dia perempuan yang sangat baik," Sakha merasa marah dengan perkataan Airin, nafasnya bergemuruh.

Airin semakin merasa sakit hati, kecewa dengan sikap Sakha yang benar-benar berubah padanya.

Ia meraih tasnya yang tergeletak di atas meja, Airin pergi tanpa pamit.

Sakha menyadari sikapnya yang keterlaluan pada Airin, ia berbalik berusaha mengejar perempuan yang selama ini sudah menemaninya.

"Airin," panggil Sakha.

Airin tak menggubris panggilan itu, ia berlari sekuat mungkin. Untuk saat ini, Sakha benar-benar telah membuatnya kecewa.

Tanpa sengaja ia melihat sebuah angkutan umum, dengan cepat Airin menghentikan dan menaiki angkutan umum itu.

Langkah Sakha terhenti saat Airin berlalu, nafasnya tersengal.

"Astagfirulloh, kenapa aku bisa sampai membentaknya." Sakha mengusap wajahnya kasar.

Karena Sakha tak dapat mengejar Airin, ia memutuskan untuk kembali ke rumahnya.

Sepanjang jalan menuju rumah, ia tak hentinya beristigfar.

Sesampainya di gerbang rumah, Sakha sudah di sambut oleh sang ayah. Langkahnya melambat.

"Ayah mau bicara!" Seru ayah Sakha.

Mendengar nadanya saja, Sakha sudah tahu apa yang akan terjadi. Ia hanya memasrahkan segalanya, dan berharap yang terbaik untuk semuanya.

"Duduk!" Perintah ayah Sakha.

Sakha mengangguk patuh, ia sejenak menarik nafasnya pelan berusaha agar bersikap tenang.

"Bismillah," ucapnya dalam hati.

"Sejak kapan kau mulai berpacaran?" Tanya ayah Sakha dengan nada tegas.

"Emm, tiga tahun lalu." Sakha menjawab seadanya.

"Bagaimana bisa kalian saling mengenal?" Tanya ayahnya lagi.

"Dia teman kampusku dulu," jawab Sakha.

"Kenapa kau berpacaran?"

Sakha terdiam, pertanyaan sang ayah terasa sulit untuk di jawabnya.

"A-aku, tidak tahu." Sakha merasakan lidahnya kelu seketika.

Sang ayah mengernyit, ia menatap dalam pada anaknya.

"Apa yang kamu dapatkan dari pacaran?"

"Siapa yang menyuruhmu pacaran?"

"Ayah? Ibu?"

"Ayah tahu, Ibu sering memaksamu untuk segera menikah. Tapi apa pernah Ibumu memintamu untuk pacaran?"

Ayah Sakha memborbardir sang anak dengan berbagai pertanyaan.

"Putuskan aja!"

Sakha mengangkat wajahnya, ia tak menyangka jika ayahnya akan mengucapkan hal itu.

"Ta-tapi,"

"Putus atau nikahin dia!"

Ayah Sakha beranjak dari tempatnya, ia meninggalkan anaknya yang masih mematung di tempatnya.

"Ayah tunggu jawabanmu, besok malam!" ucap ayah Sakha sebelum benar-benar berlalu.

Sakha menyangga kepalanya menggunakan kedua tangannya, ia menjambak rambutnya frustasi.

"Astagfirulloh, apa yang harus aku lakukan ya Allah?" Sakha terus mengusap wajahnya kasar.

***

“Jarum jam seakan akan berputar ke kiri, lalu tiba tiba aku menangis, kemudian tertawa. Nyatanya ini cuma imajinasi. Masa masa itu tetap tak kembali.” – Rohmatikal Maskur

Malam hari di rumah Shara, ia tengah membaca buku setelah shalat isya. tak lama terdengar ketukan pintu, Shara beranjak untuk membuka pintu kamarnya.

"Umi, ada apa?" tanya Shara.

"Boleh Umi masuk?" tanya Merry.

Shara mengangguk, Ia menggandeng tangan Umi-nya menuju sofa yang berada di dalam kamarnya.

"Kenapa Umi, ada yang ingin Umi bicarakan dengan Ara?" tanya Shara lagi.

"Iya, Ra. Umi hanya ingin berbincang denganmu," jawab Merry sembari membelai wajah putrinya.

"Emm, kapan kamu mau menikah?" tanya Merry.

Shara terdiam, "Umi kenapa tanya soal itu? Ara kan perempuan, dan perempuan itu di pilih, bukan memilih." Shara menuturkan.

"Bagaimana dengan Adam?" tanya Merry lagi.

"Adam?" Shara menundukkan wajahnya.

"Umi, apa Ara boleh tidak menyukai Adam?" tanya Shara.

Merry mengernyitkan keningnya, "kenapa? Kamu tidak suka sama Adam?"

Sejenak Shara menghela nafasnya.

"Umi, Adam membatasi semua urusanku. Ara tidak nyaman," ujar Shara sungguh-sungguh.

"Nak, Adam anak yang baik. Sedari kecil kalian sudah berteman dekat," sahut Merry.

"Orang tuanya juga teman dekat Umi dan Abi," imbuh Merry.

"Ta-tapi, Ara merasa terkekang." Shara terisak pelan.

Merry mengusap air mata putrinya, ia tidak tahu pasti kenapa Shara begitu tertekan bersama Adam. Yang ia pikirkan, Adam selalu menjaga Shara kemanapun putrinya itu pergi.

"Umi tidak memaksa kamu harus bersama Adam. Umi mau kamu bersanding dengan lelaki yang bisa menjadi imam sekaligus teman hidupmu, Umi mau kamu bahagia," ucap Merry tulus.

Shara tersenyum lega, "terima kasih, Umi."

Ibu dan anak itu kini saling berpelukan, benar-benar pemandangan yang menyejukkan hati.

"Oh iya, katanya selama di Bandung kamu punya banyak kenangan, apa itu?" tanya Merry penasaran.

Shara kembali terdiam, ingatan Sakha kini mulai memenuhi pikirannya.

"Dia lelaki hebat, dia mampu memberiku kenyamanan. menghangatkan kembali hatiku yang semula dingin. Membuatku tertawa dengan semua tingkahnya. Tapi kini dia telah pergi, dan mungkin tidak pernah kembali."

Itulah yang ingin Shara ungkapkan pada sang ibu, namun lidahnya tak sanggup untuk menyuarakan isi hatinya itu. Shara memilih memendam semua perasaannya, sendirian.

##############################

**Assalamuallaikum, selamat malam semua.

Semoga kalian sehat-sehat yaa...

Tetap di rumah kalau tidak ada urusan yang mengharuskan kalian ke luar rumah.

Terima kasih juga buat kalian yang selalu menyempatkan waktu untuk membaca novel picisan saya ini.

Jangan lupa like dan vote nya, terima kasih 🤗🤗🤗**

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Terpopuler

Comments

Karomi Al-jamzury

Karomi Al-jamzury

assalamu'alaikum semua, aku mau minta tolong dong, gmn cara bikin novel aku kepengen bngt vikin novel tolong ajari aku

2021-11-25

1

Tirai Berduri

Tirai Berduri

cowok muna

2020-12-27

2

Acan

Acan

Thor mampir yuk ke karya aku "Dia ustadz?"

2020-12-24

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!