Cemas

Selepas shalat isya, Sakha segera bergegas kembali ke hotel. Sejenak ia menatap sekeliling halaman mesjid, masih ramai orang-orang yang berlalu lalang dan sekedar duduk santai di rumput sintetis.

"Kalau aja bisa jalan-jalan malam sama Ara," gumam Sakha.

Sakha melanjutkan kembali langkahnya menuju hotel, sembari menikmati udara malam yang tak terlalu dingin saat itu.

Sepanjang jalan menuju hotel, Sakha tanpa sengaja melihat pedagang sekoteng. Tanpa pikir panjang, ia memanggil pedagang tersebut.

"Mang, sekotengnya masih ada?" tanyanya pada pedagang itu.

"Oh masih Kang, mau beli?" sahut pedagang itu.

"Iya Mang, dua bungkus." Sakha berjongkok menunggu pesanannya.

"Malam begini emang enaknya minuman hangat, Kang." Pedagang itu mulai membuka topik pembicaraan dengan Sakha.

"Iya, Mang. Udah lama jualan Mang?"

Sakha tak segan untuk meninpali pembicaraan pedagang sekoteng itu.

"Lumayan, mau lima tahunan, Kang." Pedagang itu menjawab sembari tetap fokus menyiapkan pesanan Sakha.

"Ini satu buat istrinya, Kang?" Imbuh pedagang itu.

Sakha terkekeh, dalam hatinya ia meng-Aamiin-kan pertanyaan pedagang itu.

"Maunya sih gitu, Mang."

Pedagang itu ikut terkekeh, seakan tahu maksud jawaban Sakha.

"Saya doakan cepat jadi yah, Kang." Pedagang itu menyodorkan kantung keresek berisi dua porsi sekoteng.

"Aamiin, berapa Mang?" jawab Sakha sembari menerima pesanannya.

"Sapuluh rebu we, Kang."

Sakha mengangguk dan segera membayar pesanannya dan bergegas pamit pada pedagang itu, "nuhun, Mang."

"Iya, sami-sami."

Sakha melanjutkan langkahnya menuju hotel, ia ingin segera memberikan sekoteng itu pada Shara berharap ia akan menyukai minuman yang di belinya.

Sesampainya di depan pintu kamar Shara, Sakha segera mengetuk pintu dan tak lupa juga ia mengucapkan salam.

"Assalamuallaikum, Ra?" ucapnya.

Beberapa detik menunggu, namun tak ada sahutan. Sakha mencoba mengulang kembali ucapannya, "Assalamuallaikum, Ara kau sudah tidur?"

"Sudah tidurkah? Hemm," Sakha hendak berbalik dan kembali ke kamarnya.

"Wa'allaikumussalam," jawab Shara dan seketika membuat langkah Sakha terhenti.

Sakha kembali menghadap pintu yang kini telah tampak wanita cantik alami tanpa polesan makeup.

Sakha tertegun, menatap kagum pada ciptaan Tuhan yang amatlah indah itu.

"Astagfirulloh," Sakha tersadar dan segera mengalihkan pandangannya.

"Kenapa?" tanya Shara.

"Eh, ini Akha mau ngasih makanan, eh minuman hangat." Sakha menjawab dengan gugup.

Shara tertawa kecil, "jadi minuman atau makanan?" tanyanya.

"Minuman," jawab Sakha dengan cepat.

"Akha mau bikin Ara gendut, yah?" tanya Shara sembari menyenderkan punggungnya pada pintu.

Sakha mengernyit bingung, ia tak mengerti dengan ucapan Shara.

"Dari tadi jajan terus, Ara jadi lupa makan nasi," jawab Shara sembari terkekeh.

"Astagfirulloh, iya Ara kan belum makan nasi." Sakha menjawab sembari menepuk jidatnya.

"Akha juga belum makan nasi, kan?" tanya Shara.

Sakha mengangguk, "tapi Akha sudah biasa, jadi tidak masalah kalau sehari saja tidak makan nasi," tukasnya.

Shara menganggukan kepalanya, kembali menatap kantung keresek yang dibawa Sakha.

"Tapi, mau makan banyak juga Ara tetap segini saja," jawabnya.

"Bersyukur, diluar sana banyak yang pengen makan banyak tanpa takut gemuk," tutur Sakha.

Shara tersenyum, perkataan Sakha memang benar juga.

"Itu apa?" tanyanya.

"Ini sekoteng, buat Ara." Sakha menyodorkan bawaannya pada Shara.

Shara sekilas melihat isinya, "dua?" tanyanya.

Tangan Shara merogoh satu bungkus sekoteng itu untuk diberikan pada Sakha.

"Satu buat Akha," ucapnya.

"Terima kasih," ujar Sakha.

"Harusnya Ara yang bilang begitu. Terima kasih, Akha."

"Sama-sama, Akha ke kamar dulu, yah."

Shara mengangguk, "iya."

"Assalamuallaikum," ucap Sakha.

"Wa'allaikumussalam,"

Sakha berbalik, dan berlalu meninggalkan Shara yang masih berdiri di ambang pintu. Setelah melihat Sakha masuk ke dalam kamarnya, Shara juga ikut masuk dan mengunci pintu kamarnya.

Sakha melangkah menuju sofa yang berada di samping tempat tidurnya, ia mendudukan tubuhnya dan sejenak bersandar pada punggung sofa.

"Hemm, kenapa teringat Ara terus, yah?" tanyanya dalam hati.

Sakha kembali menegapkan posisi duduknya, ia berniat untuk segera menyangap minuman yang di belinya.

***

Di kamar Shara, ia segera mengambil wadah untuk sekotengnya. Menikmati minuman hangat itu sembari memainkan ponselnya.

"Enak," ucapnya sembari melanjutkan aktifitasnya.

Di tengah kegiatannya menyantap sekoteng, Shara tiba-tiba tertegun menatap kosong ke sembarang arah.

Sejenak ia menghela nafasnya, menaruh wadah itu ke atas nakas samping tempat tidurnya.

"Kenapa Sakha sebaik itu? Bahkan, Adam saja yang sudah lama mengenalku tidak pernah melakukan hal-hal kecil seperti itu," Shara bergelut dengan batinnya.

Mengingat nama Adam, raut wajah Shara berubah murung. Selama ini, ia tak pernah mendapatkan waktu untuk dirinya sendiri. Adam selalu saja mencampuri setiap urusannya, bahkan hanya sekedar untuk me time pun tak ia dapatkan.

"Apa aku salah jika saat ini aku mulai menyukai Sakha?" tanyanya pada diri sendiri.

Shara mengusap kasar wajahnya, dan kini ia merebahkan tubuhnya di atas kasur.

***

Hari ke lima di kota Kembang, seperti biasa Sakha selalu menyempatkan untuk shalat subuh berjamaah di mesjid.

Allah SWT berfirman:

أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآَنَالْفَجْرِ إِنَّ قُرْآَنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا

Artinya: "Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)." (Qs. Al-Isra': 78)

Keutamaan shalat subuh antara lain adalah mendapatkan jaminan keselamatan di hari itu, membuka pintu rezeki, menghindarkan kita dari api neraka serta diakhirat seseorang yang rajin salat subuh akan ditolong oleh Allah SWT.

Firman itulah yang membuat Sakha tidak melewatkan nikmat bangun pagi dan shalat subuh berjamaah.

Hari ini rencananya Sakha ingin mengajak Shara untuk menemaninya membeli sesuatu, sebelumnya ia bersiap-siap terlebih dulu dan tak lupa membawa kamera kesayangannya.

Sakha berjalan keluar kamar dan menuju kamar Shara. Di ketuknya pintu kamar Shara, hampir satu menit lamanya namun tak kunjung mendapat sahutan.

"Ara kemana? Apa dia belum bangun?" gumam Sakha.

Ia kembali mengetuk pintu kamar Shara, berharap kali ini ia akan mendapat sahutan.

"Dia kemana sih?" Sakha terdiam saat lagi-lagi tak mendapat sahutan.

Perasaannya mulai tak tenang, bahkan entah kenapa sekarang pikiran buruk terlintas di benakknya.

"Ara, Ra. Kamu di dalam? Ra, jawab aku!" Sakha mengetuk dan sedikit berteriak memanggil Shara.

Sakha semakin panik, ia terus mengetuk pintu kamar Shara dengan lebih kencang lagi.

"Ra, jangan bikin Akha panik! Ra?" teriak Sakha.

Di tengah kepanikkannya, tiba-tiba pintu itu terbuka dengan perlahan. Tampak wajah yang sangat di kenalnya, namun kali ini tak secerah biasanya.

"Kenapa, maaf Ara lama." Shara menjawab dengan suara lemah.

"Ara, kenapa? Ara sakit?" tanya Sakha saat melihat bibir pucat Shara.

Shara hanya mengangguk pelan, bahkan kini tangannya memegang kuat kepalanya.

Brukk.

"Astagfirulloh, Ara."

Shara ambruk, ia kehilangan kesadarannya. Shaka panik, ia bingung harus berbuat apa.

Dengan terpaksa, ia mengangkat tubuh Shara menuju tempat tidurnya. Untuk pertama kalinya, ia menyentuh Shara dan tak dapat tergambarkan bagaimana perasaan Sakha saat ini.

"Ya Allah, aku terpaksa menyentuhnya. Bagaimana ini?" Sakha kelimpungan, ia mengedarkan pandangannya berharap ada sesuatu yang bisa membantunya menyadarkan Shara.

Matanya kini tertuju pada sebuah botol kecil berwarna hijau, dengan cepat ia mengambil benda itu dan mengeluarkan cairan didalamnya. Segera ia arahkan pada hidung Shara, berharap aromanya dapat membantu mengembalikan kesadaran Shara.

"Ya Allah, Ara kamu kenapa? Apa kamu sakit karena terlalu capek aku ajak berkeliling setiap hari? Ara, sadarlah jangan membuatku panik."

Sakha masih terus berusaha mengembalikan kesadaran Shara. Terlihat jelas kekhawatiran pada raut wajahnya, ia benar-benar cemas dibuatnya.

Terpopuler

Comments

Iklima kasi💕

Iklima kasi💕

darurat si gapapa shaka,mnyentuh lawan jenis,,

2020-10-11

1

Anita Sihombing Lumban Toruan

Anita Sihombing Lumban Toruan

astaga thor....aku jd pgn mkn cilok,batagor,somay,dan minum sekuteng....jd laper nih thor...

2020-06-10

1

Erwien Diandaniy

Erwien Diandaniy

keadaan dorurot katanya tdak apa apa menyentuh lwan jenis

2020-05-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!