Hari menjelang sore, setelah puas berkeliling dan menikmati batagor juga somay Kingsley mereka segera kembali menuju hotel.
Di sepanjang perjalanan, mereka tak kehabisan topik untuk di bicarakan. Mulai dari hobi, kebiasaan buruk, cita-cita dan obrolan-obrolan kecil lainnya.
Berbicara soal cita-cita, ada satu hal yang menurut Sakha itu adalah kelakuan terbodohnya.
"Akha terima jasa foto apa aja?" tanya Shara.
"Bebas, foto wedding, pre-wedding, foto studio juga ada. Oh iya, Akha juga pernah foto di hajatan nikahan temen." Sakha menuturkan.
"Asik dong yah, client-nya temen sendiri." Shara menimpali.
"Iya, jadi gak kaku. Tapi Akha suka di ledekin," sahut Sakha.
"Di ledekin gimana?" tanya Shara penasaran.
"Gini katanya. Kha, elo kok motoin orang mulu, kapan giliran elo yang di foto?" Sakha berbicara sembari menirukan ledekan temannya dulu.
Shara tertawa, Sakha terlihat lucu saat mencoba menirukan perkataan temannya, "terus Akha jawab apa?" tanya Shara.
"Soal kaya begituan, Akha kalah deh." Sakha menjawab dengan nada malas.
"Jelas kalah lah, orang sekarang ada yang ngajakin nikah, Akha malah kabur," sahut Shara dengan polosnya.
"Nah iya itu, makannya. Kalau Ara ada di posisi Akha gimana?" tanya Sakha.
Shara mengangkat matanya seolah tengah memikirkan pertanyaan Sakha, tak lama ia pun menjawab, "Ara hayu-in aja," jawabnya sambil terkekeh.
"Langsung jawab hayu?" tanya Sakha lagi.
"Iya, InsyaAllah." Shara mengangguk pasti.
"Nikah yu, Ra!" ucap Sakha asal, namun wajahnya tampak serius.
Shara tehentak, tampak jelas raut wajahnya berubah pucat. Namun, dengan cepat ia segera mengendalikan dirinya.
"Ahahaha, becanda mulu nih Akha," sahut Shara.
Sakha terdiam, ia juga tak tahu kenapa pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulutnya.
"Katanya Ara bakal jawab hayu," imbuh Sakha.
Shara kembali terdiam, ia tengah mencerna perkataan Sakha. Otaknya terlalu bising bertanya-tanya apakah Sakha tengah bergurau atau tidak.
Melihat Shara yang tampak gelisah, Sakha dengan cepat segera mengakhiri situasi canggungnya itu.
"Serius amat, Non." Sakha tertawa, meski harus terpaksa melakukannya.
"Ish, menyebalkan." Shara menggerutu saat melihat tingkah Sakha.
"Jangan serius amatlah, nanti cepat tua loh!" goda Sakha.
Shara memaksakan senyumnya di depan Sakha, seketika kesal nya hilang karena ulah pria yang selalu bisa dengan mudahnya mengaduk-aduk perasaannya.
***
Kini mereka telah sampai di ambang pintu kamar masing-masing, setelah saling berpamitan mereka segera masuk kedalam kamar.
Sakha langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur, melemaskan sendi-sendinya yang menegang. Sesekali ia juga mengatur nafasnya.
"Semoga setiap hari aku selalu bisa bersama Ara," ucapnya.
Sakha segera bergegas menuju kamar mandi, dan berniat membersihkan diri karena akan segera masuk waktu maghrib dan Sakha ingin bisa shalat berjamaah di mesjid.
***
Sama halnya dengan Sakha, ia juga bergegas untuk membersihkan dirinya. Namun, ia lebih memilih untuk menunaikan shalat maghrib di kamar hotel saja.
"Dibolehkan bagi wanita untuk keluar menunaikan sholat di masjid, akan tetapi sholatnya di rumah lebih utama baginya, karena sholatnya di rumahnya bersifat menutupinya (tersembunyi dari pandangan) dan aman baginya dari terjerumus kedalam fitnah, baik fitnah tersebut disebabkan olehnya atau fitnah yang mengancam dirinya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam : ”
«لا تمنعوا إماء الله مساجد الله وبيوتهن خير لهن»
“Janganlah kalian larang wanita (dari) hamba Allah pergi ke masjid-masjid Allah, namun rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”.
Selesai membersihkan diri, Shara memilih untuk membaca Al-Qur'an sembari menunggu azan maghrib berkumandang. Kegiatannya terhenti ketika seseorang mengetuk pintu kamar hotelnya.
"Assalamuallaikum, Ara..."
Shara segera menyudahi kegiatannya, dan berniat untuk membuka pintu.
"Iya, Wa'allaikumussalam. Kenapa?" tanya Shara saat melihat seseorang yang tampak terlihat tampan juga rapih dengan balutan kemeja koko yang melekat pada tubuh pria itu. Wangi parfum non alkohol juga seketika menyeruak ke dalam indra penciumannya.
"Tidak ada apa-apa, Akha hanya mau pamit pergi ke mesjid," jawab Sakha sembari terkekeh.
"Ckk, lalu kenapa mesti pamit segala," sahut Shara.
"Umm, biar Ara tenang kalo sudah tahu Akha pergi kemana aja," jawabnya polos.
Shara sekilas menatap Sakha yang selalu saja bertutur kata yang terdengar tulus.
"Ya sudah, segeralah ke mesjid," pinta Shara.
"Baiklah," jawab Sakha, namun ia masih belum beranjak dari tempatnya.
"Ya sudah, kenapa masih disini?" tanya Shara.
"Siapa tahu Ara mau mencium tangan Akha," jawab Sakha terkekeh.
Shara menatap tajam sebenarnya ia terenyuh dengan ucapan Sakha, namun ia segera menepisnya.
"Hey! Bukan mahram!" tolak Shara dengan nada sedikit kesal.
"Belum, Ra. Tunggu aja, sebentar lagi. Assalamuallaikum." Sakha menjawab sembari berlalu karena melihat ekspresi Shara yang mulai kesal padanya. Ada rasa senang tersendiri saat bisa menjahili Shara seperti itu.
Shara mendengus melihat kelakuan teman lelakinya itu, namun lagi-lagi ia tersenyum dibuatnya.
***
Selepas shalat maghrib, Sakha tak langsung beranjak ia menunggu hingga masuk waktu isya. Selama menunggu, ia habiskan dengan berzikir menyebut asma-asma Allah.
Terlintas di pikirannya sosok Shara, wajah teduh itu selalu saja mengganggu pikirannya.
"Astagfirulloh, ya Allah hilangkan sosoknya dalam benakku disaat aku tengah mengingat-Mu." Sakha menghela nafasnya pelan.
"Ya Allah apa aku salah jika saat ini aku menginginkan Shara? Aku harap perasaan ini adalah anugrah dari-Mu, tunjukkanlah padaku apa yang baik untukku. Aku menginginkannya, berikanlah ridho-Mu ya Allah." Sakha berdoa dengan khusyuknya.
***
Di tempat berbeda, namun dengan hal yang sama. Shara tengah menengadahkan kedua tangannya, ia memanjatkan doa-doanya dengan sungguh.
"Ya Allah, yang maha pemilik hati. Jatuhkanlah hatiku, pada seseorang yang benar-benar menjatuhkan hatinya padaMu. Aku tidak ingin mendahului takdirMu, buat hatiku menerima semua apa yang Engkau anugrahkan padaku. Buatlah aku selalu bersyukur hingga aku lupa caranya untuk mengeluh. Ya Allah, salahkah jika kini aku menginginkan pria yang jelas telah memiliki wanita idamannya? Pria yang baru saja aku kenal dengan cara Engkau mempertemukan kami? Pria yang selalu aku ingat setelah Engkau dan juga orang tuaku? Aku mohon berilah aku petunjukMu. Aamiin Aamiin Aamiin."
Shara meringkukkan tubuhnya di atas sejadah yang terhampar, merasakan kegundahan hatinya. Mencoba menenangkan dirinya dengan terus beristigfar.
Setiap doa pada dasarnya adalah mekanisme atau kita bisa menyebutnya anugerah yang disediakan oleh Tuhan kepada semua hambanya untuk mengubah takdir-Nya. Logikanya, kalau sebuah takdir adalah harga mati yang tidak bisa diubah, maka doa tidak diperlukan. Dan Tuhan sendiri, sekali lagi dalam agama apaun, memerintahkan hambanya untuk berdoa.
Doa yang dapat mengubah takdir itu bisa dikabulkan, karena doa yang kita panjatkan atau doa dan Aamiin-nya orang lain. Dan kita tidak akan pernah bisa memastikan siapa orang lain itu yang dapat membuat doa kita diqabulkan. Makanya jangan pernah meremehkan setiap orang yang ikut meng-Aamin-kan doa kita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Kiky Kurnia Arma
tuntaskan dulu perasaanmu arka sama airin, kesannya kan ngeganting status airin..
2021-05-25
0
Iklima kasi💕
doa juga jg momen curhat hamba yg teraman dn paling bebas,gratis plus bonus dikabulnya doa trsbut
2020-10-11
1
Aenhy Nur
maa syaa Allah sukak
2020-09-26
1