“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam,” terdengar jawaban Rena dari arah dapur.
Tanpa menunggu tuan rumah keluar, Dimas segera masuk kemudian merebahkan tubuhnya ke sofa. Sebelah tangannya menutupi kedua matanya. Rena datang dan hanya geleng-geleng melihat kelakuan sahabatnya ini.
“Dasar tamu ngga ada akhlaknya, dateng-dateng langsung rebahan.”
“Berisik lo! Ngantuk gue.”
“Emang lo pikir rumah gue penginapan, sana pulang kalau mau tidur doang,” Rena mendudukkan dirinya di sofa single tak jauh dari sofa yang ditiduri Dimas.
“Bang Fahri mana?”
“Kerjalah. Emang elo keluyuran ngga jelas.”
Dimas bangun kemudian duduk menyender. Wajahnya tampak kusut, beberapa kali dia mengacak-acak rambutnya membuat wajahnya semakin bertambah kusut. Rena tak dapat menahan tawa melihat keadaan Dimas. Dia sudah bisa menebak apa yang membuat sahabatnya ini terlihat semrawut.
“Ren, tolongin gue.”
“Kenapa? Dikejar rentenir apa dikejar Ily?” Rena terkikik geli, Dimas langsung memandang ke arahnya. Matanya menyipit, nampak mencurigai sesuatu.
“Pasti elo kan? Elo yang udah ngeracunin otaknya kan?”
“Sembarangan lo. Gue ngga ngapa-ngapain, cuma ngasih semangat sama beberapa tips aja buat ngejar elo. Dia beneran cinta sama elo Dim.”
“Gila lo Ren. Dia tuh Ily anaknya bang Ega, keponakan elo dan keponakan gue juga!”
“Tapi lo sama dia ngga ada hubungan darah Dim. Bukan sesuatu yang salah kalau ada hubungan di antara kalian. Dia juga sayang sama Ara dan bisa jadi ibu sambung yang baik buat keponakan gue.”
“Dia masih muda Ren, baru mau18 tahun. Nah gue? Gue bisa disangka pedofil kalau nikahin dia. Lo sadar ngga sih, perbedaan gue sama dia 20 tahun, 20 tahun Ren.”
“Terus? Umur itu ngga lebih cuma sederet angka aja. Yang penting hati kita Dim.”
“Ya tapi dia masih terlalu muda. Kalau dia seumuran Brina gue masih bisa terima.”
“Eh lo ngga usah sebut-sebut si Brina ya. Awas aja lo kalau nikah sama dia. Gue ngga rela keponakan gue punya ibu sambung perempuan murahan kaya dia. Kemarin gue lihat dia keluar hotel sama om-om gendut, botak lagi. Jijik gue, mending Ily kemana-mana dodol.”
“Tapi gue ngga cinta sama Ily.”
“Yakin lo ngga cinta? Ngga mungkin lo sekacau ini kalau lo ngga punya perasaan apa-apa sama dia. Besok lo harus kasih jawaban kan sama dia? Pikirin baik-baik Dim, jangan sampe lo nyesel. Cih mulut lo bilang ngga cinta padahal dalam hati klepek-klepek. Lo ngga bisa bohongin gue. Secara semua yang Ily lakuin itu atas ide gue.”
Rena menyandarkan punggungnya ke sofa, menyilangkan kedua tangan di dadanya seraya menatap Dimas penuh intimidasi. Dimas menarik rambutnya frustrasi, tak menyangka sahabat baiknya ini ternyata dalang dibalik semua sikap gila Firly dua minggu terakhir ini. Tak dapat dipungkiri sikap gila Firly telah membuatnya gila juga.
“Ren, gue laper.”
“Kebetulan gue belum masak, lo aja yang masak ya.”
“Dasar temen ngga akhlaknya. Gue itu tamu, kenapa gue yang disuruh masak.”
“Percuma punya temen chef terkenal kalau ngga dimanfaatin,” Rena tergelak sendiri mendengar ucapannya yang terdengar sadis.
Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Tak lama muncul dua gadis cantik, putri dari Rena. Nayara yang kini berusia 13 tahun dan Khayra 10 tahun. Mereka segera menghampiri Dimas kemudian mencium punggung tangannya.
“Loh mereka ngga sekolah?”
“Ck.. mereka libur, kan lagi unas.”
“Oh iya.”
“Om, udah lama ngga ke sini,” ucap Nayara.
“Iya, om sibuk. Kangen ya sama om?”
“Iya, kangen sama masakan om hehehe,” Dimas berdecak sebal.
“Om masakin buat kita dong,” cicit Khayra.
“Ngga emaknya, ngga anaknya sama aja. Kalian mau dimasakin apa?”
“Apa aja yang om Dimas masak kita makan deh.”
“Pepes kecoa mau?”
“Ooooommmm!!!” teriak Nayara dan Khayra kompak. Dimas tergelak, diacak-acaknya rambut kedua keponakannya ini kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur diikuti duo krucil yang selalu heboh ketika melihat omnya memasak. Rena tersenyum senang melihat sahabatnya sudah kembali seperti dulu dan semua berkat Firly.
Makasih Ly, kamu udah membuat sahabat tante ceria lagi. Tante akan lakukan apapun supaya kalian bisa bersatu. Sy, sebentar lagi gue bakalan nepatin janji gue. Dimas udah menemukan orang yang dicintainya dan menyayangi Ara dengan tulus. Lo yang tenang di sana ya Sy.
🌹🌹🌹
Jam sebelas siang mobil Dimas sudah terparkir di dekat gerbang sekolah Firly. Tak lama setelah gadis itu mengabarkan waktu pulangnya, Dimas segera meluncur pergi dari kantornya. Sambil berlari Firly keluar dari gerbang sekolah kemudian menghampiri BMW Z4 milik Dimas.
Firly masuk ke dalam mobil, Dimas mendekatkan tubuhnya membuat gadis itu menahan nafasnya. Perlahan ditariknya tali seat belt kemudian memasangkannya ke tubuh Firly. Tak lama mobil sport berwarna putih itu melaju membelah jalanan yang sedikit ramai.
Hati Firly berdebar saat akan memasuki lift. Traumanya akan kejadian kemarin masih belum hilang. Dimas menggenggam tangan Firly yang mendadak terasa dingin. Sepanjang lift bergerak dia terus menutup matanya. Sesampainya di lantai 9, Firly bergegas keluar tak lama setelah pintu lift terbuka.
Arini menundukkan kepalanya saat Dimas dan Firly melintas. Selama dua minggu gadis itu terus mendatangi Dimas ke kantornya. Tentu saja ini menjadi sebuah pertanyaan bagi Arini maupun Ringgo. Tapi keduanya tak berniat untuk bertanya demi menjaga privasi sang bos.
Firly menghempaskan tubuhnya ke sofa. Akhirnya perjuangannya selama empat hari berakhir sudah. Hanya tinggal menunggu pengumuman hasil kelulusan saja. Terdengar ketukan di pintu, Ringgo masuk sambil membawa beberapa berkas di tangannya.
“Ini laporan perkembangan pembangunan restoran di Milan dan ini laporan restoran di London juga Singapura. Jangan lupa jam setengah satu ada rapat dengan pak Anwar dari PD. Sedjati.”
“Kapan jadwal saya ke Milan?”
“Tiga hari lagi bos. Perlu saya pesenin tiket buat nyonya bos?” tanya Ringgo setengah berbisik.
“Bangke lo, sana pergi.” Ringgo tergelak. Setelah meletakkan berkas di atas meja, dia segera pergi. Sebelumnya melirik sekilas ke arah Firly, cantik, batinnya.
“Ly, kamu mau makan apa?”
“Apa aja om.”
Dimas mengangkat telepon kantornya untuk menghubungi Hanguk restaurant, memesan beberapa makanan yang disukai oleh Firly. Sambil menunggu pesanan, Dimas menyibukkan diri membaca laporan yang tadi dibawa Ringgo. Firly juga tengah asik menonton drakor favoritnya.
Setengah jam kemudian pesanannya datang. Mata Firly membelalak melihat hidangan yang tersaji di meja, semua adalah menu Korean food kesukaannya. Dimas bangun dari kursi kebesarannya kemudian duduk di samping Firly.
“Makan yang banyak Ly biar badan kamu ngga kurus kaya gini.”
“Ini bentuk badan ideal om.”
“Ideal dari mana ceking kaya gitu.”
“Au ah,” Firly mendengus sebal, Dimas terkekeh. Senang rasanya menggoda gadis di hadapannya ini. Dengan lahap Firly menyantap chicken buldag favoritnya.
“Ly, sebentar lagi om ada rapat. Kamu tunggu di sini aja ya. Kalau ngantuk tidur aja di kamar om.”
“Rapatnya di kantor apa di luar om?”
“Di kantor.”
“Lama?”
“Ngga tahu juga. Paling lama sejam lah,” Firly manggut-manggut saja. Mulutnya terus mengunyah sambil sesekali menyeruput minuman dinginnya. Selesai makan Dimas bergegas menuju meeting room.
Firly masuk ke dalam kamar untuk menunaikan shalat dzuhur kemudian merebahkan diri sambil melanjutkan drama Koreanya. Tapi baru sepuluh menit menonton, matanya sudah terpejam.
Firly membuka matanya, mengerjap-ngerjap sebentar menyesuaikan pandangannya yang masih sedikit kabur. Kemudian meraih ponselnya, matanya membulat melihat jam di ponselnya sudah pukul empat sore, berarti dia tidur hampir tiga jam lamanya. Firly bergegas ke kamar mandi untuk mencuci muka sambil berwudhu. Tak lama dia keluar dan menunaikan shalat ashar.
Dimas baru saja menandatangani dokumen terakhirnya ketika Firly keluar dari kamar. Gadis itu langsung menuju sofa. Matanya berkeliling memandangi seisi ruangan. Mungkin dia akan merindukan tempat ini. Setelah hari ini, dia akan jarang atau tidak akan menginjakkan kakinya di ruangan ini lagi.
Perasaan Firly menjadi tak karuan. Kisah cinta tak berbalasnya akan benar-benar berakhir hari ini. Tadi pagi Yunda memberitahu kalau minggu depan bunda Poppy dan ayah Irzal akan melamar ibu Pertiwi untuk om Dimasnya. Dadanya terasa sesak, matanya memanas, namun sebisa mungkin ditahannya airmata yang mulai menggenang di pelupuk matanya.
“Ly,” Firly terlonjak saat Dimas sudah duduk di sampingnya. Dia menarik nafas panjang, kemudian berbalik melihat Dimas seraya memamerkan senyum manisnya.
“Ily udah siap om. Seperti janji Ily, ini hari terakhir Ily ganggu om Dimas. Ily siap mendengar jawaban om Dimas.”
Dimas memandangi wajah Firly lekat-lekat. Tangannya bergerak merapihkan beberapa helai rambut panjang Firly kemudian menyelipkannya ke belakang telinganya.
“Ly, maaf....”
🌹🌹🌹
**Maaf segini dulu up nya ya, mamake mau semedi dulu, mencari wangsit kira2 nanti om Dimas Ama Ily jadian atau berpisah.
Kalau mau mamake up lagi hari ini jangan lupa ya ritualnya
Like..
Comment..
Vote..
Gamsa Hamnida😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Nabila hasir
ikut nyesek baca percintaannya ily sama om dimas
2024-05-16
1
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
astaga gantung
2024-01-03
2
flowers city
🤣😂😂😂😂😂😂
2023-08-20
1