Sudah dua minggu lamanya oma Santi tinggal di rumah Ega. Selama itu pula Firly jadi jarang mengunjungi Dimas di kantor atau di rumahnya. Ara sudah jelas merasa sedih, sudah dua akhir pekan Firly tidak menginap di rumahnya. Dia juga tidak bisa bermain dengan gadis itu sepulang sekolah karena mendekati unas Firly sudah mulai disibukkan dengan kegiatan bimbelnya.
“Anak papa kenapa dari tadi manyun aja?” Dimas menghampiri Ara yang sedang duduk melamun di ayunan lalu duduk di sampingnya.
“Ara kangen sama kak Ily. Udah dua minggu Ara ngga ketemu kak Ily. Sekarang kak Ily kalau pulang sekolah sore terus. Malam minggu juga ngga bisa nginep di sini karena nemenin oma Santi.”
“Gimana kalau sore ini kita ke rumah kak Ily sekalian nengok oma Santi.”
“Beneran pa?”
“Iya, tapi papa mau buatin makanan dulu buat oma Santi. Ara mau bantu?”
“Mau pa.”
Wajah Ara sudah kembali sumringah. Dia mengikuti papanya menuju dapur. Dimas segera menyiapkan bahan untuk memasak.
“Papa mau bikin apa?”
“Bikin dimsum sama puding karamel.”
Ara membantu papanya menyiapkan bahan-bahan. Dengan cekatan Dimas membuat adonan dimsum. Ara menyiapkan bahan-bahan untuk puding karamel. Keduanya terlihat kompak di dapur.
Sore harinya selepas ashar, Dimas dan Ara bersiap ke rumah Ega. Dimas sudah memasukkan makanan yang akan dibawanya ke dalam wadah. Setelah mengunci pintu, mereka segera naik ke mobil menuju kediaman Ega.
“Assalamu’alaikum,” ucap Dimas seraya masuk ke dalam rumah yang pintunya sudah terbuka diikuti Ara di belakang.
“Waalaikumsalam,” jawab oma Santi dari ruang tengah. Ayah dan anak itu segera menghampiri kemudian mencium punggung tangannya bergantian.
“Sehat ma?”
“Alhamdulillah, berada dekat dengan anak dan cucu membuat mama lebih sehat. Ya ampun Ara kamu tambah cantik aja,” oma Santi membelai puncak kepala Ara.
“Kok sepi oma? Pada kemana?”
“Ega kan masih di kantor. Alea ngecek butiknya. Ilan sama Ily belum pulang bimbel, Ziel juga lagi latihan.”
“Ma aku buatin dimsum kesukaan mama. Mama mau?”
“Boleh Dim.”
Dimas membawa makanannya ke dapur, meminta bi Surti memindahkannya. Dia lalu mengambil beberapa potong dimsum ke dalam piring dan saos ke mangkok kecil. Oma Santi dengan senang menerima Dimsum dari tangan Dimas. Sudah lama dia ingin memakan dimsum buatan chef terkenal itu.
“Assalamu’alaikum,” Firly dan Firlan masuk ke dalam rumah.
“Waalaikumsalam,” jawab oma Santi, Dimas dan Ara berbarengan. Ara yang memang merindukan Firly langsung menghambur ke arahnya.
“Kak Ily!”
“Eh Ara, sama siapa ke sini?”
“Sama papa,” Ara menunjuk Dimas yang sedang duduk bersama oma Santi. Jantung Firly berdegup kencang melihat Dimas. Sudah dua minggu ini dia tak bertemu dengan lelaki pujaan hatinya itu. Sekilas Firlan menangkap gerak-gerik kembarannya yang mencurigakan.
“Eh ada om Dimas. Udah lama om?” Firlan mencium punggung tangan oma Santi dan Dimas bergantian.
“Baru aja. Kalian baru pulang?”
“Iya om. Aku ke atas dulu ya, mau mandi.”
Dimas mengangguk, kemudian dikejutkan dengan Firly yang meraih tangannya kemudian mencium punggung tangannya. Hatinya sedikit berdebar melihat wajah keponakannya ini. Tak dipungkiri selama dua minggu tak bertemu Firly, membuatnya merindukan gadis ini.
“Kak, papa bikin dimsum sama puding karamel kesukaan kakak loh.”
“Masa? Asik dong. Kakak mandi dulu ya.”
Firly pamit ke kamarnya diikuti oleh Ara. Sedang Dimas dan oma Santi melanjutkan percakapannya. Lima belas menit kemudian si kembar plus Ara turun dari lantai dua dan bergabung di ruang tengah. Bi Surti sudah menyiapkan camilan yang dibawa Dimas tadi di meja. Tak menunggu lama, keduanya segera melahap dimsum yang sudah tidak diragukan lagi rasanya.
“Dim, katanya Ily belajar masak sama kamu. Hasil masakannya enak loh.”
“Iya ma. Ily tuh pinter makanya cepet bisa,” puji Dimas. Mendapat pujian dari Dimas, wajah Firly langsung merona. Hal ini tak lepas dari pengamatan oma Santi dan Firlan.
“Oh ya Dim, kamu ngga ada niatan untuk menikah lagi?”
Uhuk.. uhuk...
Firly tersedak mendengar pertanyaan oma Santi. Ara memberikan minuman sambil mengusap-ngusap punggungnya. Firlan bertambah curiga pada adik kembarnya ini.
“Belum tahu oma. Cari pasangan yang mau menerima Dimas dan Ara susah-susah gampang.”
“Ya kamu harus hati-hati cari pasangan, jangan cuma sayang kamu aja tapi juga sayang sama Ara. Kata Poppy kamu lagi dekat sama siapa tuh, hmmm.. Sabrina ya.”
Uhuk.. uhuk..
Firly kembali terbatuk. Mendengar nama wanita itu membuat hatinya tak tenang. Dipandanginya wajah Dimas lekat-lekat, ingin melihat ekspresinya.
“Hmm.. masih Dimas pertimbangkan ma.”
“Ara ngga suka sama tante Brina!” celetuk Ara yang membuat semua orang melihat padanya.
“Loh Ara ngga suka kenapa?”
“Tante Brina banyak ngatur, kaya polisi lalu lintas.”
“Hahaha,” Firly tak dapat menahan tawanya mendengar jawaban menggemaskan Ara. Firlan menyenggol tangannya, memintanya berhenti tertawa.
“Itu tandanya tante Brina perhatian sama kamu sayang.”
“Pokoknya Ara ngga suka. Tante Brina juga caper banget kalau depan papa.”
“Ara!” tegur Dimas.
“Sudah Dim. Ayo Ara dimakan pudingnya,” oma Santi mencoba mencairkan suasana yang sempat tegang. Firly juga berusaha menenangkan Ara yang moodnya terlihat buruk saat mendengar pembicaraan tentang Sabrina.
Setelah puas berbincang dengan oma Santi, Dimas dan Ara pamit pulang. Tapi Ara merengek meminta Firly menginap di rumahnya.
“Kak Ily nginep di rumah ya. Besok kan Sabtu, kak Ily libur sekolah, Ara juga. Ara kangen pengen cerita-cerita sama kak Ily,” rengek Ara.
Firly dibuat bingung harus menjawab apa. Sebenarnya dia ingin sekali menginap karena merindukan Dimas. Tapi dia juga tak bisa meninggalkan oma Santi, apalagi kedua orang tuanya belum pulang.
“Turutin aja maunya Ara, kasihan dia kesepian.”
“Tapi oma..”
“Oma ngga apa-apa. Ada Ilan sama bi Surti, sebentar lagi juga papi sama mami kamu pulang. Udah sana, nanti oma yang bilang sama mereka kalau kamu nginap di rumah om Dimas.”
“Ya udah deh, kak Ily ambil baju dulu ya.”
“Hore!! Jangan pake lama ya kak.”
Firly bergegas menuju kamarnya, memasukkan baju tidur dan pakaian ganti untuk besok juga kosmetik ke dalam tas. Tak lama dia keluar lagi dari kamarnya.
“Oma, Ily pergi dulu, assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam.”
🍁🍁🍁
Setelah makan malam, Dimas, Ara dan Firly duduk menonton televisi di ruang tengah. Ara memilih menonton film kartun di chanel disney dari saluran tv kabel. Dia sengaja menempatkan Dimas berada di antara dirinya juga Firly. Dimas merentangkan kedua tangannya kemudian merangkul kedua gadis itu. Jantung Firly tak berhenti berdendang tatkala tangan Dimas menyentuh bahunya.
Dua jam berlalu, ternyata Ara sudah tidur, begitu juga Firly. Pelan-pelan Dimas melepaskan tangannya dari Firly kemudian menggendong Ara dan membawanya ke kamar. Setelah menidurkan Ara, Dimas kembali ke ruang tengah. Firly masih tergolek di atas sofa. Perlahan Dimas membopongnya kemudian membawanya ke kamar.
Dada Dimas berdesir melihat wajah Firly yang begitu dekat. Ada perasaan lain menjalari hatinya. Pelan-pelan dibaringkannya tubuh Firly di samping Ara. Cukup lama dia berdiam diri sambil menatap wajah Firly.
Tanpa disadari tangannya menelusuri wajah polos Firly kemudian terhenti di bibir tipisnya. Dimas memandangi bibir yang sering mengeluarkan celotehan tiada henti. Anehnya bibir itu terlihat begitu menggoda saat ini. Dimas mendekatkan wajahnya, namun tak berapa lama kesadarannya kembali.
Astaghfirullahadziim ada apa denganmu. Ya ampun kenapa aku sempat tergoda mencium bibirnya. Aku seperti pedofil saja.
Dimas buru-buru keluar dari kamar anaknya. Setelah mengunci semua pintu, dia langsung kembali ke kamarnya. Di dalam kamar Dimas hanya berjalan mondar-mandir. Hatinya menjadi tak tenang. Bibir Firly terus membayang di pelupuk matanya, membuatnya semakin frustrasi. Untuk menenangkan hatinya, dia memilih untuk berwudhu kemudian menunaikan shalat sunat doa rakaat.
🍁🍁🍁
Paginya mereka sarapan dengan tenang. Selesai sarapan Firly membantu mencuci peralatan bekas makan. Bi Parmi belum kembali dari kampungnya, kemungkinan besar dia tidak akan kembali karena anaknya baru saja kehilangan istrinya, jadi tidak ada yang mengurus cucunya yang baru berusia dua tahun.
Firly pamit pulang, Ara bersikeras ikut dengannya tapi Dimas melarangnya dengan alasan akan mengajaknya jalan-jalan. Setelah mengantarkan Firly, Dimas menepati janjinya dengan mengajak Ara ke wahana permainan yang ada di salah satu mall.
Firly langsung mencari keberadaan oma Santi begitu masuk ke dalam rumah. Ternyata omanya sedang berjemur di halaman belakang. Firly segera menghampirinya.
“Oma.”
“Eh udah pulang sayang. Mana Ara?”
“Ara lagi pergi sama om Dimas.”
“Sini sayang, oma mau bicara.”
Firly ikut duduk di samping oma Santi. Sesaat dia menatap wajah omanya yang terlihat lebih pucat. Oma Santi mengarahkan tubuhnya menghadap Firly kemudian menggenggam kedua tangannya erat.
“Oma mau Ily jujur sama oma.”
“Soal apa oma?”
“Ily suka sama om Dimas?”
DEG
Pertanyaan oma sungguh di luar dugaan Firly. Bagaimana bisa omanya tahu apa yang dirasakannya kini. Untuk sesaat Firly hanya terdiam, lidahnya terasa kelu, tak tahu harus menjawab apa. Sungguh dia sulit untuk berkata jujur, takut oma Santi akan menentangnya.
“Ily,” suara lembut oma membuyarkan lamunannya.
“Iya oma, Ily sayang sama om Dimas. Bukan sayang keponakan kepada om tapi sayang seorang perempuan kepada laki-laki,” jawab Firly dengan wajah menunduk. Segurat senyum tercetak di wajah oma Santi yang sudah tergerus usia.
“Perasaanmu hanya sekedar sayang atau bagaimana?”
“Ily ngga tahu oma. Yang pasti Ily sangat banget sama om Dimas. Ily ngga suka lihat om Dimas berdekatan dengan perempuan lain. Ily ingin terus bersama om Dimas, mengurusnya juga Ara. Kadang kalau kita sedang bertiga, Ily ngerasa kita adalah sebuah keluarga kecil yang bahagia. Apa Ily salah oma jatuh cinta sama om Dimas?”
“Ngga ada yang salah dengan itu sayang. Oma sudah kenal Dimas sebelum kamu lahir. Dia laki-laki yang baik. Dia banyak membantu mami dan papimu. Kalau kamu mencintainya, oma ngga masalah.”
“Tapi Ily ngga tahu gimana perasaan om Dimas sama Ily.”
“Makanya kamu kejar kalau kamu benar mencintainya. Oma akan selalu mendukungmu karena buat oma kebahagiaanmu yang terpenting. Oma juga yakin kalau Dimas bisa membahagiakanmu.”
“Tapi om Dimas masih belum bisa melupakan tante Sissy.”
“Cepat atau lambat, Dimas pasti akan bisa merelakan kepergian istrinya. Kamu harus banyak bersabar. Tapi dari yang oma lihat kemarin, sepertinya cara dia melihatmu sudah sedikit berbeda.”
“Yang bener oma? Oma ngga lagi PHP-in Ily kan?” oma Santi tertawa kemudian mengusap puncak kepala cucunya ini.
“Itu hanya dugaan oma aja. Kamu sendiri yang harus memastikannya. Kalau kamu serius dengan Dimas, maka maju tapi kalau ragu lebih baik berhenti sampai di sini. Apapun keputusanmu, oma akan selalu mendukungmu.”
“Makasih oma,” Firly memeluk oma Santi erat. Semangat Firly yang sempat menyurut kembali berkobar mendengar dukungan dari omanya. Selesai unas nanti dia bertekad mengejar cinta Dimas apapun hasilnya.
“Ada apa nih? Kayanya seru banget ngobrolnya?”
Ega datang menghampiri dua wanita yang sangat disayanginya. Firly mengurai pelukannya kemudian pamit ke kamarnya. Sebelumnya dia mendaratkan kecupan di pipi oma dan papinya. Ega duduk di samping oma Santi.
“Ga, apa kamu masih berniat menjodohkan Ily dengan Elang?”
“Itu maunya aku ma. Tapi semuanya aku kembalikan sama Ily, hati kan ngga bisa dipaksakan. Toh yang akan menjalani rumah tangga itu mereka.”
“Syukurlah. Apa mama bisa minta sesuatu?”
“Apa ma?”
“Kalau nanti Ily sudah menemukan orang yang dicintainya, berjanjilah kamu akan mendukungnya, siapapun pilihannya,” kening Ega berkerut, mencoba mencerna ucapan mamanya.
“Maksud mama?”
“Anakmu sudah besar Ga. Seperti remaja pada umumnya, dia juga sudah mulai merasakan benih-benih cinta. Kalau dia mengatakan kepadamu siapa orang yang dicintainya dan serius untuk menikah dengannya. Mama minta kamu merestui dan mendukungnya.”
“Mama tahu siapa orangnya?” oma Santi mengangguk pelan.
“Siapa ma?” jiwa kepo Ega meronta ingin mengetahui siapa lelaki yang berhasil memikat hati putri cantiknya itu.
“Biar Ily saja yang mengatakannya padamu saat dia sudah siap.”
“Kasih clue sedikit aja,” bujuk Ega tapi oma Santi hanya menggeleng pelan. Akhirnya Ega pasrah, namun dia berencana mencari tahu dari sahabat-sahabat anaknya. Sepertinya papi tiga anak itu tidak akan bisa tidur nyenyak malam ini.
🍁🍁🍁
Eeh **om Dimas mau main nyosor aja, udah kaya soang😂
Papi Ega dari dulu sifat keponya ngga pernah hilang ya. Gimana reaksinya ya kalau tahu orang yang disuka Ily itu om Dimas🙈
Jangan lupa
Like..
Comment..
Vote**..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
paling papi pingsan tau yg suka ily adalah om dim
2024-01-03
2
🌽Mrs.Yudi 𝐙⃝🦜🍇
😂😂😂
2023-06-27
1
Saans
aissshh bikin senyum senyum sendiri iniik😊
2022-06-03
1