Hai.. sebelum lanjut cerita, mamake mau ingatkan soal semua karakter di sini. Mereka adalah anak2 dari pasangan di CLBK Couples. Takut kalian lupa, nih mamake ingetin:
Anak Regan & **Sarah :
Rayna biasa dipanggil Rain
Reyhan biasa dipanggil Rey**
**Anak pasangan Irzal & Poppy :
Elang biasa dipanggil El
Ayunda biasa dipanggil Yunda
3. Farel (anak angkat**)
**Anak pasangan Ega & Alea :
Firlan biasa dipanggil Ikan
Firly biasa dipanggil Ily
3. Azriel biasa dipanggil Ziel
Anak pasangan Adit & Debby :
Anggara biasa dipanggil Gara
Anak pasangan Nino & Kalila :
Akhtar (dari istri pertama Disti)
Bilqis
Untuk DEAR UNCLE, kita akan fokus ke Filry and Dimas dulu ya. Sekian dari mamake, mangga dilanjut bacanya.
Happy reading**...
********************************************
“Mas Dimas,” panggil wanita itu. Dimas menoleh, dia terkejut melihat kedatangannya.
“Sabrina.”
“Hai mas, long time no see,” wanita yang dipanggil Sabrina itu mendekati Dimas, menyalaminya kemudian bercipika cipiki tanpa canggung. Semua yang berada di sana hanya terdiam melihat pemandangan tersebut. Ara terlihat tidak suka melihat cara Sabrina memperlakukan papanya. Dengan cepat dia mendekati Dimas.
“Tante siapa?” ketus Ara.
“Ini teman papa sayang, namanya tante Sabrina.”
Sabrina menunduk, mensejajarkan dirinya dengan Ara kemudian mengulurkan tangannya.
“Hai cantik siapa nama kamu?”
“Tante temannya papa tapi ngga tahu siapa aku?”
Sabrina terkejut dengan reaksi Ara padanya, namun dengan cepat menetralkan perasaannya dan kembali menunjukkan senyum manisnya. Dimas yang tak enak hati menegur anaknya.
“Ara kenapa bicara seperti itu? Papa ngga suka ya kalau kamu bersikap ngga sopan seperti itu. Sabrina maafkan anakku. Ayo minta maaf sama tante Sabrina.”
“Ngga apa-apa mas, namanya juga anak kecil.”
“Ara!”
“Maafin Ara tante,” cicit Ara sedikit tak ikhlas.
“Ngga apa-apa sayang,” Sabrina melemparkan senyum manis pada gadis kecil itu.
“Tapi Ara juga ngga suka tante cipika cipiki sama papa. Tante kan bukan muhrimnya papa.”
JLEB
Kata-kata gadis kecil itu menancap tajam di hati Sabrina. Wajahnya bersemu merah menahan malu.
“Ara sayang, mending main sama kak Ily yuk,” ajak Firly berusaha mencairkan suasana yang tegang. Firly menggandeng tangan Ara menjauh dari halaman belakang. Dimas mengajak Sabrina berbicara di ruang tamu.
Sabrina, wanita berusia 30 tahun itu adalah teman Dimas yang dikenalnya di London saat membuka restorannya di sana. Hubungan keduanya cukup baik, Sabrina membantu mempromosikan restoran milik Dimas di sana. Tak dipungkiri dia menyimpan perasaan lain untuk duda satu anak ini. Namun Dimas tak pernah menganggapnya lebih dari seorang teman.
Pembicaraan Dimas dan Sabrina berlangsung cukup lama. Sesekali terdengar tawa kecil Sabrina saat mengenang kebersamaan mereka di London dulu. Firly yang sedang menonton televisi di ruang tengah bersama Ara, Rain, Bilqis dan Ayunda melihat ke arah ruang tamu. Perasaannya mendadak tak suka melihat Dimas tersenyum pada Sabrina.
Cih siapa sih tuh tante. Udah kaya jelangkung aja datang tak diundang. Itu lagi om Dimas ngapain senyum-senyum gitu. Bahaya kalau si tante sampe naksir sama om Dimas. Eh kenapa juga gue jadi sewot. Om Dimas ngga mungkin suka kan sama dia. Aaaarrrgghhh Ily lo kenapa sih, ngapain juga ngurusin mereka.
Acara kumpul-kumpul pun berakhir, Sabrina juga sudah pamit pulang. Satu per satu keponakannya pulang. Hanya tinggal Firly yang masih berada di sana. Ara bersikeras meminta Firly tinggal lebih lama. Akhirnya gadis itu memenuhi keinginan Ara. Mereka sedari tadi berada di kamar Ara.
“Kak, kayanya tante yang tadi suka sama papa deh.”
“Mungkin,” jawab Firly malas.
“Pokoknya Ara ngga setuju kalau papa sama tante Sabrina,” senyum muncul di wajah Firly mendengar ucapan Ara.
“Emangnya kenapa Ara ngga suka sama tante itu?”
“Ngga aja. Menurut Ara dia cuma suka sama papa aja tapi ngga sayang sama Ara. Ara udah punya calon buat papa.”
“Oh ya? Siapa?”
“Ra.. ha.. sia.. Ara bakal kasih tahu kalau waktunya tepat.”
Firly kecewa mendengar jawaban Ara, padahal dia penasaran sekali ingin tahu siapa wanita yang sudah membuat Ara menjatuhkan pilihan padanya. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu, tak lama Dimas masuk ke dalam.
“Ly, udah jam delapan. Kamu mau pulang jam berapa?”
“Kak Ily nginep di sini aja.”
“Ngga bisa sayang. Kak Ily ngga bawa baju ganti sama seragam juga,” sebenarnya itu bukan alasan penting juga, karena jarak rumah mereka tidak begitu jauh. Hanya saja Firly masih kesal dengan Dimas yang banyak mengumbar senyum pada Sabrina.
“Kalau gitu Sabtu depan ya kak Ily nginep sini.”
“In Sya Allah. Kak Ily pulang dulu ya. Ara mau ikut nganter ngga?”
“Ngga ah, Ara ngantuk hoaaamm,” Ara pura-pura menguap padahal dia sengaja ingin memberikan waktu berdua untuk papanya dan Firly.
Firly masuk ke dalam mobil, tak lama Dimas menyusul. Selama perjalanan Firly hanya diam seribu bahasa. Dimas melirik keponakannya ini. Heran dengan sikap diamnya, biasanya gadis ini selalu tak pernah kehabisan bahan ocehan.
“Kamu lagi sariawan Ly?”
“Ngga.”
“Tumben diem aja.”
“Abis batre,” jawabnya asal. Dimas terkekeh, diusapnya kepala Firly.
“Ngga usah pegang-pegang,” Firly menyingkirkan tangan Dimas dari kepalanya.
“Dih kamu kenapa sih sewot gitu kaya emak-emak kehabisan uang belanja. Apa lagi PMS ya?”
Firly tak menjawab. Dia hanya menatap lurus ke depan sambil menyilangkan kedua tangan di depan dada. Bibirnya maju beberapa senti, membuat Dimas semakin gemas. Mobil yang dikendarai akhirnya sampai di depan rumah Firly. Saat akan turun, tangan Dimas menahannya.
“Ly, bentar,” Dimas mengambil usb dari saku celananya kemudian memberikannya pada Firly.
“Di sini ada video tentang plating. Kamu lihat ya buat inspirasi pas lomba nanti.”
“Hmm.. makasih om.”
“Tumben ngga cium pipi,” goda Dimas.
“Lagi males.”
“Ya udah om aja deh.”
CUP
Dimas mencium pipi Firly. Jantung Firly berdegup kencang mendapat ciuman di pipinya. Sedang Dimas terlihat santai, seperti mencium Ara atau Ayunda saja. Dengan cepat Firly turun dari mobil saat merasakan pipinya menghangat. Tak mau Dimas melihat pipinya yang merona.
Setelah memastikan Firly masuk ke dalam rumah, Dimas melajukan kendaraannya lagi. Di dalam kamar Firly memegangi dadanya yang berdebar kencang. Biasanya dia yang mencium pipi Dimas dan itu biasa saja. Tapi saat Dimas yang menciumnya kenapa rasanya berbeda. Firly menepuk-nepuk pipinya pelan.
Sadar Ly, kenapa lo jadi deg-degan gini. Ngga mungkin kan lo suka sama om Dimas. Dia om Dimas, om elo Ly. Orang yang udah ngasuh elo dari kecil. Dia bahkan sering gantiin popok elo. OMG apa kata dunia kalau elo naksir sama dia.
🍁🍁🍁
Sabtu pagi sekolah Darul Ilmi sudah ramai. Hari ini sekolah tersebut menyelenggarakan bermacam perlombaan juga bazaar. Untuk lomba memasak akan diadakan di salah satu kelas. Hanya ada sepuluh peserta yang berhasil lolos sampai ke tahap ini. Sebelumnya mereka menjalani seleksi terlebih dulu. Firly berhasil masuk sebagai salah satu pesertanya.
Sekali lagi Firly mengecek bahan yang akan digunakannya saat lomba nanti. Setelah memeriksa dia berjalan mondar-mandir untuk meredakan ketegangannya. Semua tim horenya sudah berkumpul untuk memberinya dukungan. Tak berapa lama acara pun dimulai. Pembawa acara mempersilahkan peserta menuju tempatnya masing-masing kemudian memperkenalkan juri yang akan menilai hasil masakan mereka.
Jantung Firly berdetak kencang saat mengetahui kalau Dimas diundang sebagai juri kehormatan. Peserta yang lain tak kalah hebohnya melihat kedatangan Dimas. Dari bangku penonton terdengar pujian dari beberapa murid perempuan, membuat telinga Firly panas mendengarnya.
Perlombaan pun dimulai. Para peserta dipersilahkan untuk mulai memasak. Mereka diberi waktu dua jam untuk mempersiapkan hidangan yang terdiri dari appetizer, main course dan dessert. Para juri mulai berkeliling memperhatikan cara memasak serta kebersihan para peserta saat memasak. Sesekali Dimas memberi masukan pada peserta, tak terkecuali pada Firly.
“Adonan tteoknya harus pas airnya, jangan terlalu keras atau lembek. Inget uleninnya harus sampai kalis ya,” Dimas mengingatkan Firly.
“Iya om.”
“Saya di sini bukan om kamu.”
“Iya chef,” ralat Firly. Dimas meninggalkan Firly menuju peserta berikutnya.
Firly menghembuskan nafas lega setelah Dimas berlalu. Pria itu terlihat galak jika sudah berperan sebagai seorang juri.
Dua jam berlalu, waktu yang diberikan telah habis. Kini para peserta maju satu per satu membawa hidangan mereka. Tak ada komentar yang keluar, mereka hanya mencicipi saja kemudian memberikan penilaian.
Kini tiba giliran Firly maju. Hati-hati dia meletakkan hidangan di atas meja kemudian kembali ke tempatnya. Diperhatikannya wajah para juri ketika mencicipi hasil masakannya. Dimas nampak menggelengkan kepalanya, terlihat gurat kekecewaan di wajahnya. Firly menggigit bibirnya dengan cemas.
Duh rasa masakan gue hancur kali ya, om Dimas kok kaya ngga seneng gitu.
Setelah berdiskusi, akhirnya juri mendapat kesepakatan tentang pemenang dari perlombaan ini. Sang pembawa acara mengambil selembar kertas yang berisikan nama-nama pemenang. Dia kembali ke tengah dan membacakan hasilnya.
“Baiklah, hasil penilaian juri sudah berada di tangan saya. Ingat keputusan juri sudah dari hasil diskusi dan tidak bisa diganggu gugat. Juara ketiga yang mengusung tema masakan western food, jatuh kepada Mulan Jamila dari kelas 12-IPA D,” gemuruh tepuk tangan mengiringi langkah Mulan maju ke depan.
“Selanjutnya juara kedua yang mengusung tema Asian food jatuh kepada Firly Sakhi dari kelas 12-IPS A,” Firly tak percaya dirinya berhasil menjadi juara kedua. Dengan senyum mengembang dia maju ke depan.
“Dan juara pertama yang mengusung teman masakan nusantara jatuh kepada Ahmad Dani dari kelas 12-IPS C,” seorang siswa lelaki dengan gaya agak gemulai maju ke depan.
Ibu Ratih selaku wakil kepala sekolah maju ke depan untuk memberikan hadiah kepada para pemenang. Selanjutnya Dimas juga akan memberikan hadiah tambahan kepada para pemenang berupa jaket chef dan satu set pisau. Ketiga pemenang itu senang bukan kepalang.
“Ya ampun chef Dimas ganteng banget. Chef boleh foto bareng ya,” pinta Mulan. Dimas hanya mengangguk seraya tersenyum tipis.
Mulan memberikan ponsel pada Firly, meminta gadis itu mengabadikan dirinya dengan Dimas. Dengan berani dia melingkarkan tangannya ke lengan Dimas. Perasaan Firly dongkol sekali. Selesai dengan Mulan, kini peserta yang lain ikutan latah ingin berpose dengan Dimas.
Dengan kesal Firly meninggalkan para gadis yang sedang keganjenan minta berfoto dengan Dimas, bahkan guru perempuan pun tak kalah genitnya. Dia berjalan meninggalkan tempat lomba tanpa mempedulikan panggilan Firlan dan Ara.
“Kak! Kak Ily!,” Ara terus mengejar Firly yang terus berjalan. Karena tak tega dia akhirnya berhenti.
“Kak Ily mau kemana?”
“Mau ke toilet, emangnya kenapa?”
“Oh kirain kak Ily mau kemana. Ara tunggu sini ya. Nanti kita pulang bareng, kak Ily kan udah janji mau nginep di rumah.”
“Iya, bentar ya,” Firly berlalu meninggalkan Ara menuju toilet. Sedari tadi dia memang sudah kebelet buang air kecil. Sesudah menuntaskan hajatnya, Firly kembali pada Ara, di sana sudah ada Firlan juga Dimas.
“Ly, lo mau balik bareng gue apa om Dimas?”
“Kak Ily pulang bareng Ara,” sahut Ara.
“Ya udah gue pulang duluan. Om titip Ily ya, kalau nyusahin buang aja ke kali Cikapundung.”
“Ilan rese lo! Jangan harap gue comblangin sama Salsa!”
“Bodo!” Firlan ngeloyor pergi meninggalkan Firly yang masih sewot. Ara segera menarik tangannya menuju parkiran. Dimas mengikuti dari belakang sambil membawa hadiah yang diterima Firly.
🍁🍁🍁
**Waduh Ily udah mulai cemburu nih. Kayanya ada yang baper nih. Kira-kira perasaan om Dimas gimana ya??
Habis baca jangan lupa ya
Like..
Comment..
Vote..
Kalau suka ceritanya minta tolong dishare ya ke teman2 yang lain. Makasih😉**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Nabila hasir
crita anak2 clbk seru banget.
padahal baca clbk nya belum kelar.
sudah penasaran ma crita anak2nya clbk😛😛
2024-05-14
1
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
ini namanya jaga jodoh dari bayi 🤣🤣🤣
2024-01-02
1
Khodijah Cyti
ini kenapa nama mulan sama ahmad masuk juga 😂😂😂😂
2023-10-26
1