Sepulang sekolah, Firly menjemput Ara di rumah Poppy. Ara pamit pulang pada bundanya itu. Mereka memutuskan berjalan kaki pulang ke rumah sambil menikmati udara sore hari. Jarak rumah Poppy dan Dimas hanya terpisah enam blok saja. Dalam waktu lima belas menit mereka sudah sampai di rumah.
Sesampainya di rumah Ara langsung membersihkan diri. Firly membantu gadis kecil itu menyisir rambutnya. Wajah Ara sedari tadi tak lepas dari senyuman. Dia senang sekali ada Firly yang menemaninya di rumah ini. Walau dia tak merasa kesepian di rumah Poppy, namun sebenarnya suasana di rumahnya sendiri yang sangat diinginkannya. Firly berhasil membuatnya merasakan kehangatan di rumahnya sendiri.
“Nah Ara udah cantik sekarang.”
“Kita tunggu papa di taman depan aja yuk kak.”
“Ayo.”
Keduanya menuruni tangga kemudian menuju taman yang berada di depan rumah. Ara memilih duduk di ayunan yang terpasang di tengah taman. Ayunan berbentuk kursi yang terbuat dari kayu jati. Mereka duduk bersisian sambil bercerita banyak hal. Firly lebih banyak sebagai pendengar, membiarkan Ara bercerita tentang kegiatannya hari ini.
Sekilas Firly terkenang masa kecilnya dulu. Saat Dimas berkunjung ke rumah, dia sering sekali menyita waktu omnya itu dengan cerita-ceritanya. Dengan setia Dimas mendengarkannya. Persis seperti yang Firly lakukan saat ini.
Celotehan Ara terhenti saat BMW Z4 warna putih memasuki pekarangan rumah. Dimas keluar dari dalamnya. Dengan langkah riang Ara menyambut kepulangan papanya. Firly mengikutinya dari belakang.
“Papa,” Ara mencium punggung tangan Dimas, demikian juga dengan Firly.
“Anak papa udah cantik nih.”
“Iya dong pa. Ini bagus ngga kepangan rambut Ara?”
“Bagus, anak papa jadi kelihatan cantik banget.”
“Siapa dulu yang dandanin. Ini kak Ily loh yang kepangin rambut Ara. Ara seneng kak Ily main di sini, jadi Ara ngga kesepian,” Dimas tersenyum, sambil merangkul anaknya mereka masuk ke dalam rumah.
“Om mandi dulu ya Ly.”
“Tenang aja om. Prakteknya abis maghrib aja. Biar om istirahat dulu. Aku sama Ara mau nonton tivi aja.”
Dimas mengangguk kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Ara dan Ily memilih ke ruang tengah untuk menonton film kartun kesukaan Ara, apalagi kalau bukan Upin Ipin. Biarpun usianya sudah 9 tahun tapi Ara tak pernah bosan melihat film yang menceritakan anak kembar berkepala botak itu.
“Ini filmnya kak Ilan sama kak Ily ya. Kak Ilan, Upinnnya kak Ily, Ipinnya.”
“Enak aja, kak Ily cantik gini disamain sama Ipin yang botak gitu,” Ara tergelak mendengarnya.
Lima belas menit kemudian Dimas keluar dari kamarnya. Tubuhnya terbalut T-Shirt berwarna abu dengan celana santai selutut. Walaupun usianya sudah tidak muda lagi, namun ketampanan Dimas masih tercetak jelas di wajahnya. Dia mendaratkan bokongnya di samping Ara.
“Om, mau dibuatin apa? Teh atau kopi?”
“Tolong bilangin ke bi Parmi, om mau kopi hitam, gulanya sedikit aja.”
“Biar Ily aja yang buat om,” Firly bangkit dari duduknya. Namun baru beberapa langkah Dimas memanggilnya.
“Ly, kamu tahu kan gula yang mana?” Firly mendelik, kesal mendengar pertanyaan konyol omnya ini.
“Kali aja kamu ngga bisa bedain mana gula mana garem,” sambung Dimas dengan santainya.
“Ya kali Ily ngga bisa bedain gula ama garem. Ily emang ngga bisa masak tapi ngga oon juga sampe ngga bisa bedain garem sama gula,” jawab Firly sewot.
Dimas tergelak, dia senang bisa menjahili keponakannya lagi. Firly mencebikkan bibirnya pada Dimas kemudian berbalik pergi. Senyumnya mengembang, omnya sudah kembali jahil.
Ara melihat papanya lekat-lekat, sejak kedatangan Firly kemarin papanya sudah lebih banyak tersenyum bahkan tertawa. Ada rasa bahagia menelusup dalam hatinya.
Ya Allah semoga Ara bisa terus lihat papa tersenyum dan tertawa. Kalau Ara boleh meminta tolong berikan Ara mama baru yang bisa membahagiakan Ara juga papa.
Firly datang membawa nampan yang berisi secangkir kopi dan dua gelas jus mangga lalu meletakkannya di meja. Dimas mengambil cangkir kopinya kemudian menyesapnya perlahan.
“Ini yang buat siapa?”
“Ily, kenapa?”
“Asin.”
“Masa sih om?” mata Firly membelalak, tak percaya dengan apa yang dikatakan Dimas. Dia mengambil cangkir kopi dari tangan Dimas kemudian menyesapnya sedikit.
“Asin dari mana? Ngga kok.”
“Beneran asin, kalau dikasih garem hahaha.”
“Ish si om ya bener-bener nyebelin,” Firly meletakkan cangkir kopi di atas meja dengan kesal. Lagi-lagi dia dikerjai oleh Dimas.
🍁🍁🍁
Selepas maghrib Dimas dan Firly sudah siap bertempur di dapur. Keduanya telah mengenakan apron. Ara duduk manis memperhatikan mereka memasak. Dimas mengeluarkan semua bahan yang diperlukan. Dia mulai mengiris wortel dan kyuri. Pergelangan tangannya bergerak cepat memotong kedua sayuran itu menjadi bentuk korek api. Firly ternganga melihat kecepatan tangan Dimas. Kemudian Dimas lanjut memotong bayam, mengiris daging sapi tipis-tipis dan tak lupa jamur.
Satu per satu Dimas menumis sayuran yang hanya dibumbui garam saja lalu diletakkan ke dalam wadah. Kemudian mulai menumis jamur juga daging. Untuk daging dia menambahkan saos tiram agar rasanya lebih strong.
“Ly, kamu masih ngga suka toge?”
“Iya om, please togenya diskip aja ya.”
Dimas hanya mengangguk. Kini dia mulai mengolah telor dengan cara diceplok dengan kuning telur dibiarkan utuh setengah matang. Setelah semuanya siap, Dimas mengambil tiga buah dolsot lalu memoleskan minyak wijen di dasarnya. Satu per satu bahan mulai masuk ke dalam mangkuk tahan panas itu.
Pertama-tama nasi, lalu menata sayuran di sekelilingnya. Kemudian meletakkan telor ceplok, menaburkan biji wijen putih dan minyak wijen. Terakhir menambahkan gochujang ke dalam mangkok. Bibimbap sudah siap tersaji. Kini langkah terakhir memanaskannya di atas kompor.
Tak butuh waktu lama bagi Dimas untuk memanaskan dolsot tersebut. Kini ketiga bimbimbap sudah tersedia di atas meja. Tangan Firly langsung gatal untuk mengabadikannya. Beberapa kali dia menjepretkan kameranya untuk mendapatkan hasil dan angle yang bagus. Langsung saja dia mengupload foto tersebut di laman IG –nya.
“Ayo makan,” ajak Dimas.
“Ngga tega om, bentuknya cantik banget. Rasanya ngga sampai hati mau ngaduk-ngaduknya.”
“Lebay,” cibir Dimas. Tanpa ampun dia mengaduk-aduk bimbimbap miliknya juga Ara. Gadis cilik ini sudah tidak asing dengan makanan di depannya. Sudah beberapa kali Dimas membuatkan untuknya.
“Cepetan makan. Kalau dingin nanti ngga enak.”
“Tapi ngga tega om.”
Dimas mengambil dolsot milik Firly kemudian mengaduk-aduknya. Wajah Firly nampak tak rela melihat tatanan cantik tadi kini sudah tak berbentuk lagi. Dimas mengambil sesendok bimbimbap kemudian menyuapkan ke mulut Firly. Mata gadis itu membulat ketika merasakan makanan tersebut. Dengan cepat direbutnya sendok dari tangan Dimas lalu mulai memakan bimbimbap miliknya dengan lahap.
“Ly, mami masih belum bisa masak?”
“Belum om. Paling ngandelin bi Surti doang. Kayanya mami udah hopeless belajar masak hehehe. Kalau mau makan menu yang ngga biasa paling delivery order aja.”
“Kamu masih suka makan ayam bakar madu sama sup ikan kakap?”
“Masih lah om. Cuma udah jarang banget aku makan itu. Bikinan bi Surti ngga sama kaya bikinan om Dimas. Apalagi bang Ilan, udah lama dia pengen makan iga asam manis.”
Dimas terdiam, dulu dia sering membuatkan makanan favorit Firlan dan Firly. Sejak kecil keduanya memang lengket padanya karena sering dibuatkan makanan. Jika mereka mulai tidak berselera makan, Alea akan menelponnya meminta bantuan.
“In Sya Allah kalau om ngga sibuk, om akan buatkan.”
“Beneran om?” mata Firly nampak berbinar.
“Kalau Azriel senengnya apa?”
“Dia mah apa aja juga doyan om. Tapi dia lebih seneng Japanesse food kaya sushi atau beef teriyaki. Cuma ya gitu, sekarang kan dia udah mulai pelatihan buat ikut turnamen, jadi pola makannya mulai diatur deh. Ada ahli gizi yang ngatur menu makannya tiap minggu.”
Azriel adik Firly seumuran dengan Ayunda, sekarang berusia 13 tahun. Dia hobi bermain bulu tangkis, oleh karenanya sejak kecil Ega memasukkannya ke dalam klub bulu tangkis. Kini kepiawaiannya bermain tepak bulu itu semakin berkembang. Dia sudah mulai mengikuti turnamen nasional tingkat junior.
“Udah beres makannya? Ayo om anter kamu pulang. Nanti mami sama papi nyariin.”
“Tenang aja om, Ily udah bilang kok. Lagian Ily ngga bawa centong pasti ngga bakal dicariin.”
“Dasar.”
Dimas membereskan peralatan bekas makan kemudian membawanya ke dapur. Firly berinisiatif untuk mencucinya. Rasanya malu saja, tidak melakukan apa-apa. Selesai mencuci piring Dimas mengeluarkan mobilnya kemudian mengantarkan Firly pulang. Seperti biasa Ara tidak ikut karena harus mengerjakan PR.
Mobil milik Dimas berhenti di depan rumah Firly. Keadaan rumahnya tampak sepi. Firly melihat ke arah Dimas sejenak.
“Om, makasih ya buat hari ini.”
“Sama-sama. Mami sama papi kayanya belum pulang.”
“Mami sama papi lagi ke Jakarta nengok oma Santi. Semenjak ditinggal opa Willy, oma sering sakit-sakitan. Tadi kata om Andra, oma sesak nafas jadi dibawa ke rumah sakit.”
Wajah Firly nampak sendu. Oma Santi memang sangat menyayanginya. Apalagi kini hanya oma Santi yang tersisa. Oma Fanny, opa Hilman dan opa Willy sudah terlebih dulu pergi meninggalkan alam dunia. Dimas memeluk keponakannya ini. Diusapnya puncak kepala Firly beberapa kali.
“Jangan sedih, kamu berdoa aja ya buat kesembuhan oma Santi.”
“Iya om. Ily turun ya. Makasih banyak buat hari ini, Ily seneng banget. Om Dimas langsung pulang ya jangan keluyuran kasihan Ara di rumah nanti kesepian.”
“Emang mau ngapain om keluyuran?”
“Kali aja mau godain banci di jalan Sumatra”
PLETAK
Firly memajukan bibirnya beberapa senti ketika sentilan Dimas mendarat di keningnya. Dimas terkekeh, kehadiran Firly dua hari ini mengubah suasana hatinya menjadi lebih baik.
CUP
Firly mencium pipi Dimas kemudian turun dari mobil. Seperti biasa, Dimas menurunkan kaca jendelanya.
“Daaagghh om,” Firly melambaikan tangannya. Dimas melemparkan senyum manis sebelum menjalankan kendaraannya. Firly masuk ke dalam rumah dengan perasaan bahagia.
🍁🍁🍁
**Jangan nyosor om Dimas Mulu Lu, nanti klo baper gimana?😁
Jangan lupa buat
Like..
Comment..
Vote**..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
sosoran lengket tu
2024-01-02
2
Ajusani Dei Yanti
lanjut thorrrr kuh semangat
2023-05-10
1
Uneh Wee
neneng firly tar jatuh hati lho ama om dimas ...
2022-12-18
1