Firly berlari memasuki lobi rumah sakit. Dia berhenti sebentar di depan lift, menanti kedatangan kotak besi itu bersama pengunjung yang lain. Gadis itu tampak tak sabaran, wajahnya menunjukkan kecemasan. Tadi papinya mengabarkan kalau kondisi oma Santi drop dan segera dilarikan ke rumah sakit.
TING
Pintu lift terbuka, bergegas Firly masuk ke dalamnya kemudian memencet tombol 12. Perlahan lift bergerak naik, beberapa menit kemudian dia telah sampai di lantai 12. Firly kembali berlari menuju ruangan tempat omanya dirawat. Dengan nafas terengah dia memasuki ruang inap VVIP itu.
“Oma,” Firly langsung menghambur ke arah omanya yang sedang terbaring lemah di ranjang. Di kamar ini bukan hanya keluarganya yang sudah datang, tetapi juga Adit, Regan dan Irzal beserta keluarganya sudah berada di sana, kecuali Dimas yang sedang berada di Menado untuk membuka bisnis resto barunya. Ega juga sudah menghubungi Tombak, mereka masih dalam perjalanan.
“Oma, oma kenapa?”
“Ily sayang, oma ngga apa-apa,” tangan oma Santi bergerak membelai pipi cucu perempuannya ini.
“Ega, maafkan mama kalau selama ini tidak bisa menjadi ibu yang baik untukmu. Mama doakan kamu senantiasa diberikan keberkahan dan keridhoan Allah. Jagalah istri dan anak-anakmu dengan baik. Ingat permintaan mama waktu itu? Tolong kabulkan sayang.”
Oma Santi membelai puncak kepala anak bungsunya ini. Tangis Ega pecah, sepertinya baru saja kemarin dia merasakan kasih sayang mamanya dan dia masih belum siap untuk berpisah. Alea mengusap-ngusap punggung suaminya, mencoba untuk memberikan kekuatan.
“Adit, terima kasih karena sudah menjaga dan menyayangi Ega selama ini. Mama harap kamu akan tetap berada di sampingnya. Mama doakan yang terbaik untukmu.”
“Terima kasih ma,” Adit menggenggam tangan oma Santi erat. Oma Santi kemudian mengalihkan pandangannya pada Regan dan Irzal.
“Regan, Irzal, Poppy, Sarah, terima kasih sudah menyayangi Ega seperti adik kalian sendiri. Mama tidak bisa melakukan apa-apa untuk membalas kebaikan kalian. Mama percaya, Allah akan memberikan balasan kebaikan yang berkali lipat.”
“Terima kasih juga mama telah menganggap kami anakmu,” jawab Regan mewakili yang lain. Firly yang merasa omanya sedang mengatakan kalimat perpisahan menangis tersedu.
“Ily, Ilan, Ziel, cucu-cucu oma yang cantik dan tampan. Jadilah anak yang berbakti nak. Ziel, oma doakan semoga impianmu menjadi kenyataan. Ilan, doa terbaik selalu oma panjatkan untukmu dan Ily, cucu oma yang paling cantik, oma doakan kamu bisa bersama dengan orang yang kamu sayangi.”
“Oma.. hiks.. hiks..”
“Rain, Yunda, sini nak,” kedua gadis cantik itu berjalan mendekati oma Santi.
“Oma doakan kalian mendapatkan kebahagiaan dan mendapatkan apa yang kalian impikan.”
“Makasih oma,” jawab Rain dan Yunda disela isaknya.
“El, Gara, Rey, Farel” panggil oma dan keempatnya segera mendekat.
“Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab dan oma doakan semoga dapat meraih semua yang kalian inginkan,” keempatnya hanya mengangguk tanpa bersuara.
“Ara cantik, sini nak,” oma Santi melambaikan tangannya pada Ara yang sedari tadi berada dalam pelukan Poppy. Dia berjalan mendekati oma kemudian berdiri di dekat Firly. Oma Santi membelai kepalanya.
“Oma percaya kamu akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan baik hati. Oma doakan kamu akan mendapatkan ibu sambung yang menyayangimu juga papamu.”
Oma Santi menarik tangan Firly kemudian menaruhnya di tangan Ara. Dia menggenggam tangan keduanya.
“Ily, sampaikan pada om Dimas kalau oma bersyukur memiliki anak sepertinya. Katakan kalau dia harus melanjutkan hidupnya dan menemukan orang yang benar-benar mencintainya juga Ara. Doa oma akan selalu menyertainya.”
“Iya oma hiks.. hiks.. oma jangan pergi,” oma Santi tersenyum tipis, kemudian dia kembali melihat kepada Ega. Dipandanginya wajah anak lelaki yang dulu ditelantarkannya, butiran bening membasahi pipi keriputnya.
“Ega, tolong pindahkan makam papa ke sini dan kuburkan mama di samping makam papa,” tangis Ega kembali pecah.
Mata oma Santi berkeliling mengabsen semua yang ada di ruangan. Dia tahu waktunya sudah tidak banyak lagi. Seutas senyum menghiasi bibirnya tatkala melihat lelaki yang sangat dicintainya tengah tersenyum menunggu kedatangannya. Tangannya terulur ke arahnya.
“Ega, tolong bimbing mama.”
Masih dengan airmata berlinang Ega mendekatkan kepalanya ke arah mamanya. Namun bibirnya bergetar saat akan membimbing mamanya, hanya tangisan yang keluar dari mulutnya.
Irzal maju mendekat untuk membimbing oma Santi mengucapkan kalimat syahadat di penghujung nafasnya. Tangan oma Santi jatuh terkulai setelah mengucapkan kalimat syahadat dengan sempurna. Firly menangis histeris memanggil omanya, Poppy menghampiri dan merengkuh tubuhnya ke dalam pelukannya.
“Sabar sayang, oma sudah tenang di sana,” Poppy mengusap punggung Firly yang bergetar hebat karena tangisannya.
“Oma.. hiks.. hiks.. oma.. hiks..”
🍁🍁🍁
Cuacanya sore ini terlihat mendung. Awan hitam yang menggelayut turut mengantarkan kepergian anak adam ke peristirahatan terakhirnya. Oma Santi memang langsung dimakamkan hari itu juga. Dengan dibantu pengurus setempat, pemakaman oma Santi dapat dilaksanakan dengan lancar.
Tampak Ega masih duduk termenung di depan makam sang mama. Terbayang kembali kebersamaan mereka selama delapan belas tahun terakhir. Airmatanya kembali berlinang, selama apapun sepertinya dia tak akan pernah puas merasakan kasih sayang mamanya. Tombak yang sedari tadi diam, kini berjalan menghampiri adiknya. Dengan kasar ditariknya tangan sang adik hingga berdiri sejajar dengannya.
“Apa saja yang kamu lakukan hah? Apa yang kamu lakukan sampai kecolongan seperti ini?!! Sebelumnya mama baik-baik saja, kenapa kondisinya sampai drop? Apa kamu tidak mengurusnya dengan benar?!!”
“Maafkan aku kak,” tak puas dengan jawaban Ega, Tombak mencengkeram kerah baju koko Ega.
“Menyesal aku mempercayakan mama sama kamu Ga!! Kamu ngga becus menjaga mama!!”
“Cukup!!! Apa pantas kamu melakukan ini di depan makam ibumu? Apa yang terjadi adalah kehendak Allah, tak perlu kamu menyalahkan siapapun di sini.”
Irzal melepaskan cengkeraman Tombak, kemudian membawa Ega pergi keluar dari area pemakaman keluarga. Tombak yang masih belum puas berusaha menyusul tapi ditahan oleh Adit.
“Cukup Tom!! Sampai kapan kamu mau menyalahkan orang lain atas semua hal yang terjadi? Sebelum kamu menghakimi Ega, tanyakan pada dirimu sendiri, apa selama ini kamu sudah cukup baik menjaga mama?”
Perkataan Adit sukses membungkam mulut Tombak. Merasa tak ada lagi yang perlu dikatakan, Adit pergi meninggalkannya. Tombak jatuh berlutut di samping makam mamanya, tangis yang sedari tadi ditahannya pecah juga. Kanaya menghampiri dan memeluknya dari samping.
🍁🍁🍁
Dimas yang mendapat kabar tentang oma Santi langsung mengambil penerbangan pulang ke Bandung. Keesokan paginya dia baru sampai karena pesawatnya mengalami keterlambatan akibat terkendala cuaca. Dari bandara Dimas langsung menuju rumah Ega. Yang ada di pikirannya hanya Firly. Dia tahu persis betapa gadis itu menyayangi omanya dan pasti sangat terpukul atas kepergiannya.
Taksi yang ditumpanginya berhenti di kediaman Ega. Di depan rumah tampak berjejer karangan bunga bertuliskan turut berduka cita. Dimas turun kemudian memasuki rumah yang pintunya terbuka lebar. Masih ada teman atau relasi bisnis Ega yang berdatangan untuk mengucapkan bela sungkawa.
“Assalamu’alaikum.”
“Waalaikumsalam,” Ega menyambut kedatangan Dimas. Dipeluknya lelaki yang sudah dianggap adiknya ini.
“Maafin semua kesalahan mama ya Dim.”
“Iya bang. Yang sabar bang, In Sya Allah mama udah tenang di sana,” Dimas menepuk-nepuk pelan punggung Ega. Ega mempersilahkan Dimas duduk. Sesaat Dimas mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Firly.
TAK.. TAK.. TAK..
Terdengar suara langkah kaki menuruni tangga. Alea muncul dengan membawa nampan berisi sepiring nasi yang tidak tersentuh kemudian menaruhnya di meja makan. Melihat kedatangan Dimas, Alea segera menghampirinya. Dimas memeluk Alea.
“Yang sabar ya kak.”
“Makasih Dim.”
Dimas mengurai pelukannya. Alea tampak menghapus genangan airmata yang membasahi sudut matanya.
“Dim, tolong bujuk Ily. Dari kemarin dia ngga mau makan. Sepertinya dia masih terpukul karena kepergian mama. Mungkin kalau kamu yang membujuknya dia mau makan.”
“Iya kak. Ily di mana?”
“Ada di kamarnya,” Dimas berjalan menuju dapur.
“Dim, kamarnya Ily di atas bukan di dapur,” seru Ega.
“Aku mau buatin nasi goreng dulu bang. Dia kan paling suka itu, mau lagi sedih, marah atau apapun dia ngga akan bisa nolak kalau ada nasi goreng di depannya.”
Ega tersenyum, Dimas masih mengingat apa makanan kesukaan anak gadisnya walaupun dia sempat menutup diri setelah kepergian Sissy. Tak butuh waktu lama bagi Dimas menyiapkan makanan kesukaan Firly. Dia memberikan sentuhan terakhirnya untuk mempercantik tampilan nasi gorengnya. Ega yang mencium wangi harum dari dapur tak bisa menahan diri untuk tak mendekat.
“Dim, kamu cuma buat buat Ily doang?”
“Tenang aja bang, tuh masih banyak di wajan.”
“Uh kamu emang the best,” dengan cepat Ega mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi goreng. Dimas meletakkan piring dan segelas air putih di atas nampan. Kemudian naik ke lantai atas.
Diketuknya pintu kamar Firly sebelum masuk ke dalam kamar. Tampak Firly sedang duduk menyender di head board ranjang sambil menekuk kakinya dan membenamkan wajah ke lututnya. Dimas menaruh nampan di atas nakas lalu duduk di samping Firly.
“Ly,” Dimas membelai puncak kepala Firly. Mendengar suara yang sangat dirindukannya, Firly mendongakkan kepalanya.
“Om.. oma hiks.. hiks.. oma udah pergi hiks.. hiks..”
Dimas merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Tangis Firly kembali pecah, airmatanya membasahi kemeja yang dikenakan Dimas.
“Yang sabar sayang. Oma udah tenang di sana, kalau kamu nangis terus, oma pasti sedih.”
Dimas mengurai pelukannya, kemudian sedikit menjauh dari tubuh Firly. Tangannya bergerak menghapus airmata yang masih saja mengalir membasahi pipi mulus itu. Dipandanginya wajah gadis itu yang tampak bengkak karena terlalu banyak menangis. Matanya pun hanya terlihat segaris saja.
Didorong kerinduan dari dalam hatinya, Dimas mencium kening Firly dan kedua matanya dengan lembut. Dada Firly berdesir mendapat perlakuan yang dirasakannya begitu romantis.
“Jangan nangis lagi. Mata kamu sampai bengkak gini. Coba ngaca gih, kamu kaya abis digebukin emak-emak sekampung.”
Firly memukul pelan tangan Dimas sembari mengerucutkan bibirnya membuat Dimas terkekeh. Diusap dan diciumnya puncak kepala Firly beberapa kali. Membuat gadis itu terbang ke awang-awang.
“Kata mami kamu belum makan. Om udah bikinin nasi goreng kesukaan kamu. Kamu makan ya, om suapin.”
Firly hanya menjawab dengan anggukan. Dimas mengambil piring nasi goreng kemudian mulai menyuapi Firly.
“Om udah makan?”
Dimas menggeleng. Firly mengambil sendok dari tangan Dimas, kemudian menyuapkan nasi goreng padanya. Dimas menerima suapan Firly seraya menyunggingkan senyum manis membuat ketampanannya bertambah dua kali lipat. Keduanya menghabiskan nasi goreng dengan cara saling menyuapi persis seperti orang yang sedang pacaran saja. Tak lama nasi goreng itu tandas juga. Dimas memberikan gelas pada Firly. Setelah meminumnya, Firly meminta Dimas untuk meminumnya juga. Dimas minum tepat di bagian bekas bibir Firly. Jadi secara tidak langsung mereka telah berciuman, begitulah pikiran gadis itu.
“Om, makasih ya buat nasi gorengnya.”
“Sama-sama. Kamu tuh doyan apa laper sampai sendoknya mau ditelen juga,” Firly mencubit pinggang Dimas.
“Aduuuuh... ampun Ly ampun hahaha.”
“Om Dimas udah beres urusannya di Menado?”
“Belum, rencananya besok mau ke sana lagi.”
“Berapa lama om?”
“Ngga tahu juga. Kayanya sih sampai grand opening, ya sekitar semingguan lah. Kenapa? Mau minta oleh-oleh?”
“Lama juga ya, kasihan Ara ditinggal lama.”
“Makanya kamu temenin Ara ya, biar dia ngga kesepian.”
“Iya om. Hmm.. kira-kira om bakalan kangen ngga?”
“Sama Ara? Ya pastilah kangen Ly. Sebenernya om pengen ajak dia tapi kasihan kalau bolos terlalu lama, nanti dia ketinggalan pelajaran.”
“Kalau sama Ily kangen ngga om?”
Firly memandang pria di hadapannya ini. Untuk sesaat pandangan mereka saling mengunci. Masing-masing dapat merasakan degup jantung yang berdetak lebih cepat dari biasanya.
“Pastilah om kangen, sama bawelnya kamu hahaha,” Dimas mencoba tertawa untuk menetralkan hatinya yang mulai terasa aneh. Begitu pula dengan Firly yang merutuki dirinya sendiri kenapa bisa nekad bertanya seperti itu.
“Om Ily tidur dulu ya, ngantuk.”
“Gimana ngga ngantuk kamu nangis mulu dari tadi. Ya udah tidur sana, om ke bawah dulu ya.”
Firly berbaring di kasur sambil memeluk gulingnya. Dimas merapihkan rambut Firly yang menutupi wajahnya kemudian mencium keningnya sekilas. Tak lama kemudian dia keluar sambil membawa nampan yang berisi piring kosong. Segurat senyum tercetak di wajah cantik Firly. Mendapat perlakuan manis dari Dimas membuat perasaannya sedikit membaik.
🍁🍁🍁
**Turut berduka cita ya Ga atas meninggalnya mama Santi.
Dimas sweet banget sih, awas loh nanti ada yang tambah baper, tanggung jawab ya.
Makasih buat yang mau ngikutin cerita ini. Hari ini mamake sengaja up banyak karena cerita mamake yang lain masih dalam proses review yang ngga kelar2😪
Jangan lupa ya tinggalkan jejaknya
Like..
Comment..
Vote..
Thank you so much😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
lestari saja💕
itulah...kadang kita ga tahu akhir dari semua kisah....ada yg jahat saat muda kayak mama santi tpi bertobat dan husnul khotimah...ada yg baik tpi akhirnya suul khotimah.semoga kita semua berakhir husnul khotimah....
2022-08-31
2
Tiorida Rajagukguk
akunnya jg baper..😘
2022-06-18
1
# zaichik #
jdi baperrr 😢😢
2022-05-12
1