Sesudah makan malam Ara, Firly dan bi Surti duduk di ruang tengah, khusyu menonton film horror Thailand. Sesekali terdengar jeritan mereka sambil menutup wajah dengan telapak tangan. Dimas yang sedang berada di ruang kerjanya cukup terganggu dengan suara audio dan teriakan penonton yang hanya terdiri dari tiga orang tapi jeritannya terdengar sampai seantero rumah. Karena penasaran dia mengakhiri pekerjaannya dan bergabung ke ruang tengah.
“Papa duduk sini,” Ara menarik tangan Dimas untuk duduk di antara dirinya juga Firly. Anak itu langsung menyusupkan kepalanya ke dada sang papa saat melihat adegan menyeramkan. Bi Surti yang tidak ingin mengganggu keharmonisan memilih kembali ke kamarnya.
“Ck.. ganti aja filmnya. Percuma nonton kalau pada ngumpet gini.”
“Jangan!!” teriak Firly dan Ara bersamaan.
Tak ingin diganti, keduanya memberanikan diri melihat ke layar televisi. Tapi lagi-lagi Ara membenamkan wajahnya ke dada Dimas. Firly memilih menutup wajah dengan tangannya. Dimas menarik kepala Firly kemudian membawa ke dadanya.
DEG
DEG
DEG
Jantung Firly berpacu cepat saat wajahnya menyentuh dada bidang Dimas. Sialnya aroma maskulin yang menguar dari tubuh om gantengnya itu begitu memabukkannya. Untuk beberapa saat Firly membiarkan dirinya berada dalam dekapan Dimas. Tanpa malu dia melingkarkan tangannya ke pinggang lelaki itu.
“Udah, filmya udah selesai, sana tidur,” titah Dimas. Kedua gadis itu bergegas naik ke lantai dua untuk tidur. Dimas membereskan sisa-sisa sampah yang berserakan di meja kemudian membuangnya ke tempat sampah.
Tengah malam Firly terbangun karena tenggorokannya terasa kering. Dia bangun dari tidurnya kemudian keluar kamar. Setengah mengantuk dituruninya anak tangga satu per satu. Firly meneguk segelas minuman dingin, malam ini memang terasa panas. Dia tak menyadari ada seseorang yang memperhatikannya dari sudut ruangan.
Firly hendak kembali ke kamar Ara, namun sudut matanya menangkap sebuah bayangan hitam di pojok ruangan. Jantungnya berdebar kencang teringat adegan menyeramkan dari film yang ditontonnya tadi. Dengan terburu-buru dia menaiki anak tangga, naas kakinya tersandung pinggiran tangga.
“Aduh!” Firly mengusap kakinya yang terasa sakit terkena tangga.
“Kenapa?”
“Astaghfirullahaladziim,” Firly beristighfar saat mendengar sebuah suara di dekat telinganya sambil memegangi dadanya.
“Om Dimas ngagetin aja, kirain hantu. Itu tadi yang duduk di pojokan om?”
“Iya, om takut kamu ngigo. Kamu kan suka tidur sambil jalan.”
“Itu kan dulu om pas masih kecil. Tadi Ily haus makanya turun.”
“Kalau sekarang ngga pernah tidur sambil jalan lagi?”
“Kadang-kadang om hehehe,” Firly menampilkan cengiran kudanya kemudian kembali meringis, rasa sakit di kakinya masih belum hilang. Dimas berjongkok di dekat Firly untuk memeriksa kaki gadis itu. Firly kembali meringis saat Dimas meraba jempol dan tulang keringnya.
“Aduh sakit om.”
“Makanya hati-hati kalau jalan.”
Dimas segera membopong Firly. Gadis itu terkejut, refleks dikalungkan tangannya ke leher Dimas karena takut jatuh. Dimas membawa Firly ke sofa yang berada di ruang tengah. Lalu mengambil kotak P3K. Pelan-pelan Dimas mengoleskan gel pereda nyeri pada bagian yang sakit dan meniupnya perlahan. Tubuh Firly meremang saat hembusan nafas Dimas menerpa kulitnya.
Ya ampun om, kalau kaya gini terus bisa mati muda Ily kena serangan jantung. Please om jangan bikin Ily baper kaya gini. Kalau Ily jatuh cinta sama om, om harus tanggung jawab.
Selesai mengobati Firly, Dimas mengembalikan kotak obat ke tempatnya kemudian mendaratkan bokongnya di samping Firly.
“Masih sakit ngga?”
“Udah mendingan om, makasih ya. Om kenapa belum tidur?”
“Belum ngantuk,” Firly melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Lalu kembali melihat pada Dimas.
“Om lagi kangen sama tante Sissy ya?” Dimas diam tak menjawab.
“Jangan berlarut-larut dalam kesedihan om. Tante Sissy udah tenang di sana, jangan buat tante sedih karena om yang seperti ini. Om harus ingat ada Ara yang masih membutuhkan om. Om juga ngga sendirian, ada bunda Poppy, ayah Irzal, tante Rena, om Fahri dan keponakan-keponakan om yang cantik dan ganteng. Kita semua sayang sama om Dimas dan ngga mau lihat om sedih terus.”
Dimas masih terdiam, tapi kini tangannya sudah mulai mengusap kepala Firly. Sepertinya dia cukup terhibur dengan ucapan keponakannya ini.
“Om sadar ngga kalau tante Sissy udah meninggalkan sesuatu yang berharga buat om? Coba om lihat Ara, semakin besar dia semakin mirip tante. Kalau om kangen sama tante, om lihat aja Ara. Apalagi kalau Ara lagi senyum, mirip banget sama tante Sissy. Makanya om harus bisa buat Ara bahagia biar om bisa terus melihat tante dalam diri Ara.”
“Makasih ya Ly. Kamu benar, om ngga boleh terlalu lama bersedih. Ada Ara yang membutuhkan om. Makasih karena udah membuat hari-hari om belakangan ini menjadi indah. Karena kamu om bisa kembali tersenyum dan tertawa,” Dimas menjeda ucapannya sejenak, memandangi Firly lekat-lekat.
“Ly, om boleh minta sesuatu?”
“Apa om?”
“Boleh peluk om?”
Firly merentangkan kedua tangannya, Dimas segera menarik tubuh gadis itu dalam pelukannya. Firly mengusap-usap punggung Dimas dengan lembut. Ada kehangatan menyusup dalam hati Dimas. Dia semakin mempererat pelukannya seraya membenamkan wajahnya ke bahu keponakannya itu.
Ya Tuhan ini kenapa jantung ngga setia kawan begini. Udah dong jangan main marching band terus. Om please om jangan buat Ily mati muda.
Perlahan Dimas mengurai pelukannya. Menatap wajah Firly yang baru disadari telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mempesona. Tanpa balutan make up, kecantikannya tetap terpancar. Tanpa disadari, diusapnya pipi gadis itu kemudian mendaratkan ciuman yang cukup lama di keningnya. Ingin rasanya Firly menghentikan waktu saat itu juga, agar kemesraan ini tak cepat berakhir.
“Makasih ya Ly,” Firly hanya mengangguk, rasanya tak punya tenaga untuk menjawabnya. Dia yakin kalau jantungnya sedikit bergeser dari tempatnya karena detakan yang keras sedari tadi.
“Sekarang kamu tidur lagi.”
Tanpa menunggu jawaban Firly, Dimas kembali membopong tubuh gadis itu menuju kamar anaknya. Sepanjang jalan Firly tak henti menatap wajah om gantengnya ini.
Sesampainya di kamar, dibaringkannya tubuh Firly di samping Ara yang sudah terlelap kemudian menyelimutinya sampai sebatas leher. Sebuah kecupan kembali mendarat di kening Firly, tak lama kemudian Dimas keluar kamar. Firly memegangi dadanya yang masih berdetak kencang.
Om Dimas i think i’m in love with you.
🍁🍁🍁
“Raaaaiiiinnn!!!” teriak Firly ketika membuka pintu kamar Rain, membuat gadis yang sedang bermain dengan ponselnya terlonjak saking kagetnya.
“Apaan sih lo Ly, mau bikin gue jantungan apa?” sewot Rain. Firly tak mempedulikan ucapan Rain, dia langsung duduk di samping sahabatnya itu.
“Rain tolongin gue dong, gue udah mau gila ini.”
Rain menatap wajah Firly yang nampak frustrasi. Rambutnya sedikit acak-acakan, bibirnya sudah maju beberapa senti, mukanya persis kertas lipat.
“Lo abis kesambet Ly?”
“Sembarangan lo,” Ily memukul lengan Rain asal.
“Tolongin gue Rain.”
“Tolongin apa?”
Bukannya menjawab, Firly malah berbaring, mengambil bantal lalu menaruh bantal ke wajahnya kemudian berteriak keras. Tentu saja Rain semakin penasaran dibuatnya. Dengan kesal dia mengambil bantal dari wajah Firly kemudian menarik tangan gadis itu hingga duduk berhadapan dengannya.
“Lo kenapa sih? Please deh jangan buat gue mati penasaran.”
“Gue kayanya lagi falling in love.”
“Hah? Sama siapa?” Rain semakin penasaran. Dia memegang kedua tangan Firly, menatapnya lekat-lekat meminta penjelasan lebih.
“Sama om Dimas,” suara Firly terdengar melemah.
“Haaahhh???!!!” mata Rain membulat sempurna mendengar pengakuan sahabatnya ini.
“Yang bener Ly? Kok bisa?” Rain masih tak percaya. Bisa-bisanya Firly jatuh cinta pada orang yang sudah mereka anggap sebagai om sendiri.
Firly menghirup oksigen banyak-banyak sebelum mulai bercerita. Kemudian dia mulai menceritakan apa yang dialaminya jika berdekatan dengan Dimas. Begitu pula tentang peristiwa dua minggu lalu saat Dimas memeluk dan mencium keningnya cukup lama.
“Ya wajar aja sih kalo lo baper. Om Dimas kan ganteng, baik, perhatian. Tapi lo yakin kalo yang lo rasain bener-bener cinta? Siapa tahu cuma kekaguman sesaat gitu.”
“Gue ngga tahu Rain. Gue juga kan belum pernah ngalamin gimana jatuh cinta. Yang pasti jantung gue langsung berdebar-debar kalau dekat dia. Sehari ngga ketemu tuh kangennya luar biasa dan kalau lihat dia sama perempuan lain bawaannya pengen makan hidup-hidup tuh cewe.”
“Fix Ly, ini beneran fix lo jatuh cinta sama om Dimas.”
“Huaaaa terus gue mesti gimana dong? Om Dimas kan cinta mati sama tante Sissy. Masa cinta pertama gue layu sebelum berkembang sih.”
“Ya lo perjuangin dong. Om Dimas mungkin masih cinta sama tante Sissy, tapi dia udah ngga ada Ly. Cuma kenangannya aja yang masih tersisa. Sedang elo hidup dan nyata ada di hadapan om Dimas. Lo punya banyak waktu dan kesempatan buat meluluhkan hatinya dia. Dan lo sadar ngga kalo lo udah punya sekutu?”
“Siapa?”
“Ara. Dia sekutu terkuat yang lo punya. Yakinin Ara kalo lo beneran sayang sama om Dimas juga dia, buat dia ngedukung hubungan lo sama om Dimas. Kalo restu Ara udah di tangan, jalan menuju Roma akan terbuka semakin lebar.”
“Lo bener, Ara! Gue harus bisa dapetin hatinya Ara.”
Firly yang tadinya tampak galau kini sudah bersemangat kembali. Berkat nasehat dan dukungan Rain, dia meyakinkan hatinya untuk mengejar cinta Dimas. Otak tokcernya langsung berputar, trik apa saja yang harus dia mainkan untuk mendapatkan hati ayah dan anak itu.
“Makasih banyak ya Rain, lo emang sahabat terbaik gue. By the way, lo sendiri gimana?”
“Gue? Emangnya gue kenapa?” tanya Rain seraya menyeruput iced lemon teanya.
“Hubungan lo sama Elang.”
Rain hampir saja menyemburkan minuman yang baru saja masuk ke dalam mulutnya. Matanya membulat menatap Firly.
“Elang anaknya ayah Irzal?”
“Ya iyalah emangnya Elang yang di kebon binatang,” sewot Firly.
“Bhuahahaha....”
Firly menatap heran pada Rain yang malah tertawa. Gadis itu terus saja tertawa sampai airmatanya keluar. Firly menaruh tangannya di kening Rain yang langsung ditepisnya.
“Lo dapet ide dari mana soal gue sama El?”
“Ngga usah ngeles deh. Lo tiap hari udah kaya truk gandeng aja. Pergi sama pulang kampus bareng El. Seantero kampus tahunya elo pacaran sama El.”
“Siapa yang bilang?”
“Gara, siapa lagi.”
“Cih, El tuh bukan tipe gue. Lo tau sendiri El kaya gimana. Mukanya ngga ada ekspresi gitu, ngomongnya kadang bikin sakit kuping, galak, jutek, bisa mati berdiri gue kalau sama dia. Kata tante Debby kelakuan El persis kaya ayah Irzal waktu muda. Sekarang aja ayah Irzal udah jinak karena udah ada pawangnya, bunda Poppy. Kata papa, justru papi lo yang pengen lo nikah sama El.”
“Dih ogah banget, mending om Dimas kemana-mana. Gue udah bisa ngebayangin gimana romantisnya om Dimas. Kalo El, boro-boro yang ada gue bisa kena darah tinggi kalo nikah sama dia.”
“Tapi ayah Irzal tuh romantis banget loh sama bunda Poppy. Kali aja kalo udah nemu pasangan yang pas, El juga bakal romantis.”
“Itu karena ayah Irzal udah bucin tingkat dewa sama bunda Poppy wkwkwk.”
Kedua gadis itu tertawa membayangkan kemesraan Irzal dan Poppy. Mereka memang pernah memergoki pasangan yang sudah tidak muda lagi itu sedang bercumbu di dapur. Keduanya sampai panas dingin melihat Irzal mencium bibir Poppy begitu rakusnya. Bahkan adegan tersebut sampai terbawa ke alam mimpi. Untuk beberapa hari keduanya menghindar bertemu dengan Irzal karena otak mesum mereka langsung bekerja setelah melihat adegan 21+ secara live.
“Terus lo sendiri sukanya sama siapa? Gara?”
“Ih males, tiap hari gue ketemu Gara. Ngga di rumah, ngga di kampus, muka tuh orang nongol mulu depan gue. Justru yang jarang ketemu yang bikin kangen dan hati gue dag dig dug.”
“Siapa? Ayo dong kasih tahu. Lo mah masa sama sobat sendiri main rahasiaan,” cicit Firly.
“Gue kasih tau tapi mulut lo jangan ember ya, Terutama sama Ilan, jangan sampe kembaran lo tau.”
“Iya, iya. Cepetan kasih tau.”
“Dia.... mas Akhtar,” Rain menutup wajah dengan kedua tangannya, tak ingin pipinya yang merona terlihat oleh Firly.
“Hah? Serius? Lo suka sama mas Akhtar? Kok bisa?”
“Ya bisalah. Dia cowo gue cewe, kita ngga ada hubungan darah, kenapa ngga bisa?”
“Maksud gue kenapa bisa nyangkutnya di mas Akhtar. Secara tiap hari lo kan nempel mulu sama El, Gara dan kak Farel. Gue kira lo bakalan sama salah satu dari mereka.”
“Lo sendiri kenapa bisa jauh banget naksirnya sama om Dimas hah?”
“Ya mana gue tau. Emangnya gue bisa ngendaliin hati gue.”
“Sama, gue juga dodol,” Rain menoyor kepala Firly kemudian tergelak. Firly yang awalnya kesal ikutan tertawa. Kisah cinta kedua gadis itu melenceng jauh dari perkiraan orang-orang di sekitarnya.
🍁🍁🍁
**Tuh kan bener Ily jadi fallin' in love sama om Dimas. Menurut kalian om Dimasnya udah ada rasa belum sama Ily?
Jangan lupa ya buat
Like..
Comment..
Vote..
Love you all😍😍😍**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
🤎ℛᵉˣ𝐀⃝🥀OMADEVI💜⃞⃟𝓛
lanjut
2024-01-02
0
Debbie Teguh
waduh cinta segi banyak acakadut nih wkwkwk
2022-10-25
1
# zaichik #
😂😂😂.....bngekk deh....... maaf kak za aku ga bsa ksih vot pkettku yg ini mnim, blm dpt hp bru, jdi kusus buat bca aja 🙈🙏😁
2022-05-12
1