Sudah hampir seminggu Dimas pergi ke Menado. Selama Dimas pergi, Ara tinggal bersama Poppy. Hampir setiap hari pula Firly menyempatkan diri mengunjungi calon anak tirinya ini sesuai janjinya pada calon imamnya, versi Firly sendiri.
Sebenarnya Ara sudah merindukan papanya, tapi perlakuan hangat dari bunda, ayah dan ketiga kakak sepupunya plus Firly membuat kerinduan anak itu sedikit terobati.
Siang ini, semua anggota keluarga sedang berkumpul untuk makan siang. Irzal yang biasanya sibuk di kantor kini menyempatkan diri makan di rumah. Poppy memasak berbagai menu karena semua anggota keluarga dapat berkumpul bersama menikmati makan siang.
“Ra, katanya kemarin kamu dijemput tante Brina ya? Maaf ya, kemarin bunda sibuk jadi ngga bisa jemput kamu.”
“Ngga apa-apa bunda.”
“Gimana? Kamu suka sama tante Brina?”
“Ngga.”
“Kenapa?” Ara hanya mengangkat bahunya. Dia malas membahas tentang wanita yang terkesan tidak tulus menyayanginya.
“Ara ngga suka sama tante Brina. Lagian Ara udah punya calon kok buat papa. Orangnya cantik, baik dan sayang sama Ara.”
“Oh ya? Siapa?” Poppy mulai penasaran. Kalau bisa ingin langsung diajaknya perempuan pilihan Ara ke hadapan penghulu untuk dinikahi oleh adiknya.
“Kak Ily.”
Uhuk.. uhuk..
Irzal sampai tersedak mendengar jawaban Ara. Poppy menatap anak itu tak percaya, bahkan matanya sampai tak berkedip. Yunda cekikikan ngga jelas membayangkan dirinya nanti memanggil Firly dengan panggilan tante. Sedangkan Elang dan Farel hanya diam tanpa ekspresi apapun.
“Ara jangan bercanda. Bunda nanya serius loh.”
“Ara ngga bercanda. Nanti kalau papa pulang, Ara bakal suruh papa ngelamar kak Ily.”
Uhuk.. uhuk..
Bukan hanya Irzal, kini semua yang ada di meja ikut terbatuk. Ara tak mempedulikan reaksi orang di sekitarnya dan terus memakan makanannya tanpa terganggu sedikit pun. Poppy menepuk keningnya melihat tingkah Ara.
“Jangan dong Ra, masa nanti mas El panggil kak Ily tante,” celetuk Elang yang langsung disambut tawa Yunda dan Farel. Irzal dan Poppy juga tak dapat menyembunyikan senyum gelinya. Jika keduanya menikah maka panggilan pada mereka berubah menjadi teteh dan kakak.
“Ara udah beres makannya. Kak Yunda bantuin Ara bikin prakarya dong.”
“Ayo,” Yunda yang telah selesai makan segera mengajak Ara ke kamarnya. Dia paham kalau ayah dan bundanya pasti akan membahas soal pembicaraan Ara tadi.
“Ya ampun itu Ara dapet ide dari mana minta Ily jadi ibu sambungnya.”
“Mungkin karena dia keseringan main sama Ily bunda,” terka Farel.
“Kalau papi maminya denger bisa kena serangan jantung mereka hahaha. Mending cepetan suruh Dimas ngelamar Brina a.”
“Ada yang mau aa omongin. Kita ke ruang kerja.”
Irzal yang telah menyelesaikan makannya segera menuju ruang kerjanya. Poppy memanggil Dini untuk membereskan meja kemudian menyusul suaminya. Elang dan Farel memilih duduk di teras sambil mengerjakan tugas kuliahnya. Tapi sebelumnya Elang sempat berteriak pada bundanya.
“Bunda awas jangan mesra-mesraan sama ayah! Mas ngga mau ya punya adik lagi!”
Poppy tak menanggapi ucapan anak sulungnya dan masuk ke ruang kerja. Irzal memberikan sebuah amplop coklat kepada istrinya lalu duduk di sofa, tak lupa dia menarik lengan Poppy agar duduk di sampingnya. Poppy membuka amplop di tangannya, kemudian membaca kertas serta melihat beberapa foto yang terdapat di dalamnya. Matanya membelalak tak percaya, lalu melihat pada suaminya.
“Ini bener a?”
“Iya, masa kamu ngga percaya. Sabrina itu sudah tiga tahun kumpul kebo dengan pacarnya selama di London. Mereka putus saat dia pulang ke Indonesia. Begitu sampai di sini dia langsung deketin Dimas lagi. Karena dia memang udah suka sama Dimas dari dulu.”
“Ih aku ngga rela Dimas sama perempuan kaya dia. Bagaimana dia bisa ngasih contoh yang baik buat Ara nantinya.”
“Makanya kamu jangan maksa Dimas sama dia. Mungkin aja Dimas udah tahu kelakuan perempuan itu, makanya nolak.”
“Terus gimana dong? Aku kasihan sama Ara kalau seperti ini terus. Dimas juga harus ada yang ngurus. Tuh anak susah banget sih move on dari Sissy. Udah tujuh tahun loh a.”
“Sebenernya aa punya calon tapi itu tergantung Dimas nya mau apa ngga. Aa cuma sekedar mengenalkan aja, selebihnya keputusan ada di tangan Dimas dan Ara.”
“Siapa a?” Poppy kembali antusias.
“Wali kelasnya Ara. Namanya Pertiwi Hendrawan, dia anaknya pak Heru Hendrawan, pemasok bibit buat perkebunan. Umurnya 27 tahun, belum pernah pacaran dan cukup dekat dengan Ara juga.”
“Hmm.. boleh juga a. Nanti Dimas pulang, aku bakal obrolin sama dia.”
“Tapi informasi ini ngga gratis loh Yang.”
Tangan Irzal mulai bergerilya di tubuh istrinya. Poppy yang mengerti maksud suaminya hanya diam saja. Irzal melepaskan bergo yang dikenakan Poppy kemudian menciumi leher jenjangnya, menyesapnya meninggalkan jejak kepemilikkan. Poppy mendesah menikmati cumbuan suaminya. Walaupun usia Irzal sudah menginjak 50 tahun, tapi keperkasaannya tak lantas menyurut. Diturunkannya resleting gamis sampai ke ujung, membuat punggung sang istri terekspos sempurna. Poppy membalikkan tubuhnya kemudian mendaratkan bibirnya pada bibir Irzal. Keduanya langsung terlibat ciuman panas nan memabukkan.
Pakaian yang dikenakan suami istri itu sudah berserakan di mana-mana. Irzal membaringkan Poppy di sofa, dia masik asik mencumbu tubuh istrinya. Tak lama kemudian dia memulai penyatuannya.
Elang berjalan mendekati ruang kerja Irzal. Di tangannya sudah terdapat map berisi dokumen yang harus ditanda tangani sang ayah. Tangan Elang menggantung di udara saat akan mengetuk pintu ruangan. Dia mengurungkan niatnya saat mendengar suara-suara aneh dari dalam ruang kerja ayahnya. Dengan sebal dia kembali ke teras.
Ya ampun ayah bener-bener ngga lihat sikon. Awas aja kalau sampe Yunda punya adik gara-gara ini.
Elang kembali ke teras dengan wajah kusut. Farel dan Andri yang memang baru datang melihatnya dengan heran. Elang menghempaskan tubuhnya di kursi santai sambil melempar map ke meja.
“Om, tanda tangannya ditunda dulu ya. Ayah ngga bisa diganggu sekarang.”
“Emangnya kenapa?”
“Lagi olahraga,” jawab Elang asal yang langsung disambut gelak tawa Andri juga Farel. Keduanya mengerti maksud dari olahraga yang disebutkan tadi.
“Terus muka lo kenapa kusut gitu? Pengen lo?” goda Farel.
“Pengen pale lo peyang! Gue cuma ngga mau nambah adek lagi!”
“Bhuahahaha. Lo kejauhan mikirnya. Lupa apa sekarang ayah sama bunda berapa umurnya?”
“Ya bisa aja kan. Apalagi ayah masih gagah gitu, masih sanggup dia kasih gue adek,” jawab Elang frustrasi.
Kedua lelaki di depannya terus menertawakan Elang yang benar-benar takut kalau harus mempunyai adik lagi. Sebenarnya bukan takut kalau kasih sayang orang tuanya akan terbagi. Tapi Elang takut akan keselamatan bundanya saat hamil dan melahirkan nanti. Dia masih ingat dengan jelas perjuangan sang bunda saat melahirkan Yunda dulu. Poppy sempat mengalami pendarahan pasca melahirkan adiknya. Ayahnya harus pontang-panting mencari darah karena pendarahan yang dialami cukup hebat. Beruntung nyawa bundanya masih bisa diselamatkan. Itulah yang membuat Elang takut kalau bundanya hamil lagi.
🍁🍁🍁
**Ya ampun Elang, gaya boleh cool tapi ternyata hatinya melow juga ya. Buah emang jatuh ngga jauh dari pohonnya, persis kaya ayah Irzal😂
Ara udah berani nih request Ily jadi ibu sambungnya go Ara go Ara go✊
Boleh ya mamake minta dukungannya, biar tetep semangat up dan lanjut karya ini
Like..
Comment..
Vote..
Hanupis😘😘😘**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 316 Episodes
Comments
Nabila hasir
deg2an baca ily ma dimas yg bakalan di tentang keras oleh Alea.
2024-05-15
1
flowers city
😂🤣🤣🤣🤣🤣
2023-08-20
1
Yuli Indri
irzal udh 50th apa ga ketuaan ya,perkiraan sih msh 48an yaa d bwh 50 lah
2023-02-11
1